1 || Pagi Pagi Dimarahin

59.5K 3.7K 254
                                    

Pagi itu...

"Abang, bangun. Kita sarapan dulu."

Alena berupaya membangunkan si sulung yang masih terlelap dalam mimpinya.

Wanita dengan dua anak ini masih terlihat cantik, dengan rambut lurus tergerai sebahu membuatnya terlihat sangat menawan. Umur yang sudah memasuki kepala tiga tidak membuat kadar kecantikannya berkurang, mungkin wajah manisnya inilah yang menurun ke putra sulungnya.

Zyan menggeliat dalam tidurnya.

Putra sulung keluarga Alfred ini masih keras kepala, tidak mengindahkan perkataan sang mama. Ia malah menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya agar tidur nyenyaknya tidak diganggu.

"Abang, ayo bangun."

Alena masih terus berupaya membangunkan putra sulungnya, tapi hanya rengekan yang didapatkannya sebagai jawaban.

Anaknya yang satu ini memang sulit sekali untuk dibangunkan, jika Zyan dipaksa untuk bangun maka anak itu akan merengek lucu layaknya bayi yang tidurnya diganggu.

Tapi, itulah hal menyenangkan saat membangunkan Zyan.

Walaupun tidak tega, Alena tetap memaksa anaknya itu untuk bangun.

"Daddy sama Alan sudah menunggu kita dibawah sayang," ujar Alena dengan tangan mengusap pelan rambut Zyan.

Tubuh Zyan berbalik memunggungi Alena, "Zyan ngantuk, pengen tidur." Gumaman itu terdengar, dengan Zyan yang masih menutup matanya seraya mengibas ngibaskan tangannya agar sang mama tidak lagi menganggu tidur nyenyaknya.

Alena menghela nafasnya.

"Kemarin tidur jam berapa, hm?"

"Jam satu," jawab Zyan tanpa sadar yang membuat Alena geleng geleng kepala dibuatnya.

"Jadi anak mama ini kemarin bergadang ya?" tanya Alena lagi yang membuat Zyan tersadar kalau ia keceplosan menyebutkan jam tidurnya kemarin.

Zyan membuka mata, menatap mamanya memelas. Sial, ia ketahuan lagi.

"Jangan kasih tau papa sama Alan ya?" rengek Zyan.

Alena terkekeh geli melihatnya, "sekarang cuci muka dulu, kita akan sarapan dibawah."

"Gendong mama~"

Alena berusaha menahan gemasnya, karena membuat Zyan menangis dipagi ini sepertinya akan merepotkan.

"Jalan sendiri dong sayang, kakinyakan masih ada tuh." Alena menunjuk kaki Zyan menggunakan dagunya dan Zyan.

Anak itu dengan polosnya melihat mengikuti arah gerak dagu mamanya. Melihat kakinya yang masih terbungkus selimut merah bertemakan Doraemon si musang biru.

Bibir Zyan mengerucut lucu.

"Kaki Zyan capek, katanya pengen gendong aja~" Zyan merentangkan tangannya, meminta mamanya itu menggendongnya.

Alena menggelengkan kepalanya gemas.

"Abang udah gendut, mana kuat mama gendongnya." Ucapan Alena berhasil membuat Zyan menggerutu kesal. Kakinya capek, ia pengen digendong bukan berjalan.

"Mama, gendong~"

"Papa aja yang gendong ya?" tawar Alena.

Mau bagaimanapun, Alena tetap tidak akan bisa menggendong putranya ini. Walaupun ia sangat ingin melakukannya. Tapi besar tubuh mereka hampir sama, sama sekali tidak memungkinkan Alena menggendong Zyan anak sulungnya ini.

My Cute Big BrotherWhere stories live. Discover now