6. Hadiah Terbaik

33.1K 5.9K 5.9K
                                    

6 ʚɞ Hadiah Terbaik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

6 ʚɞ Hadiah Terbaik

Tidak terasa dua jam berlalu cepat ketika Laut dan Ai berada di pantai. Kini mereka sudah kembali ke rumah. Laut agak khawatir lantaran Ai beberapa kali menunjukkan gestur kedinginan, tapi gadis itu tak mengatakannya.

Menjadi peri air membuat Ai cukup kuat menerjang angin kencang dan bertahan pada suhu dingin ketika berendam. Namun malam ini udaranya jauh lebih dingin sehingga Ai menggigil. Tidak terbayang akan tambah semenggigil apa bila Ai masuk ke air.

"Bu Suri, tolong buatin Ai minuman hangat," ujar Laut pada seorang wanita yang baru datang mendekat. "Pakaiannya tolong ganti juga, ya, Bu. Dia kedinginan."

Suri mengangguk. "Baik, Tuan Muda Laut."

Ai tersenyum tipis saat Suri mengajaknya ke suatu tempat untuk memenuhi perintah Laut. Sejenak Laut masih diam pada posisinya, mengamati Ai yang dibawa menjauh darinya.

Setelah Ai dan Suri menghilang dari pandangan Laut, ia berbalik untuk kembali ke pintu utama rumah. Laut menatap langit malam yang tak bertabur bintang. Kilauan di atas sana hilang, padahal beberapa menit lalu masih menghiasi bumantara.

Titik-titik salju tipis mulai turun bertaburan di tanah. Jumlahnya jarang-jarang, tapi inilah yang menyebabkan Ai mendadak kedinginan sampai wajahnya pucat.

"Ah, iya. Pergantian bulan." Laut bergumam.

Besok sudah memasuki hari pertama di bulan Juli. Ini bukan musim dingin, tetapi sejak Laut dan Sky lahir, salju selalu turun di awal Juli hingga beberapa hari ke depan.

Kehadiran salju menjadi pengingat kepergian Amberley, juga pengingat hari lahir Laut dan Sky.

Dulu, ketika Si Kembar masih di kandungan Amberley yang sebentar lagi melahirkan, salju mendadak turun lebat menyelimuti kota mulai dari Juni. Padahal harusnya salju tidak turun di bulan itu.

Senyum Laut terukir, tetapi bukan tanda bahagia. Matanya sedikit berkaca-kaca dalam tundukan dalam. Hatinya pedih setiap menghadapi 1 Juli. Ingin sekali ia menghapus tanggal itu dari hidupnya, tapi mustahil.

Beberapa pekerja rumah memantau Laut dari kejauhan. Mereka sangat paham apa yang Laut rasakan karena ini bukan pertama kalinya mereka lihat Laut mengamati langit malam di akhir bulan Juni. Tahun kemarin dan tahun-tahun sebelumnya pun Laut melakukan itu.

Mereka ikut menunduk selama Laut masih berdiri di sana. Tidak ada yang bersuara. Semua menghargai satu sama lain, menjadikan suasana benar-benar hening.

Tak berapa lama berselang, Laut beranjak masuk setelah ia mengusap sudut matanya yang basah. Ia ingin bersih-bersih badan dan langsung tidur. Besok pasti Zae akan mengajaknya berlayar ke pulau seberang bersama Sky. Mau tidak mau Laut harus mempersiapkan diri.

Langkah Laut memelan saat ia bergerak menuju tangga. Kepalanya tertoleh, mengarah ke Ai yang mendatanginya sambil memegang segelas susu cokelat pakai dua tangan.

ScenicWhere stories live. Discover now