17

12.9K 1.1K 45
                                    

Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan, siang ini Kara di perbolehkan untuk pulang ke rumah. Tentunya dengan berbagai macam larangan yang harus anak itu ikuti.

Saat ini mereka sudah dalam perjalanan pulang ke rumah, mereka berada dalam satu mobil yang sama. Di mana Banu yang mengemudikan mobilnya.

"Nanti kita mampir ke restoran buat makan siang sekalian. Mau makan di mana?" tanya Banu sekilas melihat kedua anaknya dari kaca spion.

"Kamu mau makan siang apa?" tanya Anka pada adiknya yang sejak tadi hanya diam memandang ke samping jalanan.

"Makan di rumah" jawab Kara tanpa mengalihkan perhatiannya.

"Sampai rumahnya masih lama, belum jalannya macet gini" ujar Anka.

"Terserah Ayah sama Ibu aja mau makan di mana. Kita ikut aja" pungkas Anka dari pada dirinya yang memutuskan nanti tidak cocok dengan adiknya.

"Gue gak, gue mau makan di rumah" tegas Kara.

"Sampai rumahnya masih jauh, keburu lewat jam makan siangnya. Kamu juga harus minum obat" ujar Anka mencoba memberikan pengertian pada adiknya.

"Gak, jalan yang itu lebih cepat. Tapi gak muat mobil, bisa jalan kaki" tunjuk Kara ke arah gang tak jauh dari lampu merah.

"Kalau jalan kaki lebih lama lagi, kita makan di restoran biasanya aja ya?" sahut Naira menoleh ke belakang.

"Gak lama Bu, biasanya aku lewat situ kalau pulang les. Gak lama kok sekitar satu jam setengah jalan kaki sampai rumah" ujar Kara yang membuat keluarganya dima dengan pemikiran masing-masing.

"Les apa di situ?" tanya Anka menatap Kara.

"Les matematika, ipa sama bahasa inggris"

"Bukannya itu jaraknya jauh dari sekolah kamu?"

"Gak, dekat. Lo jangan sok tau kaya pernah pergi ke sekolah gue aja." balas Kara lalu kembali memandang sisi jalanan. Dia mengingat dulu waktu baru pertama kali belajar pergi sendiri.

"Dulu gue pernah tersesat di sana sampai malam, karena gak tau jalan. Gue pikir Nini benar-benar biarin gue pergi sendiri, ternyata Nini ngikutin dari belakang. Sampai akhirnya gue bisa pergi-pergi sendiri walaupun dengan rutinitas itu-itu aja" batin Kara tersenyum tipis.

"Kita udah sampai ayo turun" ajak Naira setelah Banu menghentikan mobilnya di parkiran restoran.

"Ayo kita turun, biasanya kalau aku beli nasi goreng di sini. Nasi goreng yang kamu suka" ujar Anka lalu turun lebih dulu.

Kara hanya diam menatap kelurga yang sudah turun dari mobil, dia ingin ikut turun tapi mengingat ucapan Ayah-nya. Jika dirinya belum setara dengan Anka maka jangan berharap mendapatkan apa yang Anka dapatkan karena itu tidak akan mungkin.

Banu juga pernah mengatakan jika dia merasa mual jika berjalan bersama dengan dirinya.

Kara turun dari mobil lalu melihat ke sekelilingnya, dia melihat ada bangku tak jauh dari parkiran mobil. "Aku tunggu di sana sampai Ibu sama Ayah selesai makan" tunjuknya ke arah bangku yang ada di pinggir jalan.

"Kita masuk ke dalam, makan sama-sama" ujar Naira meraih tangan anak bungsunya.

"Tapi Bu, aku gak bisa makan di sini. Aku tunggu di sana aja, gak akan pergi ke mana-mana sampai Ibu selesai makan" ucap Kara melepaskan genggaman tangan Naira.

"Kenapa kamu gak suka? Mau makan di mana? Ayo kita pergi ke sana, kamu maunya makan di mana?" tanya Naira dengan lembut.

"Di rumah, aku makan di rumah. Ibu, Ayah sama Anka aja yang makan di sini, aku tunggu sampai selesai" jawab Kara menyembunyikan tangannya di balik punggungnya ketika Naira berusaha kembali meraih tangannya.

KARA Where stories live. Discover now