[27] 4 Peraturan

6 2 0
                                    

TANGAN Kinara kini mendorong pintu tersebut hingga terbuka dan membuat Rida maupun Antoni--yang melihat gadis itu keluar dari ruangan Dirga--langsung bangkit dari duduknya untuk menghampiri Kinara.

"Gimana, Nak Kinar? Apa sekarang Dirga mau di operasi?" tanya Rida yang masih nampak mencemaskan keadaan dari anaknya tersebut.

Kinara terdiam. Gadis itu terlihat termenung beberapa saat hingga akhirnya mengembangkam senyumannya. "Iya, Bu. Dirga mau di operasi."

Jawaban dari Kinara sukses di sambut dengan raut wajah bahagia dari Rida dan Antonio. Bahkan, Rida sampai memeluk suaminya itu saking senangnya.

"Beneran, Nak Kinar? Kamu udah berhasil buat ngebujuk Dirga biar dia mau di operasi?" tanya Antonio kepada Kinara.

Kinara mengangguk mengiyakan. "Iya, Om. Tadi aku udah bicara sama Dirga, dan katanya, sekarang dia bersedia buat di operasi."

Antonio tersenyum lega, begitupun dengan Rida. Rida kini menghadapkan badannya ke arah Kinara, kemudian meraih kedua tangan gadis itu dan menggenggamnya dengan erat. "Makasih ya, Nak Kinar! Makasih banget! Ibu gak tau kalo gak ada kamu, mungkin Dirga gak akan pernah mau di operasi," ujarnya bersemangat.

Sementara Kinara hanya membalasnya dengan senyuman kecil. Sekarang Kinara balik untuk menggenggam tangan Rida dan menjawab, "Sekarang Ibu udah gak perlu khawatir lagi, ya? Setelah Dirga di operasi, dia pasti bakalan sehat lagi kayak biasanya."

Rida mengangguk-anggukkan kepalanya. Tangannya kini terangkat untuk menangkup pipi Kinara dengan lembut. "Sekali lagi Ibu ucapin terimakasih, ya?" ujarnya, di sambut dengan anggukan kecil dari Kinara.

"Kalo gitu, Papa mau panggil Dokter dulu buat ngebicarain tentang operasinya Dirga ya, Mah?" ujar Antonio kepada Rida. Dan Rida langsung menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Lalu Antonio melangkah pergi dari sana untuk menemui Dokter. Sementara Rida sendiri, memilih untuk mengajak Kinara kembali masuk ke dalam ruangan untuk menemui Dirga.

Saat masuk ke dalam ruangan, Kinara melihat Rida nampak mempercepat langkahnya untuk mendekati Dirga. Wanita itu kini memeluk anaknya tersebut secara sekilas, kemudian memegangi kedua tangan Dirga dengan erat.

"Ibu gak salah denger, kan? Kamu beneran mau di operasi, kan?" tanya Rida beruntun.

Sementara Dirga langsung mengangguk membenarkan. Hal tersebut membuat senyuman di wajah Rida semakin mengembang. Ia akhirnya bisa bernafas lega setelah di beberapa hari yang lalu dirinya di bayang-bayangi oleh kondisi kesehatan Dirga yang semakin memburuk. Tetapi sekarang, Rida sudah tidak perlu cemas lagi.

Di sisi lain, Kinara yang sekarang nampak berdiri di sudut ranjang Dirga, hanya terlihat diam sambil mengamati. Bayangannya tertuju pada kejadian di beberapa menit yang lalu, di mana dirinya secara resmi menerima Dirga sebagai pacarnya.

"Lo beneran mau jadi pacar gue kan, Ra?" tanya Dirga sekali lagi, seakan memastikan kebenarannya kepada Kinara.

Dan Kinara kini mengangguk. "Iya. Asal lo mau di operasi dan jangan ada drama apapun lagi."

Senyuman Dirga mengembang sempurna. Lelaki itu nampak sangat bahagia. "Iya, Ra. Gue mau di operasi sekarang juga. Gue juga bakalan berusaha buat bisa cepet sembuh."

Kinara mengangguk. "Bagus. Kalo gitu gue keluar dulu, mau ngasih tau soal ini sama orang tua lo."

Saat Kinara hendak mengambil langkah untuk pergi, tiba-tiba tangan Dirga lebih dulu menahan lengannya. "Ra, lo sekarang beneran jadi pacar gue, kan?"

Kinara memejamkan matanya dengan rapat. Lalu, ia balik untuk membalas tatapan Dirga dan berkata, "Iya. Sekarang gue udah jadi pacar lo. Puas?"

Dirga tidak bisa menahan senyumannya lagi.  Ia benar-benar tidak percaya bahwa sekarang Kinara mau menerima cintanya. "Makasih ya, Ra. Makasih banget," cicit Dirga kemudian.

Kinara hanya terdiam. Raut wajah gadis itu menatap Dirga dengan ekspresi datar. Andai Dirga tau apa yang sedang di pikirkan oleh Kinara sekarang, mungkin lelaki itu sadar bahwa Kinara melakukan semua ini hanya karna terpaksa.

"Tapi gue mau bikin beberapa peraturan, selama kita pacaran."

Kening Dirga mengernyit mendengarnya. "Apa?"

Kinara menarik nafasnya dengan panjang, kemudian menghembuskannya secara perlahan. "Pertama, selama kita pacaran, lo gak boleh sembarangan nyentuh gue," ujar Kinara, membuat Dirga refleks melepaskan lengan Kinara yang awalnya ia pegang.

"Kedua, lo gak boleh ngeganggu waktu produktif gue."

"Waktu produktif gimana, Ra?" tanya Dirga yang nampak kebingungan.

"Lo gak boleh ngehubungin gue di jam-jam tertentu. Kayak: jam di atas sembilan malam, itu gue udah tidur. Dan lo gak boleh ngehubungin gue di jam itu," balas Kinara, membuat Dirga mengangguk mengerti.

"Ketiga, lo gak boleh alay."

Kali ini Dirga terkekeh kecil ketika mendengarnya. "Alay gimana, Ra?"

"Ya, lo gak boleh alay. Gak boleh gombal-gombal gak jelas sama gue. Gue gak suka."

Dirga menahan tawanya. Lelaki ini kembali mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oke," kekehnya kemudian.

"Keempat," ujar Kinara lagi.

Dirga yang mendengarnya kini mendengkus jengah. "Masih ada lagi, Ra?"

Kinara mengangguk mengiyakan. "Keempat, lo gak boleh publish hubungan kita. Gue gak mau kalo sampai ada orang yang tau kalo kita ini pacaran."

Kali ini Dirga nampak terdiam. Lalu, lelaki itu berdehem dan menjawab, "Buat yang itu ... gue gak bisa janji, Ra."

"Kenapa?"

Dirga menyenderkan punggungnya pada badan kasur sembari memandangi Kinara dengan tatapan intens. "Gue pengen ngepamerin ke semua orang kalo kita itu pacaran. Gue pengen semua orang tau, kalo sekarang lo itu pacar gue, milik gue," jelasnya, membuat Kinara menatapnya dengan tatapan aneh.

"Buat peraturan yang keempat, itu gapapa kalo gue ngelanggar, ya?" lanjut Dirga. Sementara Kinara hanya bisa berdesis kecil.

Lamunan Kinara terbuyarkan oleh kedatangan seorang Dokter dengan dua orang suster yang masuk ke dalam ruangan tersebut. Kinara berasumsi bahwa Dokter tersebut lah yang akan bertugas untuk melakukan operasi terhadap Dirga. Dan itu berarti, Dirga memang akan di operasi saat ini juga.

"Dirga sekarang mau di pindahin dulu ke ruang operasi, Mah," ujar Antonio, membuat Rida mengangguk mengerti.

Pandangan Rida kini beralih ke arah Dirga. "Kamu yakin mau di operasi sekarang?" tanya Rida lagi, seakan masih ragu dengan keputusan Dirga yang tiba-tiba ini.

Dengan senyuman yang mengembang sempurna, Dirga menganggukkan kepalanya. "Dirga yakin seratus persen kok, Mah," jawabnya kemudian. Dan jawaban itu membuat Rida menjadi sedikit lega.

Pandangan Dirga kini beralih untuk menatap ke arah Kinara yang masih terdiam di tempatnya. Kemudian, Dirga tersenyum kecil ke arah gadis itu, membuat Kinara yang melihatnya hanya balas menatapnya dengan pandangan aneh.

Saat ranjang yang di tempati Dirga bergerak untuk melewati Kinara--karena akan dipindahkan ke ruang operasi, Dirga berbisik kepada Kinara.

"Ra, ini pacar kamu mau di operasi. Kamu gak mau nyemangatin aku?" bisiknya, membuat Kinara mengerlingkan matanya dengan lucu.

Namun walaupun begitu, Kinara balik menjawab, "Ya. Yang semangat operasinya."

Dan dengan itu, hal tersebut sudah cukup untuk membuat senyuman Dirga mengembang di wajah tampannya.

EPOCH [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang