[30] Bocilnya Adam

6 1 0
                                    

KEESOKAN harinya, Kinara terlihat duduk di dalam kelas sembari membaca buku. Ya, rutinitas yang biasa ia lakukan sebelumnya. Ini adalah jam istirahat, biasanya Kinara memilih untuk menghabiskan waktunya di Perpustakaan sekolah, tetapi sekarang Kinara lebih memilih untuk tetap diam di dalam kelasnya.

Di samping Kinara, nampak Dysa yang tengah duduk sembari mengunyah permen karet di dalam mulutnya. Gadis itu sesekali menanyakan sesuatu kepada Kinara--seakan ingin mengganggu aktivitas dari teman sebangkunya tersebut. Biasanya Dysa menghabiskan waktunya di kantin sekolah bersama teman-temannya yang lain, tetapi entah kenapa sekarang gadis itu malah tetap diam disini menemani Kinara.

"Ra," panggil Dysa, disambut dengan gumaman kecil dari Kinara.

"Lo sadar gak sih, kalo lo itu cantik banget?"

Pertanyaan dari Dysa ini membuat mata Kinara melirik untuk melihatnya. Lalu Kinara menjawab, "Sadar kok."

"Terus lo gak mau ngepamerin kecantikan lo ini ke semua orang, gitu? Kalo lo terus hibernasi di dalam kelas kayak gini, gimana bisa orang-orang diluar sana tau kalo gue punya temen secantik elo?" balas Dysa, namun Kinara malah terlihat kembali fokus dengan bukunya.

"Gue gak butuh validasi," jawab Kinara singkat.

Dysa mengangguk mengerti. "Iya sih. Kalo lo sering keluar dari kelas terus nanti jadi terkenal, lo gak bakalan mau lagi temenan sama gue."

"Gue bukan orang yang kayak gitu, Dys," sahut Kinara mengkoreksi.

"Lagian sih, jujur aja gue suka iri sama lo. Dimata gue, lo itu sempurna, Ra."

Kinara menghela nafasnya dengan pelan lalu menoleh untuk membalas tatapan Dysa. "Dys, lo lagi mode insecure, ya?" ujarnya, yang seakan tahu kebiasaan dari teman sebangkunya ini.

Dysa mengangguk, membenarkan. Gadis itu lalu menyimpan kepalanya di atas meja dan memandangi wajah Kinara dari samping. "Kasih tutor buat jadi cewek cantik dong, Ra," ujar Dysa yang terdengar seperti sebuah rengekan.

"Lo itu udah cantik, Dys." Kinara mengatakan ini dengan jujur. Karna menurut Kinara, Dysa memang memiliki wajah cantik dan enak dilihat. Mungkin Dysa tidak tau saja bahwa orang-orang diluar sana akan terpesona saat melihatnya.  Hanya saja Dysa tidak pernah menyadarinya.

"Gue pengen punya wajah kayak lo," celetuk Dysa, membuat Kinara berdesis karnanya.

"Mintanya sama Tuhan, kok sama gue," balas Kinara kemudian. Kinara sekarang terlihat bangkit dari duduknya dan mengambil langkah untuk pergi dari sana, membuat Dysa cepat-cepat mengejarnya.

"Ra, lo mau kemana?" tanya Dysa yang kini sudah berjalan berdampingan dengan Kinara.

"Mau ketemu sama Adam," jawab Kinara, sukses membuat Dysa tersentak.

"Loh, loh? Gue ketinggalan apa nih?" balas Dysa yang tiba-tiba nampak bersemangat.

"Gak ketinggalan apa-apa, Dys. Gue ketemu sama Adam soalnya ada yang mau gue omongin sama dia." Kinara kini membelokkan langkahnya mengikuti lorong sekolah. Begitupun dengan Dysa yang masih setia mengikutinya dari belakang.

Ya, Kinara ingin bertemu dengan Adam untuk membicarakan perihal boneka waktu itu. Kinara sama sekali tidak bisa tidur tenang karena masalah itu. Pasalnya, Kinara tidak enak untuk menerima boneka-boneka tersebut dari Adam. Apalagi mengingat bahwa Adam tidak hanya membelikannya satu boneka, melainkan tiga boneka sekaligus. Hal tersebut membuat Kinara ingin segera membicarakan masalah ini kepada Adam.

"Ra, lo lagi deket sama Adam ya? Terus hubungan lo sama Dirga gimana?" celetuk Dysa.

Kinara berdesis mendengarnya. "Dys, apaan sih? Gue gak lagi deket sama Adam dan gue juga gak punya hubungan apa-apa sama Dir--" Seketika Kinara menghentikan ucapannya. Ingatannya kini melayang pada kejadian kemarin, di mana dirinya secara terang-terangan telah menerima Dirga sebagai pacarnya. Itu berarti, sekarang hubungannya dengan Dirga adalah ...

"Hayo ... lo nyembunyiin sesuatu dari gue, ya?" goda Dysa saat melihat Kinara tiba-tiba termenung di tempatnya.

Kinara mendengkus kecil dan menjawab, "Gue gak nyembunyiin apa-apa dari lo. Gue cuman--ah, gak tau lah, gue males!" Tanpa menyelesaikan kalimatnya, Kinara kini mempercepat langkahnya hingga membuat Dysa tertinggal di belakangnya.

Sementara Dysa yang melihat Kinara seperti itu, hanya bisa terdiam sembari menghentikan langkahnya. "Gue harap hubungan lo sama Dirga jadi semakin membaik, Ra," gumamnya.

Lalu, Dysa kini menurunkan pandangannya sembari memainkan jari jemarinya dengan asal. "Soalnya gue gak suka liat lo jadi deket sama Adam. Cukup Dirga aja yang lo ambil dari gue, Adam jangan," lanjut Dysa kemudian.

Di sisi lain, Kinara yang memang sudah membuat janji dengan Adam untuk bertemu di taman sekolah, membuat Kinara langsung melangkahkan kakinya ke tempat tersebut. Gadis itu kini melihat Adam yang tengah duduk di sebuah kursi panjang di sana. Lalu, Kinara bergegas untuk mendekati sosok tersebut dan duduk di sampingnya.

"Pulang sekolah, lo harus mampir ke rumah gue dulu buat bawa boneka-boneka itu," ujar Kinara tanpa basa-basi.

Adam yang awalnya belum sadar dengan kedatangan Kinara, kini sedikit kaget saat tiba-tiba gadis itu telah duduk di sampingnya.

Adam tertawa kecil lalu menjawab, "Gue kaget soalnya lo tiba-tiba udah ada disini aja, Ra." Adam terdiam sesaat lalu mengembangkan senyumannya. "Lo gak suka sama bonekanya?" lanjutnya kemudian.

"Bukan gitu, Adam. Gue gak enak dapet boneka itu dari lo. Mana lo kasih tiga boneka sekaligus, lagi," jawab Kinara.

Adam bergumam. "Ya ... gapapa. Lagian kalo bonekanya di kembaliin sama gue, gue juga bingung bonekanya mau gue apain."

"Emangnya lo beneran gak punya Adik?"

Adam menyungging senyum. "Punya. Lo adik gue, kan?"

"Adam, gue serius!"

Adam sekarang tertawa. Lelaki itu kini melepaskan kacamatanya, lalu membersihkan terlebih dahulu kacamata tersebut dengan sebuah sapu tangan khusus. Kinara yang sekarang bisa melihat wajah tampan Adam secara jelas, hanya bisa menelan salivanya. Karna memang, Adam setampan itu.

"Lo bocilnya gue," balas Adam sembari memakai kembali kacamatanya tersebut.

"Lo nyebelin, tau gak?"

Adam menggelengkan kepalanya. "Enggak tau. Makasih ya udah ngasih tau gue."

Kinara merapatkan matanya sekilas, seakan berusaha lebih sabar untuk menghadapi Adam. Sementara Adam yang melihatnya, hanya bisa tersenyum geli.

"Lo kalo lagi marah kayak gini lucu, Ra. Kayak bocil," ujar Adam, menggoda.

"Adam, stop panggil gue bocil!" Kinara mengatakannya dengan penuh penekanan. "Gue ini bukan bocil!"

"Buktinya tinggi badan lo itu sama kayak tinggi badan adik gue yang masih SMP kelas 7. Berarti bocil."

"Berarti lo beneran punya Adik?" balas Kinara cepat.

Adam mengangguk mengiyakan. "Punya, tapi cowok. Masa gue ngasih boneka sama dia."

Kinara mendengkus lalu menjawab, "Terus bonekanya gimana?"

"Buat lo aja," jawab Adam, disambut dengan gelengan kepala pelan dari Kinara.

"Bonekanya terlalu kebanyakan kalo buat gue semua."

"Yaudah, kasih sama Dysa aja. Setau gue dia kolektor boneka," balas Adam

Kinara mengernyitkan keningnya. "Kolektor boneka?"

Adam menganggukan. "Iya, dia suka banget sama boneka."

"Terus kenapa gak dari awal aja lo kasih bonekanya sama dia?"

"Gue pengennya ngasih bonekanya sama lo," jujur Adam, disambut dengan helaan nafas pelan dari Kinara.

"Yaudah, nanti gue kasih bonekanya sama Dysa aja, ya?"

"Iya." Adam mengangguk mengiyakan.

"Kalo gitu, gue balik ke kelas dulu. Udah mau masuk." Saat Kinara beranjak untuk bangkit dari sana, tangan Adam lebih dulu menahannya.

"Pulang sekolah, lo mau ikut sama gue, gak?"

"Kemana?" tanya Kinara yang akhirnya kembali duduk.

"Ngejenguk Dirga. Anak-anak OSIS mau ngejenguk dia sepulang sekolah. Lo ikut temenin gue, ya?" balas Adam, membuat Kinara terdiam karnanya.

EPOCH [On Going]Where stories live. Discover now