Chap 18 - The Fact (2)

7.9K 426 10
                                    


Aku menggigit bibirku hingga terasa perih. Setiap kalimat yang diucapkan oleh ayah bagai pedang yang menghujam ulu jantungku. Meremukkan tubuhku dan siap menghancurkan tubuhku kapan saja. Aku masih menguatkan hatiku untuk tidak menangis. Aku merasakan keringat dingin membasahi jemariku. Tiba-tiba aku merasa pusing. Aku memijat-mijat kepalaku sebentar. Aku tidak boleh limbung sekarang. Banyak hal yang masih menjadi tanda tanya besar bagiku.

"Jadi... aku dan Kak Arrnet bukan saudara kandung?" tanyaku dengan suara parau. Aku menatap kosong ke depan tanpa memandang ayah. Masih menggigit bibir agar air mataku tidak keluar.

"Kalian lahir dari orangtua yang berbeda. Mamamu tidak pernah memiliki anak dengan Alex selama enam tahun mereka menikah." Ayah menjelaskan. Terdengar nada yang begitu sedih dari suaranya ketika ayah mengenang almarhum mama.

Petir menyambar-nyambar di kepalaku. Rasanya masih terlalu sulit untuk menerima kenyataan ini. Aku tidak tahu apakah aku harus bersedih attau bahagia menngetahui bahwa aku dan Kak Arrnet tidak memiliki darah yang sama. Apakah dengan begitu aku masih bisa berjuang untuk mendapatkan cintaku?

"Kenapa Kak Arrnet nggak tahu kalau aku dan dia bukan saudara kandung?" tanyaku.

"Karena mamamu tidak pernah mengatakan padanya bahwa Arrnet adalah anak Naomi. Setelah Naomi meninggal, Alex yang memaksa mamamu untuk mengaku sebagai ibu kandung Arrnet. Dan ayah tahu, mamamu sangat menyayangi Arrnet seperti anak kandungnya sendiri."

Aku membekap mulutku dengan tangan. Masih terkejut untuk kesekian kalinya. Perasaan iba tiba-tiba muncul begitu saja. Tante Naomi, meskipun aku belum pernah melihatnya, tapi aku merasa bahwa ia merupakan wanita yang sangat hebat. Wanita yang rela mengorbankan perasaannya dan dirinya sendiri demi orang-orang yang dia sayangi.

Bahkan ketika dia sudah meninggal, ia tidak bisa dikenang sama sekali oleh anak kandungnya. Anak yang ia lahirkan dengan begitu susah payah dan merenggut nyawanya. Aku tidak bisa menahan air mataku lebih lama. Sebagai perempuan hatiku begitu perih mebayangkan apa yang terjadi pada Tante Naomi dulu. Kak Arrnet, kamu mempunyai ibu yang sangat hebat! Bisikku dalam hati.

"Ayah, kak Arrnet pernah cerita ketika usiaku dua tahun ayah membawaku pergi untuk tinggal bersama ayah. Tapi kenapa saat usiaku masih lima tahun ayah justru ninggalin aku sendirian di halte itu? Saat itu aku berfikir kalau ayah udah nggak sayang sama aku dan lebih memilih tante yang sering ayah ajak ke rumah. Ayah nggak pernah khawatir dengan kondisiku saat itu?" Aku mengungkapkan isi hatiku.

Sedih rasanya jika mengingat saat-saat dimana aku begitu mencintai dan membutuhkan ayah tetapi justru ayah memilih untuk meninggalkan aku sendirian. Ya Tuhan, bayangkan saja saat itu usiaku baru lima tahun! Dan aku sangat beruntung karena Rion yang menemukanku, bagaimana jika penjahat yang menemukan aku dan aku jadi korban human trafficking? Aku bergidik ngeri membayangkan hal itu.

"Maafkan ayah, Nak. Kamu pantas membenci ayah. Tapi percayalah ayah sangat mencintaimu. Kamu adalah harta paling berharga yang ditinggalkan oleh mamamu. Saat itu kondisi ayah sedang terpuruk. Kamu tahu, sejak mamamu meninggal, ayah hanya hidup berdua denganmu. Ayah lari ke hal-hal yang tidak benar. Ayah berjudi, ayah mabuk, ayah memakai shabu-shabu. Tapi ketika ayah berada di rumah, ayah selalu menutupi itu dari kamu. Ayah hanya ingin kamu mendapat limpahan kasih sayang seperti anak-anak pada umumnya dan tidak ingin kamu tahu tentang hidup ayah yang rusak.

"Sampai suatu hari ayah dikejar-kejar oleh hutang yang menumpuk. Ayah tidak sanggup menghidupi kamu lagi dan terpaksa harus meninggalkan kamu di halte itu. Tapi percayalah nak, saat itu ayah hanya bersembunyi di balik pohon sambil terus menangis berharap ada orang baik yang bisa menolongmu. Sampai ayah melihat bocah laki-laki itu membawamu pergi. Ayah terus mengikuti kalian. Dan ayah sedikit lega ketika bocah itu membawamu ke rumah yang agak besar. Saat itu harapan ayah hanya kamu bisa mendapatkan hidup yang lebih baik."

LyraWhere stories live. Discover now