Chap 11 - Dating

8.5K 462 10
                                    

Makasih buat yang sudah vote dan komen :D :D :D

***

Arrnet POV

Lari dari masalah bukanlah sebuah ide yang bagus. Seharusnya aku tahu konsekuensinya akan seperti ini. Melihatnya dalam keadaan kacau sungguh sangat menyakiti hatiku. Aku tak henti-hentinya menyalahkan dan memaki diriku sendiri. Satu tahun aku mencoba untuk pergi menjauh darinya dan mengenyahkan diriku dari kehidupannya.

Aku hanya berharap aku dapat membunuh perasaanku padanya dan menata hatiku kembali di tempat yang baru. Bulan pertama hidup di Melbourne merupakan penderitaan yang begitu besar dan tak terperi. Rasanya ingin membunuh diriku sendiri setiap kali Lyra mencoba menanyakan kabarku. Bahkan meskipun hanya sebuah tulisan di pesan singkat rasanya sungguh menyayat hati. Akhirnya aku memblokir segala akses yang bisa digunakan Lyra untuk menghubungiku.

Beri aku waktu satu tahun, Lyra. Aku akan menata hatiku dan mencoba menghapus perasaan yang sialnya justru semakin kuat ini. Setelah satu tahun aku akan mencoba untuk berhadapan lagi denganmu dan saat itu tiba aku sudah siap dengan segala caci maki atau amarah yang akan kamu lampiaskan padaku karena seorang pengecut seperti aku memang pantas menerimanya.

Satu tahun akhirnya tiba dimana saatnya aku harus menghadapi kenyataan. Aku sudah menyusun segala rencana dengan baik. Selama ada disini, Rion selalu memberitahuku mengenai kondisi Lyra dan aku bersyukur dia selalu baik-baik saja.

Membawa Lyra kesini bukanlah hal yang tidak beresiko. Justru resikonya sangat besar. Aku harus mempersiapkan hatiku untuk kembali berdarah-darah karena aku benar-benar tidak bisa memiliki Lyra. Rahasia itu yang menjadi benteng penghalang yang begitu besar yang bahkan tidak akan pernah bisa diruntuhkan.

Kenapa, Lyra, kenapa satu tahun yang kuhabiskan disini justru tidak bisa membuat perasaanku padamu pupus? Justru rasa rindu ini tumbuh begitu subur. Ahh... kamu itu selalu menjadi bidadari kecilku yang cantik. Tapi sayang... sampai selamanya aku tidak akan pernah bisa bersamamu sebagai sepasang kekasih.

Dan saat tiba waktunya dia benar-benar ada di Melbourne aku sengaja menghindarinya lagi. Segala keberanian yang sudah aku kumpulkan beberapa hari sebelum kedatangannya menguap begitu saja. Aku heran kenapa pengaruh seorang Lyra bisa begitu dahsyat dalam hidupku. Dan saatnya memang harus tiba. Aku harus bertemu dengan Lyra. Tapi aku tidak menyangka pertemuan pertamaku dengannya begitu buruk.

Ya, sangat buruk bagiku karena aku melihatnya seperti mayat hidup yang hanya bisa menangis dan menangis. Setiap mendengar tangisannya mampu merobek tiap sudut hatiku. Lihat, pertemuan pertama saja sudah cukup membuat hatiku berdarah lagi.

Lyra memukulku dengan kalap dan histeris, aku tidak melawan sama sekali. Pukul terus Lyra! Kakakmu ini pantas menerimanya! Caci maki aku sekarang juga! Aku terus meneriakkan kata-kata itu dalam hatiku ketika Lyra terus memukulku dengan tangisannya yang pilu. Dalam hati aku juga ikut menangis. Tapi aku tidak bisa terlihat lemah di depannya. Saat itu aku tetap menahan segala air mata yang ingin aku keluarkan.

Lyra tidak membutuhkan tangisanmu, Arrnet. Lyra membutuhkan penjelasanmu! teriak hati kecilku.

Tidak ada caci maki yang ia keluarkan. Ia hanya terus menangis dalam pelukanku dan meminta penjelasan. Tapi maaf Lyra, belum saatnya kamu tahu. Belum saatnya aku menceritakan semuanya padamu. Aku belum siap. Aku belum siap jika kamu tahu, kamu akan membenciku seumur hidupmu. Kalau itu terjadi aku lebih baik memilih mati.

Akhirnya aku bisa menenangkannya dengan dongeng Orpheus. Ahh... dongeng itu. Dongeng kesayangannya yang selalu menjadi sahabatnya sejak ia masih kecil. Aku ingat dulu Lyra pernah bilang ia ingin memiliki kisah cinta seperti Orpheus dan Eurydice. Ia ingin memiliki seseorang yang mencintainya dengan tulus dan rela melakukan apapun untuk mempertahankan cinta mereka.

LyraWhere stories live. Discover now