8. Semanis Cokelat

33.1K 5.8K 5.8K
                                    

8 ʚɞ Semanis Cokelat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

8 ʚɞ Semanis Cokelat

Laut dan Ai masih di ruangan ini. Ai terlelap, sedangkan Laut membiarkan matanya tetap terbuka. Ia berusaha tidak ikut tidur meski suasananya sangat mendukung untuk pergi ke alam mimpi.

Tontonan di layar lebar itu tidak menarik lagi, maka Laut matikan dengan sensor gerak tangan dari jarak jauh. Ruangan menjadi sepi dan terasa begitu nyaman.

Ai bergerak pelan. Sekarang wajahnya mengarah ke wajah Laut. Ia tidak membuka mata, tetap tidur sambil mendengkur pelan.

Ada dorongan dalam diri Laut untuk menatap wajah polos Ai yang tertidur pulas. Berulang kali ia ingin melirik Ai, tapi Laut menahan diri. Dia terus mengalihkan pandangan meski jarak mereka sedekat ini.

Pelan-pelan Laut mengubah posisinya yang semula miring menghadap Ai menjadi telentang, dan tatapannya lurus ke langit-langit ruangan. Ia mulai gelisah lantaran hanya berduaan bersama perempuan. Laut tidak pernah seperti ini sebelumnya.

Maka Laut beranjak duduk dan bergeser menjauh dari Ai. Ia menguap lebar, matanya berkunang-kunang, lalu terdiam lagi tanpa melakukan apa-apa.

Sela beberapa detik Ai terbangun setelah menyadari Laut tidak ada di dekatnya. Ia belum berpindah dari posisi tiduran. Ai menatap Laut yang kelihatan sedang melamun karena lelaki itu tak kunjung berkedip.

"Laut," panggil Ai.

Laut menoleh cepat. Ia tidak bersuara, hanya memberi Ai tatapan tanya. Dengan begitu Ai ikutan duduk dan bergeser-geser sampai mereka kembali berdekatan.

"Aku mau susu cokelat." Ai berkata.

"Mau saya buatin?" tawar Laut. Ia siap ke dapur sekarang juga bila Ai memintanya.

Ai menggeleng pelan. "Aku bisa buat sendiri, tapi aku butuh bantuan kamu di dapur. Kamu mau ikut aku ke dapur?"

Laut tidak bertanya bantuan apa yang Ai perlukan. Ia mengangguk singkat dan menjawab, "Iya, saya ikut."

Senyum Ai terukir seketika. Ia dan Laut bangkit berdiri barengan, bersiap meninggalkan ruangan ini. Tidak lupa Ai merapikan selimut dengan cara dilipat sampai membentuk kotak.

Usai itu barulah mereka ke dapur. Laut berjalan di belakang Ai tanpa ia rencanakan. Itu terjadi ketika hatinya ingin menjaga Ai dengan cara seperti ini. Tidak perlu bersentuhan fisik, cukup mengandalkan mata tajamnya yang sesekali memantau Ai.

Di dalam rumah pun Laut terlihat sangat ingin menjaga Ai, apalagi di luar.

Ai bertepuk tangan pelan ketika mereka tiba di dapur. Ia tak sabar ingin menyeduh susu cokelat hangat, menghirup aromanya yang mirip harum tubuh Laut, kemudian merasakan kenikmatan tiap tetesnya di mulut dan tenggorokan.

Laut memerhatikan Ai yang kini menghampiri rak putih paling tinggi. Dia terlalu kecil untuk meraih rak itu. Ai mendongak sebentar untuk menatap rak, lalu menolehkan kepala ke Laut.

ScenicWhere stories live. Discover now