34 || Main Game Semalaman

4.2K 576 27
                                    

"Hah~ kalah lagi."

Zyan merebahkan tubuhnya, melepas stik *PS ditangannya.

*PS [Play Station] = bermacam game bisa dimainkan didalamnya, kita hanya butuh kaset untuk memainkan game yang diinginkan.

cmiiw~

Sudah dua jam lamanya ia bermain, padahal Zyan berencana ingin menamatkan game ini malam ini. Tapi, sekarang sudah hampir jam sepuluh. Sebentar lagi, Alan atau papanya pasti akan datang untuk memastikannya sudah tidur.

Zyan tidak menyangka gamenya akan sesulit ini. Bahkan sudah dua jam ia habiskan untuk bermain, tapi masih belum bisa menyelesaikannya.

Mungkin kalau berdua Zyan bisa menyelesaikan misi pada game ini.

"Kirain gamenya nggak bakal sesulit ini," gumam Zyan mendengus lelah. Tapi setelahnya ia duduk, kembali mengambil stik game, lalu mulai mengaturnya ke awal game.

"Baiklah! Kali ini pasti bisa!" ujar Zyan penuh kepercayaan yang tinggi pada dirinya sendiri.

Beberapa menit kemudian ...

"Hah~ percuma, tetap nggak bisa. Apa apaan game itu. Padahal tadi dikit lagi mau menang. Kasih tambahan darah dikit lagi kek," keluhnya.

Zyan kembali merebahkan tubuhnya diatas karpet bulu berwarna putih. Zyan menggerakkan tubuhnya disana, memukul karpet bulu tidak bersalah itu, kesal karena tidak dapat menyelesaikan game yang kemarin ia beli bersama papanya.

Cklek!

Pintu kamar terbuka, Zyan menoleh kearah pintu dengan keadaan yang masih terlentang.

Alan datang dengan senyum manisnya.

"Kak, belum tidur?" tanya Alan yang masih mempertahankan senyum manisnya itu-

yang kalian tau senyuman itu terlihat mengerikan, bukan?

"Ah, ini Zyan udah mau tidur kok."

Zyan duduk, mengusap tengkuknya gugup. Bisa bisanya Zyan melupakan hal sepenting ini. Habislah, Alan pasti sangat marah mengetahui kalau ia belum juga tidur. Padahal sudah jam setengah sebelelas, yang artinya waktu tidur Zyan udah lewat tiga puluh menit yang lalu.

Alan berjalan kearahnya.

"Lagi ngapain emang?" tanya Alan yang ikut duduk disampingnya.

Tidak seperti biasanya, Alan malah bertanya terlebih dahulu. Padahal biasanya kalau Zyan ketahuan bakal langsung diseret ke kasur, terus dipaksa tidur.

"Ini, gamenya susah banget," rengek Zyan menunjuk kearah layar televisi yang sudah terhubung dengan gamenya. Mengadu layaknya anak kecil kepada adiknya yang bahkan lebih kecil dari pada dirinya.

"Kalah? Kok bisa?" tanya Alan.

"Alan tau, Zyan kan udah mainin ini sejak tadi. Tapi tetap nggak bisa. Kalah mulu. Padahal Zyan niatnya pengen namatin malam ini," ujar Zyan mengeluh tentang yang baru saja ia alami kepada Alan. Pipinya menggembung lucu, menandakan kalau iabenar benar kesal sekarang.

Alan terkekeh mendengar aduan kakaknya.

"Kok ketawa sih?!" kesal Zyan.

"Hahaha, lucu banget sih abangnya Alan." Alan tertawa berkelanjutan mengingat betapa menggemaskan kakaknya saat ini.

Zyan merengut kesal, ingin rasanya menabok kepala Alan, tapi masih sayang nyawa, takut takut iblis adiknya ini keluar lagi. Zyan mendengus kesal, menunggu sampai tawa Alan reda, tapi sepertinya Alan sama sekali tidak punya niatan untuk berhenti.

My Cute Big BrotherWhere stories live. Discover now