30

10.2K 1.1K 45
                                    

"Adek lo kenapa duduk di pojokan gitu? Suruh ke sinilah, gabung sama kita." tanya Jovan, dia adalah sahabat Zain.

"Ngambek gue marahin tadi" jawab Zain memperhatikan Kara yang duduk di sofa single, sofa itu terletak di paling ujung ruangan keluarga.

"Emang adek lo ngapain sampai lo marah?" tanya Charly.

"Bukan adek gue yang gue marahi tapi Abang gue. Eh... Malah adek gue juga ikut ngambek gara-gara Abang gue di kandang" jelas Zain.

Tadi sepulang dari tempat les mereka mampir makan siang tak jauh dari tempat les, setelah itu mereka pun pulang. Saat tiba di rumah ada seorang pria yang menganku orang suruhan Banu ingin menjemput Kara.

Tentu saja Zain tidak mengizinkan orang itu membawa Kara begitu saja, walaupun anak itu sudah bersiap untuk pulang ke rumahnya. Alhasil ada sedikit perdebatan antara Zain dan pria suruhan Banu, hingga berakhir Zain menelpon Banu. Meminta izin agar Kara tetep tinggal bersama dengan dirinya sampai mereka kembali ke Indonesia.

Setelah mendapatkan izin, Kara pun tidak jadi pulang. Zain memintanya untuk istirahat tapi Kara malah bermain dengan kucing milik Zain yang di beri nama Kimchi atau biasa di panggil dengan sebutan Abang oleh si pemilik.

Hal itu yang membuat Zain kesal dan memasukkan Kimchi ke dalam kandang dan itulah yang membuat Kara juga ikut marah pada dirinya karena tidak di perbolehkan bermain dengan kucing itu.

"Lagian udah tau abang sama adeknya lagi main tuh lo jangn ganggu. Kalau gini kan lo yang ribet sendiri, adek ngambek lo di cakar abang," ujar Charly.

"Diem lo gak tau apa-apa," ketus Zain lalu bangkit dari duduknya menghampiri Kara yang sejak tadi hanya duduk diam.

"Tadi kamu belum minum obatnya kan? Minum dulu ya?" ujar Zain dengan lembut mengusap rambut Kara.

"Udah tadi pagi" jawab Kara menepis tangan Zain.

"Itu kan tadi pagi, yang siang belum kan? Sehari tiga kali biar cepat sembuh. Katanya besok mau sekolah, gak jadi sekolah?"

"Jadi lah, besok ujian"

"Kalau gitu minum obat dulu, biar besok bisa sekolah. Biar bisa ikut ujian"

"Kenapa gak minum aja sekalian tadi pagi? Kenapa tadi pagi ngasih buat sekali minum kan bisa sekaligus tiga kali" ucap Kara menatap kesal pada Zain, tadi saat sopir pribadi Anka menjemputnya ia ingin ikut pulang dan bisa melakukan belajar di rumah.

"Itu namanya bukan minum obat tapi bunuh diri" celtuk Jovan.

Kara mengalihkan perhatian pada kedua sahabat Zian. "Gue gak ngomong sama lo. Diem!"

"Galak banget, kan gue cuma ngomong" ucap Jovan tersenyum tipis pada Zain yang menatap tajam ke arahnya.

Zain beralih menatap Kara dengan lembut. "Jangan dengerin mereka, udah rada-rada stres mereka berdua" ucapnya tersenyum pada Kara.

Zain menyipitkan matanya ketika melihat darah yang melihat darah kering di pelipis Kara yang tertutup rambut anak itu. "Ini kenapa?" tanyanya melihat memar dan goresan luka di pelipis Kara.

"Oh, ini. Tadi kena pintu" jawab Kara dengan santainya.

"Kapan? Kenapa bisa kena pintu? Emang tadi kamu ngapain?" Zain menahan tangan Kara yang ingin mengusap lukanya.

"Tadi habis telpon Ayah gak sengaja hp-nya jatuh terus pas mau ambil gak lihat-lihat jadi kena pintu-"

"Bohong, iya kan?" sela Zain menatap Kara dengan serius.

"Gak, siapa yang bohong" balas Kara memalingkan pandangannya.

Zain menghela napasnya. "Kalau marah atau kesal bisa kan jangan melukai diri sendiri kaya gini"

KARA Where stories live. Discover now