[3] Insiden Nasi Goreng

27 4 0
                                    

RASA pusing seketika menyeruak di dalam kepala Kinara. Hal tersebut membuat gadis yang awalnya pingsan ini--sekarang terbangun dari tidurnya.

Samar-samar Kinara mendengar suara bisik-bisik tidak jelas dari sekitar, dan dengan sedikit memaksakan diri, akhirnya Kinara membuka kedua matanya secara perlahan.

Pemandangan pertama yang Kinara lihat sekarang adalah temannya--Dysa dan dua sosok yang Kinara asumsikan adalah petugas PMR di sekolahnya. Ah, itu berarti ... dirinya sekarang sedang berada di dalam UKS?

"Ra, ayo minum dulu!" seru Dysa dengan sigap ketika melihat Kinara sudah sadar.

Dysa lalu menyodorkan segelas air putih kepada gadis itu, dan membuat Kinara dengan segera meneguk airnya sampai habis.

"Masih pusing?" tanya Dysa lagi.

Gadis berambut pendek sebahu ini beranjak untuk duduk di sebuah kursi yang berada tepat di samping ranjang--di mana Kinara berbaring. Sementara kedua petugas PMR yang Kinara lihat tadi, keduanya nampak sudah keluar dari ruangan UKS.

Kinara bergumam kecil seraya mengusap-usap sebelah matanya. "Dikit," jawab Kirana kemudian.

"Lo kebiasaan sih, kalo berangkat sekolah enggak sarapan dulu!" tukas Dysa, sambil memasang mimik wajah kesal. Nampaknya ia juga sudah tahu benar kebiasaan Kirana--yang sering melupakan sarapan paginya itu.

"Mama gue gak sempet masak, Dys. Dia tadi pagi-pagi banget udah berangkat ke toko." Kinara menjawabnya seraya menyenderkan punggungnya ke badan ranjang. Rasanya, pusing di kepalanya perlahan-lahan mulai menghilang.

"Gue beliin roti, mau?" tawar Dysa kemudian.

Namun saat Kinara hendak menjawabnya, kedatangan Dirga yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan sukses mengalihkan perhatiannya.

"Enggak perlu. Gue udah beliin Kinara nasgornya bu Tika," sahut Dirga. Lelaki tampan berpakaian rapi itu kini melangkah mendekati Kinara dengan sebelah tangannya yang menenteng sebungkus nasi goreng yang disebutnya tadi.

Sementara Kinara yang melihat keberadaan Dirga, hanya bisa menampilkan raut wajah heran. Kenapa lelaki itu bisa tau bahwa dirinya sedang berada di UKS?

"Oh ... oke, oke," balas Dysa--mengangguk-anggukkan kepalanya sembari menahan senyum. Sepertinya Dysa sendiri sudah mengerti situasinya.

"Yaudah kalo gitu, karna gak mau ngerusak acara romantisnya kalian berdua, gue pergi dari sini, ya?"

Saat Dysa bangkit dari duduknya dan hendak pergi, Kinara secara refleks menahan tangannya. "Eh, mau kemana? Udah di sini temenin gue!" tukas Dysa kemudian.

Di sisi lain, Dirga juga sudah duduk di sebuah kursi--tepatnya di sisi lain di samping ranjang Kinara. Lelaki itu nampak mulai membuka bungkus nasi gorengnya dan siap-siap untuk memberikannya kepada Kinara.

"Katanya kalo lagi bertiga, orang ketiganya itu jadi setan. Gue gak mau jadi setan, Ra," bisik Dysa beralasan.

Mendengar alasan tidak masuk akal itu, Kinara memutarkan bola matanya dengan malas. "Orang ketiga yang datang terakhir kesini itu Dirga, kan? Jadi dia setannya, Dys," balas Kinara spontan, membuat Dysa sontak melotot dan melirik ke arah Dirga yang masih diam di tempatnya.

Tetapi bukannya marah mendengar ejekan dari Kinara, Dirga malah tertawa kecil. Tawa yang pastinya akan membuat para gadis di luar sana terpana akan ketampanannya.

"Iya, iya, sorry. Gue kesini cuma mau ngasih ini doang kok. Habis ini gue mau keluar lagi--ada urusan sama pak Dadang," ujar Dirga sambil mengubah posisinya menjadi berdiri sebelum menyimpan nasi goreng yang di bawanya tadi di atas lemari kecil--di samping ranjang Kinara.

"Lo dimarahin ya, gara-gara tadi?" tanya Dysa saat Dirga mulai berjalan--melintas di melewatinya.

Dirga menghentikan langkahnya.  Lalu, dirinya membalas tatapan Dysa dan berkata, "Iya, mungkin. Tapi gapapa." Sekilas Dirga melirik ke arah Kinara, kemudian tersenyum tipis. "Nasi gorengnya di makan, ya? Harus habis," lanjutnya dan tanpa menunggu jawaban dari Kinara--Dirga kembali mengambil langkah dan melenggang pergi dari sana.

Sepeninggalan dari Dirga, Kinara seketika menutup kedua telinganya ketika tiba-tiba Dysa menjerit kecil di tempatnya.

"IH, SUMPAH, RA! DIRGA MAH EMANG BENERAN SUKA SAMA LO!" semprot Dysa rusuh, membuat Kinara dengan cepat membekap mulutnya.

"Kecilin suara lo, Dys! Nanti kalo orang-orang di luar denger, lo mau tanggung jawab?" tukas Kinara kesal.

Dysa menyengir lalu beranjak untuk duduk di sudut ranjang Kinara hingga mereka berdua kini duduk bersampingan. "Tapi serius, deh. Ini mah beneran fix. Dia suka sama lo!"

Kinara mendengkus pelan. "Tau ah, gue laper," jawabnya sambil meraih nasi goreng yang di bawa oleh Dirga tadi kemudian mulai melahapnya sesuap demi sesuap.

"Lo gak tau ya, siapa yang tadi bawa lo ke sini pas pingsan di lapang?"

Kali ini pertanyaan dari Dysa sukses membuat perhatian Kinara teralihkan ke arahnya. "Siapa?" tanya Kirana cepat.

Salah satu sudut bibir Dysa terangkat, kemudian gadis ini menjawab, "Siapa lagi kalo bukan Dirga? Dia bela-belain ngebawa lo ke UKS kayak gini padahal waktu itu posisi dia lagi jadi Pemimpin upacara."

Kinara sontak kaget. Jadi ... Kinara bisa berada di UKS seperti ini karna bantuan dari Dirga? Dan tadi--apa itu? Dirga rela melupakan tugasnya sebagai pemimpin upacara hanya karna ingin membawa Kinara ke UKS seperti ini? Apa dia gila?

"T--terus, terus upacaranya gimana dong?"

"Ya ... itu." Dysa menjeda kalimatnya seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Upacaranya gak berjalan lancar soalnya Dirga--yang jadi pemimpin upacaranya malah tiba-tiba pergi ninggalin lapang. Untung tadi ada Bagas yang bisa ngedadak ngegantiin dia," lanjut Dysa.

"Tapi mungkin karna kejadian tadi, Dirga sekarang kayaknya bakal kena marah jadi diminta buat nemuin pak Dadang," sambung Dysa menambahkan.

Kinara terdiam mendengarnya. Ini ... bukan salahnya, kan? Lagian untuk apa Dirga harus susah-susah membawanya ke UKS, padahal nanti--tentunya akan ada anggota PMR yang membawa Kinara.

"Lo juga pas keluar dari sini siap-siap aja, Ra," ujar Dysa, disambut dengan raut wajah bingung dari Kinara.

"Siap-siap buat apa?"

"Ya ... kejadian tadi pastinya bakal jadi gosip terpanas di sekolah ini, kan? Lo harus siap-siap aja buat ngadepin para fans fanatiknya Dirga di luar sana," jawab Dysa, membuat Kinara mendengkus kesal.

"Bodoamat lah, gak peduli gue," balas Kinara seraya kembali melahap nasi gorengnya.

"Lo ... beneran gak ada rasa sama Dirga, Ra?"

Kinara refleks memejamkan matanya ketika Dysa melontarkan pertanyaan tersebut. Entah sudah ke berapa kali Dysa menanyakan hal itu, tetapi sungguh, Kinara sudah muak di buatnya.

"Harus gue jawab berapa kali, Dys?" balas Kinara sembari membalas tatapan Dysa dengan raut wajah kesal.

Dysa menyengir di tempatnya. "Kalo gitu boleh gak kalo Dirganya buat gue aja?"

Kinara mengerlingkan matanya dengan malas. "Ambil aja kalo dianya mau sama lo," tukasnya, berhasil memojokkan Dysa.

"Buset, mentang-mentang dia sukanya sama lo--jadi lo setega ini ngomong kayak gitu sama gue ya, Ra."

Kinara tertawa mendengarnya, begitu pun dengan Dysa yang ikut tertawa karnanya.

"Mau nyobain gak, Dys?" tanya Kinara sembari mengangkat sesendok nasi gorengnya ke mulut Dysa.

"Mau dong!"

_______________________________

EPOCH [On Going]Where stories live. Discover now