Chap 21 - Wedding Day

10.2K 429 3
                                    


WARNING!! Part ini khusus untuk readers yang umurnya udah 18+ yaa.. jadi be wise yaa readers yang masih di bawah umur.. hehehe.. makasih buat yang udah baca dan vote..

---------------------


Pernikahan kami disiapkan hanya dalam waktu satu bulan. Bibi Lauren dan Cello yang mengatur semuanya. Jadi selama satu bulan ini aku hanya fitting gaun pengantin saja dan mempersiapkan mental. Selama satu bulan juga aku dan Arrnet tidak pernah bertemu. Ia memilih untuk tinggal bersama papa dan Bibi di Sydney sementara aku berada di Melbourne. Rencananya setelah menikah kami akan kembali ke Indonesia dan tinggal di rumah lama kami di bandung. Kata bibi, sebaiknya aku tidak melanjutkan kuliah dulu hingga bayiku lahir.

Hari yang kunanti-nantikan akhirnya tiba. Hari pernikahanku. Pemberkatan pernikahan diselenggarakan di Sydney. Sampai hari ini pun aku belum melihat Kak Arrnet. Bibi Lauren menyuruhku untuk tinggal di hotel sebelum hari pernikahan bersama dengan Cello. Pikiran buruk bahwa Kak Arrnet akan kabur dari pernikahan ini sempat membuatku sangat takut. Tidak, Kak Arrnet tidak mungkin melakukan hal itu.

"Kamu sudah siap?" Cello muncul dari balik pintu kamar.

Aku memandang diriku di depan cermin. Bayangan seorang perempuan dengan gaun pengantin sedernana tetapi terlihat sangat anggun dan mewah membuatku tersenyum. "Sudah," jawabku dengan yakin. Aku membalikkan tubuhku dan mengharap ke arah Cello.

"Wah, cantik sekali! Arrnet nggak salah pilih istri. Kalian benar-benar pasangan yang sempurna," puji Cello dengan tulus. "Ayo berangkat." Cello menarik tanganku untuk menuju lobi depan hotel dimana mobil pengantin sudah menunggu dan siap mengantar kami ke gereja tempat pemberkatan pernikahan di laksanakan.

"Kak Cello, aku boleh tanya sesuatu?" tanyaku ketika kamu sudah dalam perjalanan menuju gereja.

"Tanya apa?"

"Sebenarnya ada apa antara kakak dan kak Arrnet? Maksudku kadang kalian kelihatan sangat dekat seperti... seperti sepasang kekasih."

"Ya ampun, Lyra. Jangan bilang kalau kamu cemburu? Kamu tenang saja, sayang. Aku dan Arrnet nggak ada hubungan spesial apapun seperti yang kamu pikirkan. Aku dan dia hanya sahabat dan partner kerja. Lagipula aku sudah tunangan, nggak mungkin kan aku menghianati tunanganku sendiri dengan menjalin affair dengan Arrnet?" Cello terkekeh.

Wajahku memerah. Malu sekali rasanya sudah berpikir yang tidak-tidak. "Maaf kak. Aku hanya..."

"Sudahlah nggak apa-apa. Salahku juga yang nggak pernah kasih penjelasan ke kamu. habis dulu awal-awal kamu disini setiap lihat aku kamu udah kayak mau nelen aku hidup-hidup." Cello semakin terkikik mengingat kejadian dulu. Wajahku semakin memerah. Ya Tuhan, kenapa aku waktu itu kekanakan sekali. Tapi bagaimana lagi, cemburu kadang membuat otakku sedikit tidak waras.

Kami sudah diba di depan halaman gereja. Jantungku berpacu dua kali lebih cepat Bagaimana ini, apa yang nanti harus aku lakukan? Bahkan Kak Arrnet tidak mau melakukan gladi bersih. Oke, kalau begitu aku hanya akan menunggu Kak Arrnet mengucapkan janji pernikahannya dan setelah itu semuanya akan selesai. Ayah menyambutku di depan pintu mobil dan memelukku dengan penuh haru.

"Akhirnya anak ayah menikah. Jadilah istri yang baik buat suamimu." Aku memeluk ayah semakin erat.

"Iya ayah. Ayah jangan kawatirkan aku. aku akan baik-baik aja."

Setelah itu aku memasukkan tanganku ke dalam lengan ayah dan kami berjalan bersisian menuju ke dalam gereja. Ketika aku masuk, musik yang begitu syahdu sudah mengiringiku untuk menemui pengantin priaku. Di depan altar, Kak Arrnet sudah berdiri tegap dengan balutan tuksedonya. Aku merasakan setitik air mata jatuh. Rasanya seperti mimpi yang menjadi nyata.

LyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang