9

13.2K 1K 34
                                    

"Apa sebelumnya kamu pernah mengalami kecelakaan atau benturan? terutama di bagian kepala" tanya dokter Raka setelah menyelesaikan pemeriksaannya pada Kara.

"Kecelakaan? seingatnya ku tidak pernah tapi kalau benturan pernah dan itu sering aku dapatkan" jawab Kara.

"Kenapa?"

"Ada dua hal penyebabnya. Yang pertama aku melakukannya sendiri dan yang kedua kerena teman-teman ku yang suka bercanda" jawab Kara dengan santainya, sedangkan Raka yang mendengarnya cukup terkejut dengan apa yang Kara katakan.

"Apa kamu tahu, apa akibat dari semua itu?"

Kara menggelengkan kepalanya. "Aku gak tau apa akibatnya tapi aku tahu apa yang terjadi dengan tubuh ku" ujar Kara sejenak menghentikan ucapannya, lalu dia kembali melanjutkan kata-kata.

"Aku pernah bertanya dengan pengasuh ku, sebelum dia pergi dan aku juga pernah bertanya dengan dokter. Dokter yang waktu aku temui itu bilang, penderita kelainan seperti ku tidak akan hidup lama sebagian besar dari penderita penyakit seperti ku, mati sebelum usia dua puluh lima tahun" ucap Kara.

"Aku tahu apa yang terjadi dengan tubuh ku itu bukan karena aku punya kekuatan super, tapi karena sebuah penyakit" sambungnya lagi.

"Jadi kamu tahu apa yang terjadi dengan tubuh mu?" dokter itu menatap Kara dengan sendu, ia pikir anak sahabatnya itu tidak tahu apa yang terjadi dengan tubuhnya. Nyatanya anak itu tahu jauh sebelum hari ini.

"Aku tahu semuanya, aku menerima niat baik anda karena aku ingin meminta bantuan anda" ucap Kara menatap dokter Raka dengan serius.

"Apa, aku akan membatu mu"

"Jangan menatap ku dengan tatapan kasihan seperti itu dok, aku tidak masalah dengan apa yang akan terjadi ke depannya. Tapi ada hal yang akan ku sesali jika aku tidak bisa melakukan itu" Kara tersenyum manis pada Raka.

"Apa yang bisa aku bantu? aku ini sahabat Ayah mu jadi anggap aku sebagai Paman mu sendiri" Raka bangkit dari duduknya lalu mengusap rambut Kara dengan lembut.

"Apa ada cara agar aku sedikit pintar dan tidak bodoh lagi. Aku udah belajar dari pagi sampai malam tapi tetap aja gala, nilai pelajaran ku tetap rendah" ucap Kara bangkit dari duduknya lalu membuka tas yang di bawanya lalu menunjukan keras-keras soal pada dokter Raka.

"Ini, aku gak bisa jawab soal yang Ayah bilang ini soal yang sama dari seminggu yang lalu. Seharusnya aku hafal dengan soal yang sama dan di ulang-ulang setiap hari tapi sedikit pun aku gak ingat dan bingung buat selesain semua ini" sambungnya lagi.

"Banu harus tahu hal ini, anaknya kesulitan menerima pelajaran di sekolah bukan karena dia bodoh. Tapi karena penyakitnya dah ada pendarahan kecil di kepalanya" bantin Raka menatap kosong pada kertas-kertas yang di tujukan Kara.

"Dokter anda baik-baik saja? Anda pasti terkejut dengan kebodohan ku, aku juga gak tahu harus gimana lagi. Aku gak berani membenturkan kepala ku lagi, terakhir kali aku melakukannya berakhir pingsan" ucap Kara kembali menyimpan kertas-kertasnya.

"Dokter aku harus pulang, sebentar lagi Ayah dan Ibu ku pulang. Besok pagi aku boleh kan berkunjung ke sini lagi?" Kara menatap dokter Raka dengan mata berbinar-binar.

"Tentu saja, datang ke sini kapan pun yang kamu inginkan. Aku senang kamu mau bercerita dengan Paman yang baru kamu temui ini" ujuar dokter Raka tersenyum lembut.

"Aku suka cerita dengan siapa pun, aku juga suka cerita dengan diriku sendiri. Itu sangat menyenangkan" balas Kara lalu menggendong tas ranselnya.

"Aku pulang dulu dokter, terima kasih untuk hari ini dan sampai jumpa lagi besok" pamit Kara segera keluar dari ruangan dokter Raka. Dia harus segera pulang sebelum kedua orang tuanya sampai di rumah lebih dulu.

KARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang