Chap 2 - Coincidence

14.2K 623 20
                                    

Happy reading ^^

-------------------------------

"Pangeran kamu datang tuh!" tunjuk Derra pada laki-laki yang baru turun dari Jaguar di depan gerbang sekolah. Dengan cepat aku menoleh ke arah yang ditunjuk Derra.

Sempurna!

Dia terlalu sempurna bahkan untuk ukuran seorang pangeran. Lelaki dengan tubuh atletis berusia 25 tahun dengan wajah tampan bak dewa Yunani. Rambut kecokelatan yang biasanya rapi itu kini terlihat sedikit acak-acakan. Rambut pendeknya kini sudah mulai memanjang, dan rasanya ia enggan untuk memotongnya.

Ia membuka dua kancing kemeja atasnya memperlihatkan sedikit dada bidangnya. Aku menelan ludahku sendiri. Lebih baik lenyapkan aku sekarang juga daripada secara tiba-tiba aku menerjang dan memakan laki-laki itu! Ah, kenapa pikiranku jadi begitu liar?

Hari ini aku memang pulang agak sore karena ada ekstrakulikuler jujitsu di sekolah. Rion sepertinya tadi sudah pulang duluan dan terlihat kalau dia seperti dikejar waktu. Kenapa aku jadi memikirkan dia? Ah, lupakan! lupakan lelaki itu! teriak hati kecilku.

Lihat Lyra, pangeranmu ada di dekatmu sekarang! Kemudian otakku berpikir cepat, untuk apa dia menjemputku? Biasanya aku dijemput oleh sopir pribadiku. Aku terus memandangnya yang sedang berjalan menuju ke arah kami. Aku bisa melihat tatapan kagum dari siswi-siswi yang juga berada di sekitar gerbang sekolah. Aku mendengus kesal. Dasar perempuan-perempuan centil!

Derra menyenggol lenganku pelan karena laki-laki itu kini sudah berada di hadapan kami.

"Hai, Kak Arrnet!" sapa Derra, Adela, dan Biru dengan memamerkan senyum ala iklan pasta gigi.

"Hai kalian semua, sudah lama nunggu aku?" Arrnet kini sudah berada di depan kami dan dengan gerakan implusif ia merangkulkan tangan kanannya ke bahuku.

"Kan Lyra yang lagi nunggu kakak. Tenang aja, kak, selama apapun kakak datang si Lyra pasti setia kok nunggunya!" canda Derra. Aku menginjak kakinya keras. "OOUUCH!" teriak Derra kesakitan.

"Heh, jaga tuh mulut ember!" omelku. Sementara itu, Kak Arrnet hanya terkikik geli melihat tingkah kami. Ia semakin menekankan lengannya di bahuku.

Aku menghela napas dalam tanpa bisa menghembuskannya kembali.

"Titip Lyra ya, kak? Hati-hati di jalan," Derra memberi wejangan pada Kak Arrnet tanpa mempedulikan omelanku.

Setelah beberapa detik lamanya aku menahan napas, akhirnya aku bisa menghembuskannya kembali.

"Lyra selalu aman di tanganku. Betul nggak, Ra?" Kak Arrnet menanggapi ucapan Derra. Sementara aku hanya bisa memasang wajah cemberut.

Kemudian Kak Arrnet menggandeng tanganku dengan sikap protektif dan menuntunku ke mobil. Aku bisa mendengar Derra, Adela, dan Biru sedang tertawa pelan. Awas saja besok kalian habis ditanganku!

Di mobil aku dan Kak Arrnet bicara tentang banyak hal. Mulai dari film-film baru yang akan tayang di bioskop, lagu-lagu yang sedang hits, kegiatanku di sekolah hari ini dan tingkah ketiga sahabatku yang kadang suka menyebalkan, para laki-laki centil dan belagu yang suka menggodaku disekolah, pekerjaan Arrnet di kantor, bahkan sampai tukang jual sate yang biasa mangkal di depan perumahan tempat kami tinggal.

"Kak, berapa lama kakak akan tinggal di Melbourne?" tanyaku tiba-tiba.

Kak Arrnet tampak berpikir sejenak sebelum ia berkata, "belum bisa dipastikan, Ra. Mungkin sampai proyek yang aku tangani selesai. Bisa sebulan, dua bulan atau bahkan satu tahun."

LyraWhere stories live. Discover now