18 || Siapa Arga Sebenarnya?

7.8K 899 83
                                    

Mata Zyan perlahan tebuka, kesadarannya mulai bangkit. Zyan beberapa kali mengerjabkan matanya untuk menyesuaikan cahanya yang masuk.

Setelah sadar, Zyan sejenak terdiam.

Otaknya kembali mencoba mengingat kejadian beberapa saat sebelumnya. Beberapa kepingan memori masuk kedalam otaknya, membuatnya mengingat kejadian beberapa saat lalu, sebelum ia jatuh pingsan karena pengaruh bius.

Zyan tersentak saat setelah mengingatnya.

Sial! Sudah berapa lama ia tertidur?!

Zyan menoleh kearah sekitarnya, semua orang tampak sudah berada di posisi mereka masing masing, bersembunyi dibalik tumpukan kotak dengan senjata mereka masing masing-

pistol.

Apa Arga benar benar berniat membunuh papanya?

"Oh, sudah bangun ya." Arga berjalan mendekat dengan sebuah pipa besi di genggamannya. Bibirnya terangkat, membentuk seringaian puas. Pipa besi itu terangkat, mendongakkan dagu Zyan untuk menatap kearahnya.

Zyan yang saat itu kembali tidak diperbolehkan bicara, ada kain yang menyumpal mulutnya. Kain itu menghalanginya untuk bicara, mungkin kalaupun Zyan memaksa untuk tetap bicara, hanya gumaman tak jelas yang dapat didengar.

Bibir Arga mendekat, tepat disamping telinga Zyan. Berbisik hingga hanya mereka berdualah yang bisa mendengar perkataan itu.

"Zyan sedang duduk dikursi listrik loh," bisik Arga yang membuat Zyan sontak memeriksa kursi yang tengah ia duduki saat ini.

Mata Zyan terbelalak kaget ketika memang benar kalau ia sekarang tengah duduk di sebuah kursi listrik. Zyan menoleh patah patah kearah Arga, ia takut kalau Arga nekat. Zyan tidak bisa menebak apa yang tengah ada dipikiran omnya ini.

Zyan bisa sangat tersiksa kalau sampai Arga menghidupkan kursi listrik yang Zyan tengah ia duduki. Tidak sampai membuatnya mati, hanya memberi efek lemas setelahnya.

Sangat bisa dipastikan kalau Arga sama sekali tidak berniat untuk membunuhnya. Palingan ia hanya akan sedikit menyiksa Zyan dengan kursi listrik barunya. Zyan adalah orang pertama yang memakai kursi listrik miliknya ini, untuk sekalian percobaan, apakah efek kursi listrik ini benar benar bagus.

Arga terkekeh melihat ekspresi takut Zyan, ia lalu menurunkan tongkat besinya. Mengusap ngusap lembut rambut Zyan. "Tenang aja, hanya sekali kok." Arga berucap dengan entengnya.

Hanya sekali?

Jadi, Arga memang berniat menyetrumnya di kursi listrik ini?!

Tiba tiba seorang pria yang sering bersama Arga datang, pria itu mendekat kesamping Arga, sedikit menunduk untuk menunjukkan rasa hormatnya.

"Mereka sudah sampai tuan," ujarnya setengah berbisik.

Zyan masih dapat mendengarnya. Apakah mereka yang dimaksud itu papanya dan Alan? Mereka datang untuk menjemput Zyan, tapi Zyan pikir ini bukan waktu yang tepat.

Arga merencanakan sesuatu yang buruk, ia berniat membunuh Erik, papanya.

Lihatlah ke sekeliling mereka, sudah banyak anak buah Arga yang bersiap dengan tembakannya, siap menembak orang yang Arga perintahkan, dan orang itu 100% adalah Erik.

Zyan terlihat panik, ia tidak mau terjadi sesuatu yang buruk kepada papanya.

Arga tersenyum mendengar itu, "heh, mereka bahkan datang sangat cepat. Apa ada GPS ya,bhingga mereka bisa menemukan tempat lokasi ini secepat itu?" tanya Arga entah pada siapa.

Lalu seringaian menyeramkan Arga kembali muncul, ia mengambil satu remote control kecil dari sakunya. Zyan yang melihat itu gelagapan, jangan bilang itu adalah remote untuk mengaktifkan kursi listrik yang tengah Zyan duduki ini?

My Cute Big BrotherWhere stories live. Discover now