Chap 24 - Miracle

9.9K 457 3
                                    


Author POV

Arrnet tidak tahu berada dimana ia saat ini. Semua yang bisa terjangkau dalam pandangannya hanya putih. Ia berbaring dalam gula-gula kapas. Membuatnya merasa nyaman dan karena terlalu nyaman hingga membuatnya enggan untuk bangun.

Apakah aku ada di surga sekarang? Apakah aku sudah mati?

Arrnet terus membatin dalam lamunannya. Dalam ruangan yang serba putih ini, masih ada cahaya yang bisa menembus dan menyilaukan mata. Arrnet memincingkan matanya, mencoba melihat ke dalam cahaya terang itu. Seorang perempuan cantik muncul dari balik cahaya. Cantik sekali. Ia mengenakan gaun putih dari sutra yang berlapis dengan permata yang bersinar berkilauan.

Apakah dia malaikat?

Perempuan muda yang cantik itu menghampiri Arrnet yang masih terbaring. Ia duduk di sisi Arrnet. Membawa kepala Arrnet untuk tidur dalam pangkuannya. Arrnet tidak pernah merasa senyaman ini. Ia merasakan memiliki kontak batin dengan perempuan yang saat ini sedang mengelus pipinya dengan penuh sayang.

Siapa dia? Tapi kenapa lidahku kelu hanya untuk bertanya siapa dia?

"Putraku..."

Oh, betapa merdu suaranya. Dan tunggu, apa tadi dia memanggilku putranya? Anaknya? Batin Arrnet.

"Kamu sedang bertanya dalam hatimu siapa aku? Aku ibumu, sayang." Seakan bisa membaca suara hati Arrnet perempuan itu menjawab.

Arrnet terbelalak. Tidak mungkin! Kamu masih sangat muda. Mama sudah lama meninggal dan kamu bukan mamaku! Arrnet berteriak dalam hati. Kenapa mulutnya terkunci? Dan ia hanya bisa berkata dalam hati saja. Dan kenapa perempuan ini bisa membaca pikirannya?

"Ibu melahirkanmu saat masih muda. Dan ibu bahkan belum pernah menyentuhmu. Karena Tuhan lebih menyayangi ibu. Tuhan tidak ingin ibu hidup terlalu lama di dunia." Perempuan itu menjawab dengan lembut.

Arrnet memejamkan mata. Ia hanya merasakan tangan lembut perempuan itu menyentuh tiap sudut wajahnya. Sentuhan rindu dan penuh kasih sayang. Setetes air mata turun tanpa Arrnet sadari. Sentuhan perempuan ini bahkan membuatnya tidak ingin beranjak pergi.

Sejak kecil ia tidak pernah merasakan sentuhan mamanya. Mamanya selalu lemah dan sakit-sakitan hingga tidak sempat memberikan perhatian padanya. Sejak kecil, ia hidup dengan keras. Ia bahkan tidak tahu bagaimana kasih seorang ibu kepada anaknya. Dan Arrnet sungguh ingin mempercayai bahwa perempuan ini memang ibunya.

Ibu...

Arrnet terisak. Ia semakin meringkukkan tubuhnya dalam pelukan ibunya. Menumpahkan segala perasaan yang selama ini ia pendam. Menumpahkan segala tangis yang selama ini ia tahan. Ia memang ingin terlihat lemah di depan ibunya. Ia ingin seperti anak-anak lain yang ketika menangis maka ada seorang ibu yang bisa menenangkannya dan memberi kedamaian di hatinya.

Masih dengan berbaring di pangkuan ibunya, Arrnet memeluk ibunya erat. Ia tidak meu melepaskan perempuan itu. Inilah yang ia dampakan sejak dulu. Inilah hal yang belum pernah ia rasakan hingga usianya beranjak dewasa. Dan ia tidak ingin lagi kembali kepada kenyataan. Kalau saat ini memang ia sudah mati dan akan terus bersama ibunya, ia sungguh rela.

Jangan tinggalkan aku, Ibu...

"Ibu tidak pernah meninggalkan kamu, sayang. Ibu selalu ada di dalam hati kamu. Ibu tidak akan pernah pergi. Kamu tahu, kasih ibu sepanjang masa. Bahkan ketika ibu dan kamu sudah berada dalam dua dunia yang berbeda." Perempuan itu mengelus rambut Arrnet, menyingkirkan anak-anak rambut yang jatuh di dahi Arrnet. Kemudian mencium kening Arrnet lama.

LyraWhere stories live. Discover now