Chap 4 - Reconciled with The Past

9.4K 529 8
                                    


Pangeran berkuda putih itu membawaku ke istananya

Jemari kami saling bertaut untuk menyatukan rasa

Segala takut dan sepi hilang tanpa sisa

Digantikan oleh rasa asing yang menggetarkan dada

***

Lyra POV

Kantin merupakan tempat yang paling asik untuk menghabiskan jam istirahat. Ketiga sahabatku memang doyan makan. Kami memilih bangku kantin yang paling pojok. Aku memesan nasi goreng dan jus tomat tanpa gula, seperti biasa. Sedangkan ketiga temanku yang lainnya jangan ditanya lagi, mereka memesan soto dua porsi ditambah es campur. Buset!

Aku menyuapkan sesendok nasi goreng yang asapnya masih mengepul ke mulutku. Nafsu makanku tiba-tiba meningkat dibandingkan kemarin. Kemarin aku sama sekali tidak menyentuh nasi gorengku dan hanya minum jus tomat saja. Sekarang aku benar-benar lapar. Derra menyenggol lenganku. Aku tersedak. Dengan cepat Derra mengambilkan minum untukku. Aku meminumnya sampai habis.

"Apaan sih? Gangguin orang lagi makan aja! Keselek nih!" protesku.

Mata Derra menunjuk arah di belakangku. Aku mengerutkan kening dan ikut menoleh ke arah yang ditunjuk Derra. Dia lagi! Duh, kuman ini kenapa selalu nempel kemanapun aku pergi sih? Batinku kesal.

Aku meletakkan sendok ke meja, berdiri dan menarik Rion menjauh. Aku mengajak Rion ke kebun belakang sekolah. Tempat kita bertemu kemarin.

"Ada apa cari aku lagi? Belum puas apa sudah ketemu di rumah. Well, you've five minutes. Hurry up!"  kataku dengan nada pongah.

"Ehm... aku... aku mau ajak kamu ke suatu tempat." Ia tergagap dan menggaruk lehernya yang mungkin tidak gatal. Pandangannya saja beralih-alih seperti tidak fokus denganku yang ada di hadapannya. 

"Kemana?"

"Rahasia. Pokoknya kamu pasti suka. Gimana?" sepertinya ia bukan tipe lelaki yang bisa menyerah begitu saja dengan segala keangkuhan yang aku tunjukkan.

Aku berpikir sejenak sebelum mengangguk menyatakan aku bersedia pergi dengannya besok. Biarlah aku menyenangkan hatinya, daripada nanti ia pulang dan tiba-tiba bunuh diri. Oke, mungkin aku berlebihan, tetapi aku sungguh tidak ingin disumpahi yang jelek-jelek ketika aku menolak laki-laki. Jadi sebisa mungkin aku akan menggunakan cara yang sangat halus. Wahai perempuan, harap itu dicatat ya! Hahaha.

"Kalau gitu besok malam jam tujuh aku tunggu kamu di taman belakang rumah," kata Orion bersemangat. Dia berkata lagi, "Harus datang, ya?"

Ya ampun, ternyata dia hanya mengajakku ke belakang rumah? "Kamu cuma mau ajak aku ke belakang rumah?!" pekikku sedikit marah.

Aku pikir ia akan mengajakku ke suatu tempat yang asik. Minimal mall lah agar aku juga bisa menyalurkan hobi shoppingku. Sudah lama juga aku tidak pergi shopping. Lumayan kan ke mall ada gandengan daripada bersama dengan tiga sahabatku itu.

"Bukan! Kita ketemu di belakang rumah  dan nati aku akan bawa kamu ke suatu tempat yang indah."

Aku hanya bisa mengangguk ragu-ragu. Yah apa boleh buat? Menyenangkan hatinya sedikit tidak dosa kan?

***

Sepulang sekolah, aku mencari Kak Arrnet ke dan berhasil menemukannya di balkon atas. Kak Arrnet sedang memandang langit sambil melamun. Apa yang sedang kamu pikirkan, Kak? Wajah itu kenapa terlihat begitu tertekan. Ah, mungkin dia hanya lelah dengan pekerjaannya. Aku mencoba berpikir positif saja.

LyraWhere stories live. Discover now