21 || The Beginning (2)

6.4K 678 56
                                    

Arga hanya menginap sekiranya satu bulan di rumah Erik, setelahnya ia memutuskan untuk kembali ke apartment miliknya.

Tidak, dia sama sekali tidak melupakan rencananya.

Selama satu bulan disana, Alan, anak bungsu dari kakaknya benar benar membuatnya tertarik. Entahlah, Arga hanya ingin menjadikan anak itu bonekanya, mengendalikan semaunya, hanya untuk membuat Alan sempurna dimatanya.

Alan benar benar wadah yang sesuai dengan keriterianya. Anak itu benar benar memiliki semuanya, dan untuk alasan itu Arga menginginkannya.

Egois?

Arga tidak peduli dengan kata bodoh itu, yang ia pikirkan hanya bagaimana cara ia mendapatkan Alan-

hanya itu.

Gila? Sudah jelas.

Bahkan sejak awal, Arga adalah orang paling gila. Pria obsesif yang akan melakukan segala hal untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Arga bahkan tidak peduli dengan Erik selaku kakak tirinya.

Dia adalah sosok yang sangat gila.

"Ya, lakukan sekarang. Saya ingin kalian mendapatkannya paling lama malam ini." Setelah mengucapkan hal itu, Arga langsung menutup telepon, tidak menunggu respons lebih lanjut.

Arga tersenyum setelahnya.

Kali ini ia akan benar benar mendapatkannya.





















Rencananya sudah dimulai.

.....

"Hm, sudah bangun ya?" Pertanyaan retoris Arga, mengulas senyuman simpul dibibirnya.

Arga-

berhasil mendapatkannya.

Alan tidak menjawab pertanyaan itu, ia memilih untuk melihat sekitarnya, memastikan kini ia sedang berada dimana. Sedikit aneh karena Alan sama sekali tidak mengenali temoat ini, bahkan hanya ada Arga dan dirinya diruangan ini.

Ruang serba putih, yang sepertinya tidak ada warna lain selain putih diruangan ini.

"Dimana?" Kata pertama yang Alan keluarkan.

Arga memilih tidak menjawab, lalu menyuruh dua orang pria masuk kedalam ruangan itu. Keduanya berdiri dihadapan ranjang yang kini Alan tiduri, berdiri tegak sesuai keinginan Arga.

Alan seperti tidak asing dengan wajah keduanya.

Arga berdiri disamping Alan, meronggah saku celananya, mengambil benda berwarna hitam itu dari sana. Lalu tangannya bergerak untuk memberikan senjata berwarna hitam -pistol- itu kepada Alan.

"Bunuh mereka," titah Arga.

Hah?

Bunuh?

Arga menyuruhnya untuk membunuh?

Alan-

tidak bisa.

Kepalanya menggeleng, "tidak."

Arga lalu mendekat kearah Alan, menggerakkan tangan Alan untuk memegang pistolnya, lalu mengarahkannya kepada salah satu orang yang ada dihadapan mereka.

Alan masih butuh belajar, pikir Arga.

"Perhatikan baik baik, okey?"

Alan terdiam.

My Cute Big BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang