41. Black Rain

16.3K 3.1K 6.5K
                                    

jangan lupa vote dan comment yaa babygeng! 🦋 happy reading 🌷💜

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

jangan lupa vote dan comment yaa babygeng! 🦋 happy reading 🌷💜

41 ʚɞ Black Rain

Dua peri memergoki Sarayu masuk ke area makam Auree. Mereka terheran-heran. Masalahnya, tidak ada rakyat Faigreene yang boleh mengunjungi makam itu kecuali keluarga Kerajaan dan pengawal Zennor.

Sarayu hanya peri biasa yang mengabdi di istana, bukan termasuk peri penting. Bahkan Ai yang merupakan putri raja pernah dilarang melihat makam ibunya sendiri. Kini? Bisa-bisanya Sarayu menyelonong ke sana.

"Dia sedang apa? Gerak-geriknya mencurigakan." Satu peri bertanya, berbisik-bisik dengan temannya.

"Raja Zennor akan sangat marah bila mengetahui ini," ucap peri satu lagi.

"Menurutmu, perlukah kita melaporkan Sarayu ke penjaga?"

"Memang itu yang harus kita lakukan!"

"Cepat! Jangan sampai Sarayu melihat dan mendengar kita."

"Ya!"

Mereka terbang cepat menuju istana yang letaknya bersebelahan dengan halaman luas di mana makam Auree berada. Sepeninggalnya mereka, Sarayu menoleh pelan melihat kabut tebal bergerak seperti baru saja dilintasi sesuatu. Peri-peri tadi tidak tau Sarayu mendengar samar obrolan singkat di sekitarnya.

"Sialan." Sarayu bergumam kesal.

Dua peri yang sama-sama merupakan peri air itu mencari penjaga istana, tetapi yang melintas di depan mereka malah tiga pengawal Zennor. Ketika mereka baru akan memanggil, suara mereka tertelan lagi lantaran ada satu peri tiba-tiba muncul di tengah mereka.

"Hm ... hari ini matahari cepat menghilang, ya? Rasanya baru beberapa menit aku merasakan siang, tiba-tiba sekarang sudah sore menuju malam." Sarayu bertutur seraya bersedekap sambil menatap jendela raksasa di hadapan mereka.

Kemunculannya yang setiba-tiba ini membuat dua peri itu tersentak. Mereka gelisah dan merasa tak nyaman didekati Sarayu. Apalagi omongannya yang punya maksud tertentu, tidak mungkin hanya berbasa-basi membicarakan matahari.

"Aku banyak bertemu peri baik hari ini. Kalian peri baik, kan? Jangan merusak hariku dengan membuat aku kecewa, oke?" Sarayu melanjutkan.

Peri air yang bernama Maori menyahut, "Aku bukan peri baik. Aku peri air, Sarayu. Tidak bisakah kau melihat rambut, mata, sayap, dan pakaianku yang serba biru?"

"Aku juga!" Irvi, peri air juga, ikut menimbrung.

Sarayu mendengkus, tetapi ia tetap ingin terkesan ramah, maka Sarayu terkekeh mendengar ucapan dua peri air yang membuatnya jengkel itu.

"Ya ... kalian bercanda. Maksudku bukan seperti itu. Kalian pasti mengerti," tutur Sarayu.

Tatapan ramah Sarayu perlahan berganti tajam. Ia malas berlama-lama akting ramah di depan dua peri yang mengusiknya ini. Maori dan Irvi ingin menghindari Sarayu, sayangnya Sarayu tak membiarkan mereka terbang bebas menelusuri istana. Sarayu mencengkeram pergelangan mereka kuat-kuat sampai mereka meringis.

ScenicWhere stories live. Discover now