12. Kancil Mencari Timun 2077

14 7 0
                                    

Terik matahari menyilaukan, mampu membuat leleh batu-batu alami. Kalau memasak telur, bisa matang. Seekor makhluk cosplayer Donat Telo, tetapi jika dipikir lebih mirip Splinter, bersandar pada batang pohon. Mukanya berpeluh memandang Anakura dan Arikura muncul di hadapan. Kombinasi kehadiran tiba-tiba dan cuaca memanggang, membuat Donat Telo mengernyit.

Katanya, salah satu warga meminta bantuan. Maka, atas rasa kewajiban, dia turuti permintaan itu.

Donat Telo bersama dua anak kura berjalan menyusuri jalan terbengkalai hingga memasuki sebuah kota. Wilayah yang telah lama ditinggalkan peradaban, hanya menyisakan puing-puing tidak bersejarah. Arikura dan Anakura berlari menunjukkan arah. Donat Telo mengikuti dengan malas.

Sampailah mereka pada bagian terdalam dari kota yang terhenti. Ialah danau yang mengapung pulau mungil di tengahnya, dengan tanaman merambat tumbuh subur. Anakura meminta untuk diambilkan timun ajaib guna menyembuhkan penyakit disleksia peliharaannya.

Namun, untuk sampai ke sana cukup sulit. Dibutuhkan suatu cara buat mencapai pulau sejauh belasan sentimeter itu. Beberapa lama berpikir karena punya otak, Donat Telo dapat ide.

Dia menyuruh para buaya rongsokan mengantre untuk dibagikan sembako, panjang sekali buaya-buaya berbaris. Ketiganya berhasil menyeberang. Namun, di kala hampir memetik sebuah timun ajaib berbentuk labu Erlenmeyer, sesosok pria berjas putih menghentikan mereka.

"Stop!"

"Kancil?" terka Donat Telo, yang sama-sama mengenakan pakaian jas lab.

"Aku Krokodail!" seru sosok itu.

Maka, karena sudah kenal, Krokodail membagikan timun ajaib kepada satu per satu peliharaan Anakura yaitu bakteri hasil isolasi dari tanah tercemar pestisida, dengan pemberian ekstrak timun sebesar 10 mikrolit tiap sampel agar satuan bakteri menjadi 10 pangkat 8 per gram.

"Ini cyberpunk?"

"Apa itu?"

"Lupakan."

Guut WulagWhere stories live. Discover now