[4] Pilihan

16 4 0
                                    

TERNYATA tebakan Dysa itu benar adanya. Saat Kinara baru saja melangkahkan kakinya untuk keluar dari UKS, tatapan-tatapan sinis dari beberapa siswi yang dilalui Kinara langsung menyambutnya. Tetapi walaupun begitu, Kinara tetap acuh dan terus berjalan menuju kelasnya. Mungkin jika Dysa ada di sampingnya sekarang, Dysa pasti akan berani untuk menentang secara terang-terangan tatapan sinis dari siswi-siswi tadi. Tetapi sayang, kini Dysa tidak ada karna gadis itu harus pergi ke toilet untuk urusan alam.

Beberapa saat kemudian, Kinara menghela nafas lega ketika kakinya berhasil menginjak lantai kelasnya. Kedatangannya ini membuat Kinara menjadi pusat perhatian dan membuat dua sosok murid langsung mengerumuninya.

"Ra, lo udah sehat?" tanya Layla yang nampak cemas ketika melihat wajah pucat yang ditunjukkan oleh Kinara.

"Lo kalo masih sakit mending pulang aja, Ra. Muka lo pucet banget gini masih aja maksain buat masuk kelas," timpal Aqila--satu-satunya teman kelas Kinara yang memakai kacamata.

Kinara menggeleng pelan. "Gue udah gak apa-apa, kok. Ini cuman masih lemes dikit, tapi udah lebih mendingan," jawab Kinara sembari melanjutkan langkahnya untuk duduk di kursinya.

Layla yang merasa tidak tega melihat Kinara seperti ini, lantas duduk di depan meja Kinara. "Lo serius gapapa?"

"Gapapa, La. Gue udah mendingan," jawab Kinara kemudian.

Pandangan Kinara berpindah saat dirinya melihat Dysa yang kini terlihat baru saja masuk ke dalam kelasnya. Langkah gadis itu terlihat terburu-buru, kemudian duduk di samping Kinara.

"Ra, lo tadi pas kesini aman, kan?" tanyanya kemudian.

Kinara sontak menampilkan raut wajah bingung, merasa tidak mengerti dengan topik pembicaraan yang dilontarkan Dysa sekarang. "Maksud lo?"

Dysa berdesis. "Itu loh ... sama ciwi-ciwi diluar sana, lo gak di apa-apain, kan?"

"Enggak. Emang kenapa?"

"Ish, serius ya, Ra. Tadi pas gue lewat di lorong sekolah, semua cewek-cewek yang lagi kumpul, topik pembicaraan gosipnya itu tentang lo sama Dirga!" balas Dysa sedikit rusuh.

Dan tentunya dengan mendengar hal ini, Kinara tidak merasa kaget lagi karna dirinya sendiri sudah lebih tau tentang hal tersebut.

"Oh iya! Gara-gara tadi Dirga ngegendong lu pas pingsan di lapangan, ya?" sahut Layla yang masih berada di posisinya.

"Biarin aja lah," tukas Kinara yang terlihat bodo amat dengan membuka sebuah buku di hadapannya.

"Tadi belajar gak, La?" tanya Kinara kemudian, mengingat di jam pertama tadi, waktunya diisi dengan berdiam di UKS.

"Belajar, tapi enggak nulis apa-apa sih. Bu Rina cuman ngejelasin doang soal materi Resensi," balas Layla. Kebetulan tempat duduknya memang berada tepat di depan meja Kinara dan Dysa, jadi mereka bisa berkomunikasi dengan lebih mudah.

"Oh ... oke." Kinara kembali fokus kepada buku yang tengah di pegangnya. Begitu juga dengan Dysa dan Layla yang terlihat sibuk terhadap dunianya masing-masing.

Hingga beberapa saat kemudian, Kinara kembali bersuara. "Kalo kalian ada di posisi gue, kalian bakal gimana?"

Pertanyaannya ini sukses membuat perhatian Dysa dan Layla seketika berpindah kepada Kinara.

"Tentang ... cewek-cewek julid di lorong tadi?" tanya Dysa, disambut dengan anggukan kecil dari Kinara.

"Kalo gue jadi lo sih ... gue bakalan makin manas-manasin mereka. Kalo seandainya Dirga emang beneran suka sama gue, gue bakalan langsung terima cinta dia dan ngepamerin status baru gue ke semua orang," jelas Layla panjang lebar, sembari senyam-senyum tidak jelas.

"Kalo gue sendiri, gue bakalan ngajak berantem tu cewek-cewek yang ngeliatin gue dengan sinis kayak gitu. Bakalan gue ajak by one, Ra," timpal Dysa, yang terlihat menahan emosinya sembari mengepalkan kedua tangannya.

Mendengar jawaban dari kedua temannya itu, Kinara hanya bisa terdiam. Karna kenyataannya, kedua jawaban itu tidak da yang mewakilinya sama sekali.

Untuk opsi pertama--jika Kinara menerima cinta Dirga, itu sangatlah tidak mungkin karna Kinara sama sekali tidak mempunyai perasaan apapun terhadap lelaki itu. Di tambah, Kinara juga tidak ingin berada di dalam sebuah hubungan hanya karna keterpaksaan.

Dan untuk opsi kedua--itu juga sangat tidak mungkin. Karna Kinara bukanlah tipe orang yang seberani Dysa. Daripada mencari masalah dengan membuat keributan seperti itu, Kinara pasti akan lebih memilih untuk bermain aman dengan cara mengabaikannya.

"Menurut gue, lo kalo diem terus kayak gini gak bakalan ada ujungnya deh, Ra," ujar Layla tiba-tiba, membuat Kinara kembali berfokus untuk menatapnya.

"Kalo lo emang gak suka sama Dirga, mending tegasin langsung sama Dirga kalo lo emang gak suka sama dia. Dengan begitu Dirga pasti bakalan ngejauh dengan sendirinya. Dan dengan ngejauhnya Dirga dari lo, gosip-gosip gak jelas kayak gini juga pasti gak bakalan terjadi," sambung Layla kemudian, di sambut dengan anggukan kepala dari Dysa.

"Gue setuju. Kalo lo diem terus kayak gini, kasian juga ke Dirganya. Dia pasti ngerasa kalo lo itu cuman butuh waktu buat nerima cintanya. Lo itu kayak ngegantung dan ngasih harapan ke dia," tambah Dysa menambahkan.

Kinara terdiam mendengarnya. Setelah itu, ia menghela nafasnya dengan pelan dan menganggukkan kepalanya. "Kalian berdua bener. Gue harus tegas sama Dirga," ujar Kinara.

Selanjutnya, pandangan Kinara berpindah ke arah Layla dan bertanya, "La, lo punya nomor Dirga, gak? Gue mau ngomong sama dia."

Dan tentu saja Layla yang menjadi pengangum rahasia dari Dirga ini mengangguk. "Gue punya, sini hp lo," balasnya, membuat Kinara dengan cepat menyodorkan handphonenya.

Semoga aja ... dengan ini semua masalah selesai. Semoga aja.

_____________________________________

EPOCH [On Going]Where stories live. Discover now