18. Telah Dewasa

33.3K 4.7K 5.3K
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

18 ʚɞ Telah Dewasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

18 ʚɞ Telah Dewasa

Sekali lagi, Laut hampir lepas kendali.

Tidak tau ini asalnya dari naluri dia sebagai lelaki yang terbawa suasana saat berdua Ai, atau memang ada iblis sengaja ingin menjerumuskan Laut ke lubang hitam. Atau dua-duanya benar.

Apa pun itu, sekarang Laut harus menjauh dari ranjang.

Ai tetap rebahan dengan selimut tebal membungkus badannya. Hujan lebat masih turun, ditambah tiupan angin kencang menerobos masuk melalui celah jendela yang terbuka sedikit. Gadis itu memilih tetap di posisinya sambil mengamati Laut bergerak menjauh.

"Saya mau bikin minuman." Laut berkata, mencoba mengubur canggung yang mengelilingi mereka.

"Aku enggak mau bikin minuman. Aku suka di kasur," sahut Ai.

Tadi itu Laut bermaksud menawarkan Ai. "Saya bikinin kamu, ya. Mau apa?"

Ai menjawab, "Aku mau cokelat hangat, Laut."

Laut mengangguk samar. Sebetulnya ia sudah menebak Ai akan menyebut minuman tersebut, ternyata benar. Lama-lama Laut hafal semua yang menjadi kesukaan Ai.

Campervan ini ukurannya tidak terlalu luas, tidak juga terlalu sempit. Sedang saja. Satu ruangan diisi sejumlah perlengkapan yang diperlukan untuk bermalam selama camping berlangsung. Tak ada sekat, semuanya menyatu dalam satu ruang. Kasur, dapur kecil, meja makan mini, single sofa untuk bersantai, lemari pakaian, lemari makan, dan bilik tempat mandi yang tentunya berpintu.

Jadi, Ai bisa menyaksikan Laut menyeduh cokelat hangat dari kasur.

Ia tonton terus kegiatan lelakinya. Ai terpesona pada setiap pergerakan yang Laut lakukan, seperti menyendok bubuk cokelat ke cangkir, menuang air panas, mengaduknya, dan lanjut menambahkan whipped cream sebagai topping.

Padahal figur Laut hanya terlihat dari samping, tapi Ai tetap senyum-senyum mengamatinya. Laut tampan dilihat dari berbagai sisi. Cara Ai menatap Laut seperti seseorang yang sangat-sangat bersyukur memiliki kesempatan menikmati keindahan Sang Pencipta.

ScenicWhere stories live. Discover now