7. The Warmest Snow

31.4K 5.8K 7.7K
                                    

7 ʚɞ The Warmest Snow

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

7 ʚɞ The Warmest Snow

Mantel tebal menjadi penyelamat Ai yang kedinginan ketika baru tiba di Pulau Levanna. Hidung dan pipi Ai begitu merah, beberapa kali pun giginya bergemeletak.

Salju di Pulau Levanna bersifat permanen. Pada musim panas pun saljunya akan tetap ada. Karena itulah tidak ada manusia yang berani berlibur ke tempat ini dikarenakan suhunya sangat-sangat rendah. Pemilik pulau juga tak akan mengizinkan orang asing datang.

"Ini terlalu dingin," gumam Ai sangat pelan.

Dalam tubuh Laut dan Sky terdapat sisa-sisa dari kekuatan Amberley sebagai Dewi Musim Dingin, membuat mereka mampu bertahan lebih lama di wilayah penuh salju tanpa mantel. Namun Zae meminta kedua putranya untuk tetap mengenakan jaket tebal selama berada di sini.

Adanya kekuatan itu bukan berarti Laut dan Sky bisa menciptakan magic dari salju atau es. Mereka hanya akan lebih terlindungi dari makhluk jahat, abadi, kuat berlama-lama di tempat dingin, dan tentunya akan selalu ingat bahwa mereka memiliki ibu sehebat Amberley.

Selain kekuatan sebagai Dewi Musim Dingin yang Amberley serahkan kepada anak-anaknya, ia juga memberikan kekuatannya sebagai Dewi Kematian ke salah satu dari si Kembar. Kekuatan itu tidak bisa dibagi, maka hanya Laut yang menerimanya, menjadikannya memiliki "darah Dewa" secara utuh.

Laut adalah manusia berdarah dewa yang tidak pernah melaksanakan tugas sebagai dewa. Itu karena Zae melarangnya.

Saat ini mereka berlima; Ai, Laut, Zae, Sky, dan Janessa, berada di jalan setapak menuju kastel es milik Atlanna. Beliau merupakan nenek si kembar alias ibu kandung Amberley. Pulau ini milik Atlanna yang dijaga seekor serigala raksasa bernama Fenrir.

Ai berjalan lebih lambat dari empat orang lainnya. Gadis bertubuh kecil itu berhenti sebentar sambil memeluk erat badannya, alhasil ia tertinggal di belakang. Buru-buru Ai lanjut melangkah lagi dengan sedikit berlari.

Ai tidak tahan dinginnya serbuan angin yang melayang-layang tak tentu arah. Angin terus berdatangan dari belakang, depan, samping kiri dan kanan. Ia menggapai tangan Janessa untuk dipeluk karena hanya Janessa yang paling mudah ia jangkau, tapi Janessa menghindar dan mendorong kencang Ai agar menjauhinya.

"Ah!" Ai jatuh telentang, mendarat di tumpukan salju, dan Janessa dengan cepat bersikap seolah ia tak melakukan apa pun terhadap Ai.

Semua orang menoleh ke Ai. Laut sigap membantunya beranjak dan membersihkan mantel Ai dari salju-salju yang banyak menempel. Zae khawatir, tapi bantuan dari Laut sudah lebih dari cukup.

"Terima kasih, Laut." Ai memamerkan cengirannya.

"Kamu itu ngapain rebahan di salju?" Uap putih keluar dari mulut dan hidung Laut kala napasnya menderu berat.

Ai tidak mengerti apa itu rebahan, tapi ia membalas sambil menunjuk titik tempat bekas ia jatuh. "Jatuh ke salju adalah kegiatan seru!"

Perempuan itu lanjut berkata ke Laut, "Nanti Laut bantu dorong aku sampai aku jatuh, ya? Jangan sekarang. Tunggu udaranya hangat."

ScenicWhere stories live. Discover now