11 || Bertemu Dokter Ed

12.3K 1.1K 37
                                    

Jan lupa votemennya manteman 🤓📖

•••

Sesampainya dirumah keduanya- ah atau lebih tepatnya Zyan di hujami berbagai pertanyaan oleh mamanya.

Wajahnya di periksa, melihat luka yang didapat Zyan. Alena benar benar khawatir saat Zyan pulang dengan keadaan wajah tidak semulus tadi pagi, walaupun tidak separah itu, tetap saja Alena khawatir. Apalagi saat mendengar kalau anaknya ini di bully.

Tanpa bicara apapun lagi, Alena menelepon sang suami, mengatakan semua hal yang Zyan ceritakan kepadanya. Bahkan ketika Zyan meminta untuk tidak memberitahu papanya dulu, Alena memilih abai, ia sangat khawatir dengan keadaan luka Zyan.

"Lukanya masih sakit? Perlu kita kerumah sakit? Siapa yang berani memukul anak mama ini?!"

Zyan tidak tau harus menjawab dari mana dulu, mata mamanya tampak memerah seperti menahan tangis. Zyan panik, ia langsung memeluk Alena untuk menenangkan wanita cantik itu.

"Mama tenang aja, Zyan gak apa apa kok." Zyan tersenyum lebar untuk mengurangi rasa khawatir mamanya.

"Bagaimana mama bisa tidak khawatir, sayang?" tanya Alena lirih.

Jujur saja Alena sangat terkejut saat kedatangan Zyan tadi, awalnya ia tidak melihat luka itu karena masker yang Zyan pakai membantu menutupi luka diwajahnya. Tentu saat masker itu dibuka, Alena terkejut dengan apa yang dilihatnya. Jarang sekali, bahkan hampir tidak pernah Zyan pulang dengan wajah dengan luka seperti itu.

"Abang benar benar membuat mama takut tadi." Alena memeluk erat anaknya itu.

"Hehe, maaf mama."

Tak lama setelah keduanya selesai dengan acara berpelukan, suara dobarakan terdengar dari arah pintu. Sontak keduanya menoleh, terkecuali Alan, karena ia yakin kalau dalamg pendobrak pintu itu adalah papanya.

Erik, ia berjalan dengan cepat menuju Zyan. Lalu memeriksa tubuh anaknya, wajahnya terlihat marah ketika melihat lebam di wajah dan perut anaknya.

"Apa yang mereka lakukan padamu? Papa pastikan mereka akan mendapatkan lebih dari itu," ujar Erik bersungguh sungguh dengan perkataannya. Wajahnya menampilkan kemarahan yang terlihat jelas, tentu saja ia tidak terima saat anaknya di perlakuakan seperti ini.

Zyan tersenyum canggung. Ini dia, papanya tidak pernah main main dengan ucapannya.

"Tidak masalah papa, cukup beri mereka sedikit pelajaran." Zyan menjawab itu dengan sedikit ragu. Ia tidak yakin sedikit yang papanya pikirkan itu sama dengan sedikit yang Zyan pikirkan.

Erik menghela nafasnya, ia mengecup kedua pipi Zyan, lalu menyatukan kening keduanya lalu berucap lirih, "jangan buat papa kawatir, baby."

Lihatlah? Semuanya terlihat sangat menyayangi Zyan. Semuanya khawatir saat mendapati Zyan pulang dengan lebam di wajahnya, itu membuktikan kalau Zyan sangat dibutuhkan dalam keluarga ini.

Mereka tidak akan membiarkannya tergores ataupun terluka.

Tapi kalau sempat itu terjadi, maka siap siap saja, hal buruk akan menimpa orang yang berani beraninya melukai kesayangan mereka.

"Ya, maafin Zyan."

Erik lalu menatap wajah Zyan lekat. "Kita harus membiarkan dokter memeriksanya," ujar Erik lalu setelah itu mengambil ponselnya untuk memanggil dokter pribadi mereka. Luka Zyan harus segera ditangani lebih lanjut, ia tidak ingin luka itu membekas di wajah Zyan.

"Eh, tapi papa, luka di wajah Zyan tidak separah itu kok. Jadi, tidak perlu repot repot memanggil dokter ya?" bujuk Zyan saat mengetahui kalau papanya ini akan menghubungi dokter.

My Cute Big BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang