11

13.4K 1.1K 24
                                    

"Ayo turun, kita udah sampai" ucap Banu setelah menghentikan mobilnya di depan lobby.

"Tunggu Yah, jangan turun dulu aku masih mau naik mobil. Muter sekali lagi Yah, di perempatan tadi, habis itu aku turun" ucap Kara mengurungkan niat Banu yang ingin turun dari mobil.

"Jangan aneh-aneh, kamu butuh dokter secepatnya" ujar Kara.

"Cuma sekali lagi aja gak sampai sepuluh menit kok. Lagian kan kita jarang-jarang satu mobil kaya gini, mumpung lagi barang-barang Yah"

Banu kembali menutup pintu mobilnya lalu melajukan mobilnya, menuruti keinginan Kara. "Kamu kenapa? Takut sama dokter?" tanya Anka menatap lembut adiknya.

"Gak, ngapain gue takut" balas Kara sekilas menatap Anka.

"Ayo turun, jangan banyak alasan lagi" ucap Banu setelah kembali lagi ke rumah sakit.

Tanpa ada bantahan, Kara turun dari mobil lalu berjalan masuk ke dalam rumah sakit lebih dulu. "Kara bukan banyak alasan Yah, tapi dia mau jalan-jalan sama kita. Nanti kalau Kara udah sembuh ajak jalan-jalan Yah, kita gak pernah ajak Kara pergi jalan-jalan" ucap Anka lalu segera menyusul adiknya.

"Kara" panggil Anka menarik tangan adiknya yang ingin masuk ke dalam lift. "Tunggu Ibu sama Ayah jangan pergi sendiri-sendiri gitu, kamu mau ilang?"

"Lepas!" Kara menepis tangan Anka lalu melangkahkan kakinya menghampiri kedua orang tuanya.

"Aku mau coba lewat pintu itu" tunjuk Kara pada pintu lift yang tadi ingin dia masuki.

"Itu khusus buat pasien" ujar Naira.

"Aku juga pasien, aku mau lewat situ gak mau tau" balas Kara lalu berjalan mendekati pintu lift.

"Biar aku yang ikutin Kara, kamu sama Anka lewat tangan bias" ucap Banu segera menyusul Kara, sebelum anak itu benar-benar masuk ke dalam lift sendiri.

"Ayah gak usah ikut, aku bisa sendiri" ucap Kara menyembunyikan tangannya di balik punggungnya ketika Banu ingin menggandengnya.

"Jangan banyak tingkah" ucap Banu menatap tajam anaknya. "Ayo masuk dokter udah nungguin dari tadi" ajaknya menarik tangan Kara masuk ke dalam lift.

Kara melepaskan genggaman tangan Banu lalu mendongakkan kepalanya menatap Ayah-nya yang hanya diam menatap ke depan. "Aku kan bilang gak usah ke rumah sakit Yah, aku gak sakit"

"Kamu gak bisa diem?"

"Bisa Yah, Ayah gak suka ya?" tanya Kara tersenyum tipis.

Banu tak lagi menanggapi ucapan anaknya, setelah pintu lift terbuka. Banu melangkahkan kakinya keluar, berjalan menuju ruangan dokter yang sudah membuat janji dengan dirinya.

Kara mengikuti langkah Banu dari belakang, dia menghentikan langkahnya ketika darah segar kembali keluar dari hidungnya. "Kenapa harus pake baju putih coba, kan jadi kotor" ucap Kara mengusap darahnya dengan lengan bajunya.

"Adek, adek kenpa?" tanya petugas rumah sakit yang kebetulan berpapasan dengan Kara.

"Astaga, duduk sini. Sebentar ya, suster ambil tisu dulu" ucap suster itu membantu Kara untuk duduk di kursi lalu mengambil tisu yang ada di atas meja tunggu.

Suster itu membantu Kara memeriksa darah yang keluar dari hidungnya. "Adek di rawat di sini? Di kamar nomor berapa?"

"Aku gak di rawat, aku baru datang ke sini" jawab Kara menujuk ke arah belakang, di mana dia melihat Banu berjalan ke arahnya.

"Aku ke sini sama Ayah sus, terima kasih suster aku mau ke Ayah dulu" pamit Kara bangkit dari duduknya lalu berlari menghampiri Banu.

"Kara dari mana aja?" tanya Anka berjalan mendekati adiknya, alangkah terkejutnya ketika melihat banyaknya moda darah yang ada di baju Kara.

KARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang