31

10.5K 1.2K 100
                                    

"Gimana keputusan kalian berdua?" tanya Rani pada Banu dan Naira.

"Kita sepakat masukin Kara ke asrama setelah ujian sekolah nanti" jawab Naira.

"Kan aku udah bilang dari dulu buat masukin Kara ke asrama. Kalian gak ada yang mau dengerin, ujung-ujungnya sekarang masuk asrama juga kan?" ucap Rani.

"Kalau dari dulu mereka berdua di pisah kan sekarang Anka udah sembuh, gak harus bolak-balik ke rumah sakit. Kalian gak kasihan sama Anka?" sambungnya lagi.

"Sebenarnya gak ada hubungannya, Anka kan sakit dari bayi. Dokternya juga udah bilang pas dia baru lahir dulu," ujar Mila yang baru saja masuk ke dalam kamar hotel Naira.

"Justru itu, kalau dari dulu kita pisah mereka berdua dan tetap fokus sama Anka kan gak akan kaya sekarang ini." balas Rani menatap adik iparnya yang berdiri di dekatnya.

"Tapi mereka anak kembar Kak, mana bisa di pisah gitu aja. Coba Kakak ingat-ingat, setiap kali kita bawa Anka berobat ka luar negeri Anka pasti sakit kalau jauh dari Kara. Entah penyakit Anka yang kambuh atau Anka yang tiba-tiba demam tinggi" ucap Mila mendudukkan dirinya di sebelah Naira.

"Dua-duanya emang gak sehat dari kecil, bedanya kita memperhatikan Anka yang menang kita udah tau pas dia baru lahir sedangkan Kara kita tau pas pengasuhnya udah gak kerja sama kita lagi." sambung Mila lagi.

Anemia sel sabit (sickle cell anemia) adalah kelainan genetik yang menyebabkan bentuk sel darah merah menjadi tidak normal. Tidak normalnya bentuk sel darah tersebut mengakibatkan pasokan darah sehat dan oksigen ke seluruh tubuh menjadi berkurang.

Pada kondisi normal, sel darah merah berbentuk bundar dan lentur sehingga mudah bergerak dalam pembuluh darah. Sementara pada anemia sel sabit, sel darah merah berbentuk seperti sabit, kaku, dan mudah menyumbat pembuluh darah kecil, sehingga menghambat pasokan darah sehat dan oksigen yang dibutuhkan tubuh.

Itulah yang di katakan dokter saat Anka masih kecil.

"Sampai sekarang tidak ada obat yang bisa menyembuhkan kelainan yang di alami Kara, banyak dari anak-anak yang tidak bisa bertahan sampai usia dewasa. Kara adalah anugrah bisa bertahan sampai sekarang ini." ucapan doktor hari itu menggema di telinga Banu.

"Saat ini, belum ada obat untuk menyembuhkan anemia sel sabit. Akan tetapi, penanganan dapat diberikan untuk mengontrol gejala dan mencegah terjadinya komplikasi."

"Kamu bisa aja kehilangan keduanya dalam waktu bersamaan, dan hal yang paling kamu sesali kepergian Kara" ucapan Raka saat Banu mengatakan anak memasukkan Kara ke asrama.

"Ayah gimana rasanya naik pesawat? Bisa lihat awan di atas? Bisa lihat aku pas main di halaman gak?" tanya Kara dengan polosnya mengikuti langkah Banu yang sedang bersiap-siap untuk pergi liburan.

"Ayah nanti pas liburan di sana aku boleh kan telpon Ayah sekali? Lima menit aja gak lama aku juga mau lihat di sana sama gak kayak di rumah?"

"Antar ini ke kamar Anka, ini mainan Anka kan?

Kara menganggukkan kepalanya, mengambil mainan yang ada di atas meja ruang keluarga. "Anka yang bawa tadi, aku gak pinjam buat main. Aku main di belakang tadi baru masuk ke dalam pas lihat Ayah pulang."

Banu menghela napasnya lalu bangkit dari duduknya. "Kita akan pulang besok pagi, siap-siap dan istirahat" ucapnya lalu keluar untuk melihat Anka sudah tidur atau belum.

"Kita bicarakan lagi nanti di rumah, selamat malam" pungkas Rani lalu keluar dari kamar Naira.

"Selamat malam Kak," ucap Mila keluar menyusul Rani yang sudah pergi lebih dulu.

KARA Onde histórias criam vida. Descubra agora