8 || Seseorang di Toilet

11.8K 1.1K 36
                                    

Happy reading 📖





"Papa, mama Zyan pergi dulu ya!" teriak Zyan lalu berlari menuju Xavier yang tengah menunggunya di ruang tamu.

Hari ini hari minggu, dimana Alan sedang mengikuti pertandingan basket tingkat provinsi yang diadakan di sekolahnya. Zyan berencana menontonnya bersama Xavier, Zyan juga sudah janji ke Alan kalau ia akan menonton pertandingan Alan.

"Iya, hati hati ya sayang?" ujar Alena lalu mengusak surai Zyan.

"Xavier, tolong jaga Zyan di sana ya. Anaknya emang sedikit pentakilan, di tinggal sebentar langsung hilang. Pegang terus aja tangannya, atau kalau perlu sekalian di iket aja biar nggak lari kemana mana." Ujar Alena setengah bercanda, tersenyum menatap sahabat kecil anaknya itu.

Xavier mengangguk, "ya, tan. Ngejaga Zyan bukan hal yang sulit bagi saya."

"Kalau ada apa apa, hubungi nomor om aja ya," ujar Erik menimpali.

"Ya."

"Kalau begitu, Zyan pergi dulu ya! Nanti Zyan bakalan bawa makanan banyak banyak ke rumah!" ujar Zyan dengan cengiran khasnya.

Ngomong ngomong soal makanan, selain pertandingan basket, sekolah mereka juga mengadakan bazar makanan. Jadi Zyan bisa makan sepuasnya nanti disana, mungkin ia akan menghabiskan waktu lebih banyak di bazar yang penuh dengan makanan, daripada menonton pertandingan Alan.

"Pergi dulu om, tante."

"Ya, kalian berdua hati hati di jalan ya," ujar Alena melambaikan tangannya kearah keduanya.

"Bye bye, mama!"

"Bye sayang!"

Setelahnya Zyan masuk kedalam mobil, di ikuti Xavier yang sebelumnya sudah meminta izin kepada Erik dan Alena juga.

Keduanya melaju menuju sekolah menggunakan mobil, jangan tanya kenapa anak SMP kayak Xavier udah boleh membawa mobil ataupun motor. Ia hanya akan membawa mobil sesekali, contohnya seperti saat ini. Sedangkan motor, Xavier sudah nenggunakannya rutin setiap hari sejak kelas 2 SMP. Ia melakukannya karena tidak ingin diantar oleh supir pribadi, dan menurutnya memakai motor ke sekolah itu keren.

Didalam mobil, seperti biasa mereka mengobrol seperti biasa. Seperti biasa juga, Zyan yang mendominasi pembicaraan diantara mereka. Zyan membicarakan semuanya, semua yang terlintas di otaknya saat itu.

Sedangkan Xavier hanya diam, mendengarkan ocehan tiada henti dari mulut sahabatnya itu.

Akhirnya, setelah dua puluh menit di perjalanan, mereka sampai. Zyan menghentikan pembicaraannya. Mulai turun, lalu berlari menuju Xavier untuk berdiri disampingnya.

Mereka berjalan memasuki sekolah yang sudah di hadiri oleh banyak tamu dari berbagai sekolah.

Sekolah mereka cukup luas dan besar, mungkin itu salah satu alasan mengapa sekolah mereka terpilih sebagai tempat penyelenggaraan lomba basket tingkat provinsi. Selain itu, sekolah mereka juga sekolah terpandang, banyak murid yang ingin masuk ke sekolah ini, tapi tentu saja banyak yang tersingkir karena sistem yang terbilang cukup ketat.

My Cute Big BrotherOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz