37 || Alan's Madness Side

3.1K 321 26
                                    

⚠️⚠️⚠️⚠️
PERINGATAN KERAS!
Chap kali ini mengandung lonjakan emosi yang kuat. Mungkin akan membuat beberapa dari kalian kesal saat membacanya. Jadi diharapnya untuk para readres yang tidak memiliki emosi/mental yang stabil, mohon jangan baca part ini

sekian














***

"Jadi mau ngelakuin apa di libur panjangmu ini, kak?"

Zyan yang sudah merebahkan tubuhnya selama 2 jam diatas sofa itu hanya menghela nafas saat mendengar pertanyaan adiknya. Benar juga ia tidak tau harus melakukan apa selama libur. Pasti akan sangat membosankan kalau ia cuma berbaring seperti ini selama liburan. Zyan harus mencari sesuatu yang bisa mengisi waktu luangnya.

"Entahla, abang juga bingung." Zyan berbalik menoleh kearah Alan. "Menurut Alan abang harus ngapain saat liburan?"

Alan menaikkan sebelah alisnya, ikut berfikir. "Tidur?"

Zyan menghela nafasnya kembali. Percuma bertanya kepada Alan. "Bosan banget Lann. Abang gak mau cuma tiduran sepanjang liburan."

Zyan kembali memikirkan apa yang harus ia lakukan sepanjang liburan.

Tiba tiba saja ide brilian muncul dalan pikirannya. Zyan langsung duduk, wajahnya langsung sumringah saat mendapati ide yang yang menyenangkan dari otaknya.

"Ohhh, Zyan tau! Alan gimana kalau abang latihan bela diri aja?" ujar Zyan, ia menoleh kearah Alan ikut meminta persetujuan dari adiknya itu. Tapi sayangnya di luar ekspektasi raut wajah alan langsung berubah mendengar perkataan Zyan.

"Ngapain?" tanya Alan dengan aura tak menyenangkan mulai keluar dari tubuhnya.

Zyan mengalihkan pandangannya, tangannya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Errr, latihan bela diri?"

"Tidak."

"Whyy?" sahut Zyan sedih.

"Ga, ga boleh ikut latihan bela diri. Bahaya. Entar selama liburan biar Alan aja yang nenemin kakak dirumah biar gak bosan." Alan berdiri, ia berjalan menuju sofa tempat Zyan duduk lalu mendudukkan dirinya di samping kakaknya itu.

Alan menangkup wajah Zyan dengan kedua tangannya. "Kakak itu lemah. Jangan bahayain diri sendiri dengan ngelakuin hal itu."

Zyan mendengus sebal. Lemah? Yang benar saja. Tentu saja ia akan terus lemah kalau tetap di manja seperti ini. Apapun harus dilakukan dalam pengawasan. Bagaimana Zyan bisa melindungi dirinya sendiri nanti kalau sekarang saja ia dipaksa untuk tetap bergantung pada papa dan Alan.

"Karena itu Zyan pengen belajar bela diri. Zyan bisa kuat dan bisa ngelindungi diri sendiri nanti. Zyan gak akan babak belur lagi seperti waktu itu kalau lagi gak ada Alan. Zyan gak bermaksud apa apa kok, Zyan cuma pengen belajar biar kalau suatu saat nanti kalau gak ada Alan atau papa Zyan bisa ngelindungi diri sendiri. Setidaknya Zyan bisa bergantung pada diri sendiri mulai sekarang. Boleh ya, Lan?"

Zyan berujar panjang lebar, bermaksud membuat Alan mengerti dengan alasannya kenapa ia meminta ingin belajar bela diri.

Tentu saja hidup dengan bergantung pada orang lain itu sangat tidak menyenangkan. Terkadang Zyan merasa tidak bisa melakukan apapun tanpa papa dan Alan. Zyan pasti akan kalah tanpa mereka. Untuk itu Zyan ingin belajar, ia ingin bisa bertarung untuk melindungi dirinya. Zyan tudak ingin bergantung lebih lama dengan keberadaan papa dan Alan.

Juga bukankah sudah sewajarnya Zyan latihan bela diri? Ia sudah akan memasuki jenjang SMA. Sudah besar. Sudah waktunya Zyan berdiri untuk dirinya sendiri. Zyan tidak mungkin kembali mengandalkan orang lain untuk melindunginya. Bahkan kita tidak tau kalau suatu saat nanti tidak ada orang yang akan melindungi Zyan. Lantas dengan cara apa ia akan melindungi dirinya sendiri? Zyan yang tidak bisa apapun tanpa orang lain.

My Cute Big BrotherWhere stories live. Discover now