21. Need Her

26.3K 4.7K 5.7K
                                    

21 ʚɞ Need Her

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

21 ʚɞ Need Her

Terhitung sudah satu bulan Ai meninggalkan Faigreene. Selama itu Zennor semakin kesepian. Langit cerah tak mampu menembus hati Zennor yang mendung.

Rasa cemburu Zennor terus meningkat tiap harinya mengingat sang anak tinggal bersama manusia.

Sampai detik ini Zennor belum menerima kabar baru apakah Ai sudah mulai mencari kembarannya, atau malah asyik menghabiskan waktu melakukan kegiatan tidak penting di Bumi.

"Bagaimana caranya mengingatkan Aequa tentang misi itu? Haruskah saya mengirim Que ke Bumi lagi?" Zennor menyentuh pelipis, pening.

Pria dengan rambut pirang lurus panjang mencapai punggung itu kembali terbang. Kali ini ia bergerak menuju sebuah kamar.

Kamar Ai berhasil direnovasi sedemikian rupa. Pintu telah diganti jauh lebih cantik dari sebelumnya. Ukuran kamar diperbesar. Interiornya diperindah dengan warna-warna lembut yang memanjakan mata, dominan soft lilac campur putih susu. Lemari serta kasur Ai diganti baru yang warnanya senada dengan tembok kamar.

Awalnya hanya kamar seadanya asal bisa ditempati, kini menjadi kamar seorang Putri Kerajaan yang megah.

Meski telah diubah berbagai macam, lukisan wajah Ai bersama ibunya tetap ada di tembok ... sesuai permintaan Ai sebelum ia diasingkan dari planet ini.

Zennor masuk ke kamar Ai. Ia berhenti di dekat pintu seraya menyapukan pandangan ke seisi ruang. Ada sayap-sayapan yang Ai rakit sendiri, yang saat itu belum sempat diselesaikan karena keterbatasan alat dan bahan. Sekarang sudah disempurnakan oleh peri-peri pengrajin atas perintah Zennor.

Sayap tersebut dipajang di salah satu sisi tembok kamar Ai yang menghadap lurus jendela besar. Setiap terpapar sinar, sayapnya akan berkilauan cantik. Semakin indah bila terkena cahaya matahari karena kilaunya memantul sampai ke seluruh sudut kamar.

"Saat Aequa kembali nanti, dia pasti senang memiliki kamar senyaman ini." Zennor berujar.

"Entah kapan Aequa akan kembali," gumamnya yang kemudian menunduk lesu.

Zennor terjebak di dua perasaan saling berlawanan terhadap Ai. Rasa bersalah dan rindu. Itu membuatnya merasa ada batasan setiap ingin bertemu putrinya. Dia sadar semua ini terjadi akibat sikap buruknya kepada Ai dari waktu Ai kecil sampai tumbuh dewasa.

"Apa mungkin Aequa tidak mau pulang? Karena saya bukan ayah yang baik untuknya." Zennor makin kehilangan semangat.

"Tapi, dia harus pulang. Bagaimanapun penerus Kerajaan Faigreene hanya Aequa. Tak ada yang lain."

"Hm ... setidaknya Aequa memiliki mental yang kuat ketika tiba saatnya dia menggantikan posisiku memimpin Faigreene. Tentunya dia harus membuat rakyat menerimanya sepenuh hati lebih dulu," ungkap Zennor.

Pemimpin Faigreene harus bersayap. Itu yang menjadi masalah utama. Dan, Zennor hanya bisa membantu Ai secara diam-diam.

"Ah, makin sakit kepala saya." Zennor meringis, lantas ia berbalik dan melipir dari kamar Ai.

ScenicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang