34

9K 1.1K 44
                                    

"Pak, kok tadi Om Banu bisa tau kalau Kara di sekolah?" tanya Zain sambil memasukkan buku-buku sekolahnya untuk besok.

"Iya jelas tau lah, pertama dia datang ke rumah sakit yang kedua dia kan tau Nenek Kakek kamu udah lama meninggal" jawab Raka.

"Lagian tuh harusnya Bapak kalau bohong pinter dikit napa? Masa bohong aja harus di ajarin"

"Kan kamu yang bilang kalau Kara belum pernah di jemput sekolah sama Ayah Ibu-nya. Bapak kan cuma bantuin kamu" balas Raka menatap anaknya yang duduk di atas kasur.

"Kamu pengen banget punya adek?" tanya Raka dengan serius. Sebenarnya sudah berulang kali anaknya itu meminta adik dan menyuruhnya untuk menikah lagi, tapi dirinya masih belum menemukan orang yang tepat apa lagi dirinya juga sibuk bekerja di rumah sakit.

"Ya serius lah, gak enak tau setiap hari di rumah sendirian. Apa lagi kalau Bapak tugas malam, gak ada yang bisa di ajak ngobrol"

"Kan udah ada adek dua sama satu Abang,"

"Iya tapi kan gak bisa di ajak ngobrol, Bapak ini paham gak sih?" kesal Zain.

"Iya paham, tapi kalau suatu hari nanti Bapak nikah terus kan kasian sayangnya bakal ke bagi. Gak sepenuhnya buat kamu, gak pa-pa?" Raka menyandarkan tubuhnya di kursi meja belajar Zain.

"Ya gak masalah, yang penting aku gak sendirian di rumah kalau Bapak kerja di rumah sakit. Emang Bapak mau nikah kapan?" tanya Zain menatap Raka dengan serius.

"Ya, soal itu nanti lah Bapak pikir-pikir dulu. Besok mau bekal apa ke sekolah?" tanya Raka bangkit dari duduknya.

"Mau mie goreng, Kara boleh makan mie gak?"

"Boleh aja, besok bakalnya mau samaan?"

Zain menganggukkan kepalanya lalu menepuk kasurnya. "Temenin aku sampai tidur" pintanya membaringkan tubuhnya di atas kasur.

Raka membaringkan tubuhnya di samping anaknya, memeluk anaknya dengan erat. "Besok Bapak pulangnya malam, mungkin bisa jemput kamu pulang sekolah tapi malam kamu sendiri di rumah"

"Udah bisa gitu, besok kasih aku uang lebih mau jajan di luar aku," balas Zain membalikkan tubuhnya membelakangi Raka.

"Boleh tapi hari libur gak ada makan di luar, udah banyak jajan di luar" pungkas Raka mengusap punggung anaknya.

Sementara itu di rumah Banu, Kara baru saja selesai belajar. Anak itu menatap jam didinding di ruang keluarga.

"Udah jam setengah dua belas, kok Ayah sama Ibu belum pulang? Tumben" monolog Kara merapikan buku-bukunya.

Setelah merapikan buku-bukunya, Kara pergi ke dapur meyakinkan air ke dalam mangkuk lalu membawanya ke kamar.

Kara meletakkan mangkuk berisi air di atas meja dengan hati-hati, lalu mengambil handuk kecil untuk mengompres Anka.

"Untung lo sakit tidur di sini, kalau di kamar lo kan gue gak berani masuk" ucpanya menempelkan handuk basah di dahi Anka.

Kara mengambil selimut baru lalu menyelimuti tubuh Anka. Setelah itu dia mengambil bantal miliknya, membentangkan selimutnya di atas lantai lalu berbaring di atas selimutnya.

Kara yang sebenarnya belum bisa tidur karena kedua orang tuanya belum pulang pun hanya diam menatap langit-langit kamarnya. Pandangannya beralih menatap tumpukan buku yang ada di atas lemari bajunya.

"Anka, aku pinjam buku kamu yang ada di kamar aku boleh gak?"

"Gak! Kamu mana paham buku kelas tiga, kelas dua aja gak naik kelas" ucap Anka tanpa mengalihkan perhatiannya.

KARA Where stories live. Discover now