Chap 7 - Lyra and Orpheus

8.5K 446 4
                                    

Mawar palsu itu tak pernah layu

Namun rupanya sungguh pilu

Teronggok sendu bersama debu

Simbol kasih pun kan menjadi abu

***

Selepas kepergian Kak Arrnet aku hanya ingin marah, marah dan marah. Ya, aku memang kekanak-kanakan tapi apakah dia tidak tahu bahwa apa yang dia lakukan itu sangat berpengaruh bagi diriku?

Bayangkan saja bagaimana rasanya dicium oleh lelaki yang sudah lama kamu cintai dan dia berbohong dengan mengatakan bahwa itu hanya ciuman perpisahan!

Please Kak Arrnet, aku tahu bagimu aku masih anak bau kencur, tapi aku tidak bodoh! Meskipun aku belum pernah ciuman tapi aku tahu kamu menyerahkan hatimu padaku malam itu dengan ciumanmu. Ya silahkan saja tertawakan aku, pada kenyataannya memang itu ciuman pertamaku. Ciuman pertama yang amat sangat romantis dan dilakukan oleh orang yang paling aku cintai.

Tapi sejak kejadian itu aku memilih untuk menghindarinya. Aku masih bisa mempertahankan harga diriku sebagai perempuan. Sejatuh-jatuhnya aku cinta padanya aku tetap tidak terima dia membohongiku dengan menutupi perasaannya sendiri.

Sepanjang perjalanan pulang aku sangat uring-uringan. Mungkin Rion tidak tahu permasalahan kami sehingga ia sedikit bingung. Tapi peduli setan, aku tidak mau dia mencampuri urusanku! Aku sejenak tersadar, mengapa perjalanan ini sangat lama dan aku melihat jalanan tidak seperti jalan yang biasa kami lewati.

"Kita mau kemana?" aku meluncurkan aksi protesku pada Rion yang duduk disamping supir.

"Aku lihat dari tadi kamu bete terus aku mau bawa kamu ke suatu tempat dan aku jamin kamu pasti suka!"

Setelah melewati perjalanan panjang ternyata Rion mengajakku ke sebuah bukit di daerah puncak! Ya, kami sekarang berada di puncak. Di sini suasana begitu sepi dan hanya ada suara alam nan merdu diiringi oleh gemerisik-gemerisik angin yang bergerek dengan dedaunan. Langit mulai senja aku dapat melihat bagaimana Tuhan menciptakan keindahan yang luar biasa.

"Langitnya lagi cerah dan kita tunggu sampai malam ya... tempat ini lebih indah waktu malam hari."

Aku hanya mengangguk saja karena sudah terhipnotis dengan pemandangan luar biasa yang ada di tiap sudut pandanganku. Ketika langit sudah gelap Rion menarik tanganku dan mengajakku berjalan menuju ke puncak bukit. Untuk sejenak aku terdiam. Memandang sekitarku yang begitu mempesona. Rion kok bisa menemukan tempat seperti ini sih? Dari sini aku bisa melihat sang bintang yang terlihat lebih jelas, aku juga bisa melihat lampu kota yang gemerlapan.

"Suka?" celetuk Rion. "Bukit ini punya nama. Namanya bukit Lyor, aku sendiri yang kasih nama."

"Aneh banget. Lyor... Lyor... Lyor... Jelek ah!"

"Yeeee... biarpun jelek, tapi ada artinya. Lyor itu gabungan Lyra dan Orion."

Aku memukul lengan Rion pelan. "Nggak lucu!" gerutuku.

Tiba-tiba Rion mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Aku melihat sebuah teropong bintang ukuran mini. Ya ampun, sejak akapan dia hobi bawa barang-barang seperti itu? Dengan menggunakan teropongnya, dia mulai mengamati bintang. Setelah Rion selesai mengamati ia menyerahkan teropong itu kepadaku, aku pun melakukan hal yang sama. Meski hanya terlihat seperti satu titik putih yang bersinar di langit, bintang-bintang itu mampu membuatku jatuh cinta. Aku belum pernah melihat langit secerah ini dan ribuan bintang seakan berkumpul untuk menyambutku dan Rion.

"Salah satu dari ribuan bintang itu ada rasi Lyra."

Aku segera menoleh padanya, "Oh ya? Terus kenapa dengan rasi Lyra?"

LyraWhere stories live. Discover now