[5] Pilihan Terbaik

19 3 0
                                    

NIAT Kinara untuk mengirim pesan kepada Dirga akhirnya ia urungkan karena tiba-tiba saja seorang guru masuk ke dalam kelasnya. Hal tersebut membuat Kinara langsung terfokus kepada pembelajaran dan tidak memikirkan lagi perihal lelaki itu.

Dan di beberapa jam kemudian, bel pulang sekolah berbunyi. Kinara yang memang memiliki jadwal eskul hari ini tidak buru-buru langsung pulang dan memilih untuk tetap diam di kelas ketika satu persatu temannya pergi melenggang meninggalkan ruangan tersebut.

Gadis ini hanya duduk sendirian di dalam kelas sambil menunggu waktu yang di tentukan jadwal ekstrakurikuler nya tiba. Yah, sedikit info bahwa Kinara mengikuti ekstrakurikuler English club di sekolahnya. Dan jadwal eskul ini bertepatan di hari sekarang--yaitu hari senin.

Setelah mendapati bahwa jam sudah menunjukkan pukul empat sore, Kinara bangkit dari duduknya dan melangkah untuk keluar dari kelas. Namun saat baru saja beberapa langkah, keberadaan Dirga di samping kelasnya membuat Kinara tersentak kaget.

Kinara yang memasang raut wajah bingungnya, membuat Dirga tersenyum kikuk. "Hey," ujarnya yang terdengar seperti sebuah sapaan.

"Lo ngapain di sini?" tanya Kinara sambil menormalkan ekspresinya.

"Nungguin lo." Jawaban dari Dirga ini sukses membuat raut wajah bingung dari Kinara kembali gadis itu tampakkan.

"Nungguin gue?" ulang Kinara memastikan.

Dirga mengangguk. Kini lelaki tampan yang awalnya bersandar di dinding gedung sekolah itu, beranjak untuk berjalan mendekati Kinara.

"Ada yang mau gue omongin sama lo," ujar Dirga, yang kali ini terlihat sangat serius.

'kebetulan', batin Kinara dalam hati. Pasalnya, Kinara juga ingin membicarakan sesuatu hal kepada Dirga---tentang ia yang ingin lelaki itu menjauh darinya.

"Gue juga mau ngomong sesuatu sama lo," balas Kinara, membuat mata Dirga tiba-tiba berbinar.

"Serius? Mau ngomong apa, Ra?" tanyanya yang terlihat antusias.

"Lo duluan aja yang ngomong."

"Enggak! Lo duluan aja," tolak Dirga, disambut dengan helaan nafas kecil dari Kinara.

"Lo aja. Cepetan. Gue ada jadwal eskul," balas Kinara sembari menyilangkan kedua tangannya di atas dada.

"Yaudah." Dirga nampak menarik nafasnya dengan panjang, kemudian menghembuskannya secara perlahan.

"Gue yakin pasti lo tau kalo gue ini suka sama lo." Kalimat pertama yang diucapkan Dirga ini membuat Kinara tertegun di tempatnya. "Gue gak bisa nahan lebih lama lagi, Ra. Gue suka banget sama lo. Jadi ... lo mau gak jadi pacar gue?" lanjut Dirga kemudian.

Mendengarnya, membuat punggung Kinara menegang. Dirga--lelaki itu ... tengah mengajaknya untuk berpacaran, sekarang?

Tetapi balik lagi ke kenyataan bahwa Kinara sama sekali tidak mempunyai perasaan apapun terhadap Dirga. Dan justru Kinara ingin lelaki itu menjauh darinya.

"Lo gak perlu jawab sekarang, Ra. Gue--"

"Sorry, gue gak bisa," ujar Kinara, berhasil memotong ucapan Dirga. "Gue gak pernah ada rasa sedikit pun sama lo. Jadi maaf, gue gak bisa jadi pacar lo," sambung Kinara jujur. Sementara Dirga yang mendengarnya terlihat bungkam.

"Gue bakal kasih waktu."

"Enggak," sela Kinara cepat. "Gue gak suka sama lo, dan gak akan pernah. Jadi tolong jauhin gue. Lo pasti tau kalo sikap lo ini bikin gue digosipin sama cewek-cewek yang suka sama lo. Dan itu gak baik," lanjut Kinara, membuat Dirga semakin bungkam.

"Jadi mulai sekarang, jauhin gue. Gue harap lo ngerti."

Saat Kinara hendak pergi, Dirga dengan cepat menahan tangannya. "Tapi bukannya lo juga tadi pengen ngomong sesuatu sama gue? Mau ngomong apa?"

Kinara menoleh sekilas dan menjawab, "Gue udah omongin itu barusan."

Dan setelah mengucapkan hal tersebut, Kinara mengambil langkah untuk pergi dari sana--meninggalkan Dirga yang masih diam mematung di tempatnya.

Memang terdengar jahat, tetapi bagaimanapun juga ini adalah pilihan terbaik yang bisa Kinara ambil. Karna, Kinara sama sekali tidak memiliki perasaan apapun terhadap Dirga. Dan untuk berpacaran dengannya adalah hal yang tidak mungkin. Lagian, Kinara juga tidak ingin membuang-buang waktunya untuk hal-hal seperti itu. Jadi untuk memilih jalan ini, adalah keputusan yang terbaik untuk Kinara.

Dan tanpa sepengetahuan Kinara, tiga sosok gadis yang berada di teras lantai dua di sekolahnya itu--dari sejak tadi memperhatikan interaksi antara Kinara dengan Dirga. Tatapan mereka menyipit, memperhatikan Kinara yang sudah berjalan cukup jauh dengan tatapan tidak suka.

"Parah sih, si Kinara. Spek dewa kayak Dirga bisa-bisanya dia tolak," celetuk sesosok gadis yang berdiri di sisi paling kanan. Rambutnya sebahu dengan tahi lalat di pipi kanannya. Namanya Giska.

"Iya sih. Kalo gue jadi dia, pasti nyesel banget sih karna udah nolak Dirga," sahut sesosok gadis lainnya yang berdiri di sisi paling kiri. Rambutnya diikat, dan diantara ketiga gadis ini, dialah yang paling tinggi. Panggil saja Nora.

Dan sesosok gadis yang berada di posisi tengah, kini nampak menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Rambutnya panjang ikal, dengan rok ketat yang lebih pendek dari yang siswi-siswi lainnya. "Gila sih. Berani-beraninya dia ngebikin Dirga-nya gue sakit hati kayak gitu," ujarnya kemudian. Selanjutnya tangannya berpindah untuk memegangi pagar tembok sekolahnya tersebut.

"Awas aja kalo sesuatu hal buruk terjadi sama Dirga, orang pertama yang bakal gue salahin itu elo--Kinara," sambung Shena, satu-satunya gadis yang masih bertahan untuk tetap mengejar Dirga--walaupun Dirga sama sekali tidak pernah melirik keberadaannya.

_______________________________

EPOCH [On Going]Where stories live. Discover now