Chap 22 - Loving You Again

11K 460 11
                                    


Arrnet POV


Rasa ini sungguh membingungkan. Bagaimana ketika otakku memaksaku untuk membencinya, tetapi hati justru sangat ingin memilikinya dalam waktu yang bersamaan. Ada yang bilang benci dan cinta itu hanya dipisahkan oleh garis benang yang sangat tipis.

Tapi apakah aku mencintainya?

Otakku berteriak keras : Tidak! Tidak mungkin aku mencintainya!

Hatiku hanya bergumam lirih : Kamu bahkan tidak bisa hidup tanpanya!

Lalu perasaan apa yang sedang aku rasakan saat ini? Saat ia ada di dekatku otakku memerintahkan aku untuk menyakitinya, membuatnya terluka bahkan hingga menangis itu jauh lebih baik. Tetapi disaat yang bersamaan, aku juga merasakan sakit yang sama. Luka yang sama. Tangis yang sama.

Ada yang salah dengan otakku! Pasti ada yang salah! Sejak kecelakaan itu aku merasakan bahwa aku tidak seperti aku yang biasanya. Aku tidak amnesia. Aku ingat namaku. Aku ingat semua keluargaku. Aku ingat semua orang terdekatku. Kecuali dia! Seakan seluruh memoriu tentangnya tersedot habis begitu saja tanpa sisa.

Beribu pertanyaan yang bahkan tidak seharusnya mendapat jawaban berkecamuk dalam pikiran. Kenapa tiba-tiba dia muncul dalam hidupku? Kenapa dia selalu menangis untukku? Kenapa dia selalu memandangku dengan pandangan.. penuh cinta mungkin? Dan.. kenapa dia bisa mengandung anakku? Ya Tuhan, bahkan namanya saja aku sering melupakannya!

Rion sejauh ini cukup membantu.Ya, Rion, laki-laki yang dalam ingatanku adalah adik angkatku. Bahkan Rion saja aku ingat, kenapa dia tidak? Rion mengatakan bahwa dia adalah adikku yang berarti anak mama. Arrgghh!!! Lama-lama aku bisa gila!! Bagaimana mungkin aku menghamili adikku sendiri?! Bukannya aku sekarang memang sudah gila?! Rion secara rutin membawaku ke psikiater dan sejak itu aku tergantung sekali dengan obat tidur dan obat penenang.

Setiap kali melihatnya berada di dekatku, emosiku langsung memuncak tanpa alasan yang jelas dan itu membuatku sangat frustasi. Aku ingin memakinya, membuatnya menjauh dariku, menghancurkan hatinya dan ketika aku berhasil mencapai tujuanku, aku merasakan hatiku tergores pisau hingga berdarah. Sakit sekali rasanya.

Sebanyak aku menyakitinya, sebanyak aku merobek hatinya, sebanyak aku menanamkan luka di hatinya, sebanyak aku memberinya racun yang paling mematikan, sebanyak itu pula aku membunuh diriku sendiri dengan luka dan racun yang aku buat. Dan hanya obat penenanglah yang membantuku untuk bisa bertahan hingga saat ini. Hanya obat itu yang bisa membuatku mengatakan aku akan menikahinya. Hanya obat itu yang membuatku terlihat seperti laki-kali 'normal'.

Dan saat ini aku sudah menjadi suami sahnya! Demi apapun juga, aku benar-benar merasa tidak waras menikahi adikku sendiri! Dan yang lebih tidak waras, aku bercinta dengannya! Dia menggodaku, memaksa sang singa keluar dari sarangnya. Dan akhirnya terjadilah percintaan yang sangat panas dan memabukkan. Gairah bahkan mampu melupakan rasa benciku padanya untuk sementara waktu. Hanya sementara waktu. Garis bawahi itu! Aku bahkan ingat ketika kami bercinta, aku tidak menyentuh perutnya sama sekali. Aku memang tidak ingin dan tidak mau menyentuh 'bayi' itu. Seperti biasa, tanpa alasan yang jelas.

Sudah sebulan ini kami berada di Bandung. Di rumah lama kami. Setelah malam panas itu aku sudah memutuskan untuk pisah ranjang dengannya. Aku tidak ingin merusak pernikahan kami yang masih seumur jagung ini dengan emosiku mungkin yang bisa saja membuatnya terluka lagi. Awalnya dia kaget, tidak menerima, dan mungkin sedikit marah, namun pada akhirnya dia dapat menerima itu semua walau kami harus sedikit bertengkar. Sepertinya aku harus menambah dosis obat setiap harinya.

Aku memijat-mijat keningku memikirkan itu semua. Aku berjalan mondar-mandir di kamar. Tidak ada yang aku lakukan. Ini sudah tengah malam dan aku masih belum mengantuk. Obat tidur kadang bahkan tidak mempan bagiku ketika aku benar-benar merasa stress. Tiba-tiba aku mendengar ketukan pintu.

LyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang