[10] Bahagianya Dirga

10 3 0
                                    

Sudah beberapa menit lamanya Kinara diam di sini, menunggu di dalam ruangan di mana Dirga di rawat. Dan sekarang Rida juga ikut menemani Kinara untuk menjaga Dirga di sini.

"Ibu kamu tau kalo kamu kesini, Nak Kinar?" tanya Rida, yang berada tepat di seberang Kinara. Jadi posisinya sekarang adalah Kinara duduk di samping ranjang kiri, sementara Rida duduk di samping ranjang yang sebaliknya. Dan tentunya Dirga berada di antara mereka berdua.

"Tau kok, Bu. Tadi aku udah ijin dulu sama Mama," jawab Kinara, sopan. Sementara Rida yang mendengar jawaban tersebut, kini mengembangkan senyumannya.

"Makasih ya, Nak Kinar. Kamu udah nyempetin buat ngejenguk Dirga kayak gini. "

"Iya sama-sama, Bu. Dirga juga kan temen aku, jadi ... udah seharusnya aku ngejenguk dia kalo dia lagi sakit kayak gini," jawab Kinara beralasan. Sementara Dirga yang mendengar hal tersebut diam-diam menahan senyumannya.

"Dirga itu dari dulu emang bandel. Kalo di suruh makan tuh susaah banget. Kesukaannya itu makan makanan pedes-pedes yang kayak gitu, jadinya dia masuk Rumah Sakit kayak gini gara-gara itu. Emang bandel dia," omel Rida.

"Tapi Dirga di sekolah anaknya baik kok, Bu. Dia sering jadi andalan para guru. Bahkan hampir semua orang di sekolah kenal sama dia," ujar Kinara bercerita. Dan jangan salah sangka dulu kenapa Kinara berbicara seperti ini. Karna sebenarnya, Kinara hanya ingin berbincang-bincang dengan Rida dengan mencari topik seperti ini. Agar Rida tidak menganggapnya sebagai anak gadis yang monoton dan membosankan. Dan jangan lupa bahwa ini juga salah satu cara yang dilakukan Kinara agar dirinya terlihat lebih sopan di mata Rida.

"Kinara juga anaknya pinter banget di sekolah, Mah. Bahkan para guru sering ngebicarain dia sama guru-guru yang lain berkat prestasi belajarnya," sahut Dirga, membuat Kinara dengan cepat menoleh ke arahnya.

Kinara menaikkan salah satu alisnya, seakan memberi isyarat 'Apaan sih, lo?' kepada Dirga. Namun lelaki itu hanya menahan senyumannya dan balik untuk menatap Rida.

"Cowok-cowok di sekolah juga pada suka sama Kinara. Makanya saingan Dirga itu banyak banget, Ma," lanjut Dirga, membuat Kinara dengan cepat mencubit lengannya tanpa sepengetahuan Rida.

"Oh ... kalo itu mah udah keliatan. Kinara itu cantik, baik, sopan, pinter juga. Cowok mana yang enggak akan tertarik sama dia?" balas Rida seakan ikut mendukung opini dari anaknya--Dirga.

Kali ini Kinara hanya mengulum senyum karna bingung harus menjawab apa. Hingga akhirnya kedatangan Dokter ke ruangan tersebut membuat semua perhatian orang yang ada di sana teralihkan.

"Gimana keadaan kamu, Dirga? Sekarang kamu udah siap untuk di operasi?" tanya Dokter tersebut, yang terdengar seperti sebuah sapaan. Tangan Dokter itu juga langsung mengarahkan stetoskop yang menggantung di lehernya untuk di tempelkan di dada Dirga, bermaksud untuk mengecek kondisi terbaru dari pasiennya tersebut.

Mendengar jawaban dari Dokter, pandangan Dirga kini beralih ke arah Rida yang sekarang tengah menganggukkan kepalanya, seakan secara tidak langsung menyemangati Dirga untuk mengatakan 'iya'. Lalu, pandangan Dirga kini berbalik untuk menatap ke arah Kinara yang hanya menampilkan raut wajah tidak berekspresi, seakan tidak peduli jika nantinya Dirga akan menjawab apa.

Selanjutnya, salah satu sudut bibir Dirga tertarik ke atas. Lelaki itu kini menahan senyumannya, membuat Kinara yang melihatnya menjadi bingung karnanya.

"Aku mau di operasi kalo Kinara mau jadi pacar aku, Dok," jawab Dirga lancar.

Sedangkan Kinara yang mendengar jawaban tersebut kini sontak berdiri dari tempat duduknya. Gadis ini sekarang tengah menahan emosinya, karna tidak mungkin ia marah di depan Rida dan Dokter.

"Dirga ... Dokter itu nanya baik-baik. Jangan di bales sama jawaban yang aneh kayak gitu," ujar Kinara dengan nada kesal.

"Enggak aneh, kok. Masih masuk akal kan, Dok?" balas Dirga polos, sembari memalingkan wajahnya ke arah Dokter. Sementara Dokter yang mendapat pertanyaan seperti itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya seraya menahan senyumannya.

"Efek obat biusnya masih ada ya, Dok? Jadi dia ngomongnya ngelantur kayak gini," sahut Kinara yang sekarang mulai menampilkan raut wajah kesalnya.

Dirga dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Enggak, kok. Gue gak lagi di pengaruhin sama obat bius. Gue dalam keadaan sadar sekarang. Coba kalo gak percaya, tanya gue satu pertanyaan apapun, nanti gue jawab."

"Sapi minum apa?" tanya Kinara gesit.

Dan dengan cepat juga Dirga menjawab, "Susu."

"Tuh, kan!" pekik Kinara. "Dia emang masih dalam pengaruh obat bius, Dok. Jadi ngomongnya ngelantur kayak gini. Masa sapi minum susu?" lanjut Kinara sedikit rusuh.

"Lah? Emang minum susu, kan? Eh--" Dirga terdiam sesaat ketika dirinya menyadari ada hal yang aneh. Di samping itu, Rida yang melihat kejadian itu hanya bisa terkekeh kecil di tempatnya.

Sementara Kinara hanya mendengkus lalu beranjak dari tempat duduknya. Gadis itu lalu berjalan mendekati Rida dan memberi salam kepada sosok wanita tersebut.

"Bu, aku ijin pulang duluan, ya? Soalnya ini udah sore. Aku takut Mama aku khawatir kalo aku pulangnya kemaleman," ujar Kinara berpamitan, yang langsung di sambut dengan anggukan kecil dari Rida.

"Kamu yang hati-hati ya, pulangnya. Sekali lagi makasih udah mau ngejenguk Dirga ke sini," balas Rida sembari tersenyum.

Kinara ikut tersenyum sebagai balasannya. "Sama-sama, Bu. Aku pulang dulu," ujar Kinara sekali lagi. Dan untuk kesekian kalinya juga Rida menganggukkan kepalanya.

Saat Kinara hendak mengambil langkah untuk pergi, suara Dirga mengintruksi. "Sama gue gak mau pamitan juga?"

Dan untuk sekali gerakan, Kinara menoleh ke arah Dirga dan menjawab, "Enggak."

Lalu Kinara kembali membalikkan badannya dan melanjutkan langkahnya sebelum lagi-lagi suara Dirga kembali terdengar.

"Mau gue anterin gak pulangnya?"

"Gak mau!" balas Kinara cepat, sembari memperkencang langkah kakinya hingga gadis itu akhirnya menghilang di balik pintu, meninggalkan Dirga yang terkekeh kecil di tempatnya dengan Rida yang hanya bisa menahan senyumannya.

Rida tidak pernah melihat Dirga sebahagia ini sebelumnya. Dan alasan Dirga bisa sebahagia itu adalah Kinara--sesosok gadis biasa yang harus Rida pertahankan agar dia bisa tetap berada di samping Dirga. Setidaknya, agar Dirga bisa terus bahagia seperti ini. Itu saja.

EPOCH [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang