Chap 20 - It's Not Easy to Fight Alone

9K 437 11
                                    


Neraka!

Itulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan kehidupanku saat ini. Waktu berjalan begitu cepat dan tidak terasa kehamilanku memasuki triwulan pertama. Perutku sudah mulai sedikit menonjol tapi aku selalu menutupinya dengan menggunakan pakaian yang sedikit longgar. Sampai saat ini hanya Rion yang mengetahui tentang kehamilanku.

Aku tidak berani mengatakan pada siapapun. Kalau memang aku harus menyembunyikan bayi ini hingga dia lahir, maka akan dengan senang hati aku lakukan. Aku hanya ingin menghilang dari semuanya. Aku membayangkan jika suatu hari nanti aku bisa hidup hanya berdua dengan bayiku saja. Ya Tuhan, hanya janin ini yang menjadi kekuatanku sekarang. Tanpa adanya dia, mungkin aku lebih memilih untuk mati.

Bagaimana tidak hidupku seperti di neraka kalau Kak Arrnet sama sekali tidak mengenalku sejak kecelakaan sialan itu. Ia mengingat semua orang yang ia kenal, kecuali aku dan semua kenangan tentang kami! Memori otaknya yang merekam tentang aku dan kenangan kami seakan hilang direnggut begitu saja. Dokter bilang hal itu dikarenakan Kak Arrnet mengalami trauma yang berat dan rasa bersalah yang amat besar sehingga alam bawah sadarnya sengaja menghapus semua memori tentang aku.

Bahkan setiap kali aku ada di dekatnya, dia selalu melihatku dengan pandangan jijik dan benci. Bahkan sering kali ia mengganggap aku tidak ada. Kata dokter, hanya dengan terbiasa bersamaku lagi dan mencoba membangun kenangan baru yang manis akan bisa menolongnya untuk melupakan trauma. Tetapi justru aku yang menjaga jarak dengan Arrnet karena aku tidak tahan lagi selalu ditolak olehnya dengan kata-kata kasarnya.

Hatiku bertambah sakit ketika sering memergokinya sedang berdua bersama Cello. Cello yang selama ini merawatnya, menyuapinya, menjaganya ketika sakit di kepalanya kambuh. Memeluknya ketika ia ingin dipeluk. Aku ingin sekali bertukar posisi dengan Cello. Aku yang seharusnya lebih berhak berada di sisinya.

Aku yang seharusnya menjaganya dan selalu menggenggam tangannya. Aku yang seharusnya menjadi orang yang paling dekat dengannya. Mengingat itu semua membuat air mataku tidak bisa ditahan lagi. Tiada hari tanpa air mata, dan aku sering mendapati diriku menangis hingga tertidur.

Memang saat ini aku dan Arrnet sudah kembali ke apartemen. Karena kondisi Kak Arrnet yang masih labil, Cello memutuskan untuk tinggal juga disini untuk menjaga Kak Arrnet. Ayah sudah kembali ke Indonesia sebulan yang lalu. Hanya kami berempat disini, tetapi aku selalu menjaga jarak jika Kak Arrnet berada di luar kamar. Aku yang lebih mengalah dan memilih untuk lebih banyak menghabiskan waktuku di dalam kamar sambil menangis.

Jika perutku sudah mulai membesar lagi dan aku tidak bisa lagi menutupi kehamilanku, mungkin aku akan kembali ke Indonesia saja dan memulai hidupku sendirian disana. Aku bisa bekerja untuk memenuhi hidupku dan anakku atau aku bisa tinggal bersama ayah.

Aku membuka laci di dalam kamar untuk mencari sesuatu. Sialan! Aku lupa bahwa semalam aku menaruh vitaminku di dapur. Kenapa aku bisa seceroboh itu? Bagaimana jika Cello atau Kak Arrnet tahu dan curiga? Aku segera bergegas menuju dapur. Langkahku terhenti ketika melihat Arrnet sedang memasak sesuatu. Aku ingin berbalik dan kembali ke kamar. Namun aku tidak bisa mengabaikan niatku untuk mengambil vitamin itu. Jangan sampai Kak Arrnet tahu. Apalagi di dalamnya ada resep dokter kandungan. Matilah aku!

Aku memberanikan diri untuk mendekat ke arahnya. Seperti biasa, ia menganggapku seolah-olah tidak ada. Aku tidak peduli, yang aku pedulikan sekarang adalah vitaminku. Tapi kenapa sudah tidak ada di meja? Aku berusaha menghalau segala pikiran buruk yang mampir ke otakku. Mungkin aku lupa meletakkan dimana. Ada, pasti barang itu ada.

"Cari ini?" suara berat itu mengagetkanku. AKu melihat bayangan besar di belakangku dan dengan degup jantung yang berdetak cepat aku menoleh ke belakang. Aku melihat Kak Arrnet sudah mengangkat kantong plastic berisi vitamin dan... susu ibu hamil! Ya Tuhan, kenapa aku bisa melupakan itu! Ingin rasanya aku menghilang dan lenyap saat ini juga!

LyraWhere stories live. Discover now