19 || Save Everything

7.7K 915 52
                                    

Happy Reading 📖

















































°°°

"Bukankan kau kesini untuk menjemputku, papa?"

Oh, sebentar. Apa yang terjadi disini? Papa? Alan memiliki hubungan apa dengan Arga?

Kedua tangan Alan terkepal kuat, meyakinkan dirinya untuk mengatakan kalimat selanjutnya. Mungkin Alan harus sedikit mengulur waktu lebih lama agar papanya bisa selamat.

Alan menghela nafasnya dalam, lalu menatap Arga dengan senyumannya. "Maafkan aku karena ninggalin papa waktu itu. Aku akan bersama papa setelah ini. Jadi, Alan mohon. Lepaskan mereka." Alan menatap penuh harap, memohon agar membiarkan kedua orang yang sangat berarti baginya untuk tetap hidup.

Arga tersentak, melihat senyuman yang tidak pernah ia dapatkan saat bersama Alan.

Alan begitu menyayangi mereka?

Setelahnya Arga kembali tersadar, ia menyeringai. Ini sama sekali tidak ada untung baginya.

Tidak ada pertukaran setara disini.

"Ya, papa memang ingin membawamu kembali Alan. Tapi tanpa negosiasi inipun papa bisa membawamu pergi." Arga mendekat kearah Alan, yang sontak Alan langsung melindungi kepala Erik dengan kedua tangannya.

Arga menatap Erik tajam, "setelah membunuh orang ini, papa bisa membawamu."

Benar benar gila.

Semua orang masih berada diposisi masing masing, hanya tinggal bersiap untuk menerima perintah dari Arga dan semuanya berakhir.

"Hanya biarkan mereka tetap hidup. Alan- Alan akan melakukan apapun itu setelahnya. Alan akan terus berlatih, menuruti semuanya, dan menjadi seseorang yang papa inginkan. Alan akan membantu papa. Membunuh. Tidakkah itu cukup?" ujar Alan.

Alan masih terus memohon kepada Arga agar tidak melakukan hal gila apapun kepada Erik.

"Alan mohon papa," lirih Alan.

Arga mengangguk, "hm, baiklah. Tapi pastikan kali ini kamu melihatnya dengan baik Alan."

Mata Alan membulat sempurna ketika melihat Arga mengambil sesuatu seperti remote dari sakunya. Alan menggeleng. Alan berteriak untuk membuat Arga berhenti melakukan hal gila itu.

"Tunggu! TUNGGU! Jangan lakukan itu!" teriak Alan histeris.

Terlambat.

Tak!

Suara mengerikan mendenging kuat ditelinga Alan.

"ARGHHHH...!"

Untuk kedua kalinya Zyan merasakan sengatan menyakitkan dari kursi ini.

Mata Alan membulat kaku, menatap kearah kakaknya yang terduduk lemas setelahnya. Alan mematung ketika melihat secara langsung kejadian itu, ia benar benar tidak sanggup melihat keadaan mengenaskan Zyan.

Ini penyiksaan.

Arga benar benar sudah gila!

Arga mengernyit bingung ketika melihat Zyan yang masih sadar, walaupun tampak lemas. "Hm, masih belum pingsan? Mungkin sekali lagi untuk membuatnya pingsan."

"JANGAN PAPA!"

"Sudah," lirih Alan.

"J-jangan lagi."

Arga tersenyum, lalu melempar begitu saja pipa besi pada tangannya begitu saja. Remote tadi juga sudah ia simpan kedalam saku celananya. Alan terlihat begitu prustasi sekarang. Melihat Zyan kesakitan, membuat Alan ikut merasakan sakitnya juga.

My Cute Big BrotherWhere stories live. Discover now