[12] Nomor Tidak Dikenal

6 3 0
                                    

MALAM harinya, Kinara nampak sudah bersiap-siap untuk tidur. Ia harus segera tidur, karna besok, dirinya harus bangun pagi-pagi sekali untuk belajar. Pasalnya, Kinara mempunyai prinsip Lebih baik bangun lebih cepat, daripada terlambat tidur karena bergadang.

Ya, tentu saja dengan ini kita tahu bahwa Kinara sangat menjaga kesehatannya. Gadis ini bukan hanya pintar, tetapi juga cerdas untuk me-manage waktunya. Maka tidak aneh, jika hidupnya bisa seproduktif itu.

Saat tangan Kinara hendak menyibakkan selimut untuk menutupi tubuhnya, tiba-tiba nada telepon di handphonenya terdengar. Hal tersebut membuat raut wajah bingung Kinara terlihat, karna biasanya tidak ada orang yang menelponnya di malam hari seperti ini.

Tangan Kinara kini beranjak untuk meraih handphonenya yang ia simpan di atas nakas, kemudian dahinya mengernyit ketika melihat sebuah nomor tidak dikenal sekarang tertera di layar handphonenya.

Namun walaupun ragu, jari Kinara kini bergerak untuk menerima telpon tersebut. Kinara juga tidak menempelkan handphonenya tersebut ke daun telinga dan lebih memilih untuk memberi jarak dengan hanya memegangnya saja.

"Kirain udah tidur."

Seketika punggung Kinara tersentak ketika rasanya Kinara mengenali siapa suara di balik telepon tersebut. Setelah merasa yakin, Kinara dengan cepat menempelkan handphonenya itu ke daun telinga dan berkata, "Dirga?"

"Iya, ini gue. Kaget ya?"

Kinara memejamkan matanya dengan rapat. Entah kenapa mendengar suara Dirga seperti ini saja, sudah cukup untuk membuatnya jengkel.

"Darimana lo dapet nomor gue?" tanya Kinara to the point. Karna seingat Kinara, hanya orang-orang terdekat lah yang tahu nomor handphone nya ini.

Namun nampaknya Kinara harus menyesali pertanyaan tersebut, karna dengan itu malah berhasil memancing sifat jail milik Dirga.

"Coba tebak."

Lelaki yang tengah duduk selonjoran di atas ranjang Rumah Sakit itu kini terlihat menyungging senyum, sembari sesekali menggigit sebuah apel yang berada di genggamannya. Antonio dan Rida sudah pulang di beberapa jam yang lalu, sehingga kini Dirga hanya sendirian di ruangan tersebut.

Sementara Kinara yang di jawab seperti itu sekarang mendengkus kecil. "Gue gak ada waktu buat ngejawab, gue mau tidur! Gue matiin telponnya ya."

Saat tangan Kinara bergerak untuk mematikan telepon tersebut, tiba-tiba suara dari Dirga mengintruksi.

"Jangan dimatiin dulu! Gue udah capek-capek nelpon lo kayak gini, masa di matiin?"

"Gak ada yang minta lo buat nelpon gue," tukas Kinara.

"Ada," jawab Dirga di seberang sana, membuat Kinara refleks menampilkan raut wajah bingung.

"Siapa?"

Beberapa detik lamanya tidak ada jawaban di dalam handphonenya. Hingga tidak lama setelah itu, suara serak Dirga mengintruksi.

"Hati gue."

Tidak seperti di cerita remaja lainnya, yang jika sang gadis mendapatkan gombalan maka gadis tersebut tersipu malu, berbeda halnya dengan Kinara yang malah langsung mematikan telepon tersebut secara sepihak.

Dengan raut wajah datar, Kinara menyimpan handphonenya tersebut di atas nakas sembari mengubah posisi tubuhnya menjadi terlentang, dan membiarkan handphonenya itu berbunyi beberapa kali.

EPOCH [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang