E p i l o g

17.1K 570 21
                                    


Author POV

3 tahun kemudian...

"Surpriseee!!!"

Lyra membelalak kaget ketika ia membuka daun pintu. Rion sudah berdiri di depannya dengan merentangkan kedua tangannya. Karena masih berdiri dengan tercengan, Rion akhirnya yang berinisiatif untuk memeluk Lyra. Lyra kemudian tersadar dari keterkejutannya. Ia balas memeluk Rion dengan erat. Melepaskan segala rindu.

Tidak terasa, sudah tiga tahun mereka tidak pernah bertemu. Meskipun ada libur panjang, Rion tidak pernah pulang ke Indonesia karena dia memilih untuk kerja part time di sana. Mereka hanya sering berkomunikasi dengan video call. Dan saat ini Rion sudah menyelesaikan studinya di Melbourne dan akan menetap di Indonesia. Saat memeluk Lyra, Rion merasa ada yang mengganjal. Ia melepaskan pelukannya dan melihat perut Lyra yang membuncit.

"Astaga, kamu dan Kak Arrnet tiap malam kerja rodi? Cepat sekali Dewa sudah mau punya adik lagi. Aha, berarti anak aku juga nambah lagi dong?" canda Rion.

Lyra mencubit hidung Rion dengan keras mendengar candaannya yang sedikit membuat Lyra merasa malu, "Anak kamu nyariin kamu terus tuh. Dia nagih hadiah dari kamu. Katanya hadiah ulang tahunnya kemarin masih kurang banyak," ujar Lyra santai sambil mempersilahkan Rion masuk.

Rion tertawa geli. Dasar, anaknya itu memang suka sekali memalak hadiah padanya. Setiap ulang tahunnya memang Rion selalu rutin mengirimkan hadiah walau ia berada di benua lain. Dan ia hanya bisa melihat pertumbuhan anaknya dari layar smartphone.

"Daddy Liooon!!!" Tiba-tiba Rion mendengar suara bocah kecil yang berlari ke arahnya. Rion berjongkok untuk menyambut bocah itu dan segera menangkapnya dalam gendongannya.

"Hai, sayang? Kangen ya sama daddy?" tanya Rion sambil mencium bocah laki-laki itu.

"Iya, Dewa kangen sama Daddy Lion." Dewa mengangguk-angguk sambil memeluk Rion erat.

Memang Rion sudah menganggap Dewa seperti anaknya sendiri. Meskipun tidak pernah bertemu, Rion rutin menghubungi Lyra dan Arrnet untuk menanyakan kondisi Dewa. Lyra dan Arrnet juga tidak pernah keberatan Dewa memanggil Rion dengan sebutan daddy. Bahkan di sekolah playgroupnya dengan bangga Dewa mengatakan bahwa ia sangat senang memiliki papa dan daddy yang sangat mencintainya.

"Daddy, mana mainan Dewa?" tanya Dewa mengingatkan.

"Dewa, daddy baru aja sampai udah kamu tagih mainan," Lyra hanya bisa mengelus dada melihat tingkah putra sulungnya itu.

"Papa cih nggak seling beliin Dewa mainan," keluh Dewa.

"Iya jarang beliin, sekali beliin harganya spektakuler sampai ngalah-ngalahin uang belanja mama sebulan," jawab Lyra.

Dewa hanya terkikik geli. Arrnet memang bukan tipe ayah yang terlalu memanjakan anaknya. Ia jarang sekali membelikan Dewa mainan. Tapi jangan salah, ketika Arrnet memang ingin membelikan anaknya mainan maka tidak akan pernah tanggung-tanggung. Ia akan mebelikan mainan yang paling mahal dan limited edition. Rion tertawa melihat bagaimana ibu dan anak itu saling beradu argument. Dewa memang anak yang sangat cerdas. Itu sangat menurun dari gen Arrnet.

"Hadiah kamu ada di koper daddy." Orion memberi tahu. Tiba-tiba Dewa memaksa turun dari gendongan Rion. Kemudian bocah itu menuju koper Rion dan memaksa untuk membukanya. Rion yang melihat tingkah Dewa yang sedikit unik akhirnya membantu membukakan koper dan mengeluarkan mainan robot-robotan terbaru dari dalamnya.

"Aciiiik!!! Punya lobot lagi!!!" teriak Dewa kegirangan dengan logat cadelnya. Ia kemudian berlari untuk menuju kamarnya. Meninggalkan Rion dan Lyra begitu saja. Rion hanya sedikit terkejut melihat tingkah Dewa.

LyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang