71 -Rumah Sakit ?

224 41 4
                                    

“Siapa yang jahat? Dia karena tidak bisa melupakan masa lalunya atau aku yang hadir dan mengambil tempat masa lalunya?”

****

Kelas tiga sangatlah sibuk terutama tugas berupa praktikum yang menjadi tugas akhir, selain itu ada juga panitia yang terpilih untuk acara perpisahan angkatan nantinya. Rama sudah tidak menjadi ketua BUSRA maupun sudah tak terlalu aktif di OSIS, tetapi ia menjadi panitia untuk acara perpisahan angkatan lagi. Meskipun masih lumayan lama, tetapi angkatan mereka hendak mempersiapkan acara sebaik mungkin. Apalagi ini angkatan paling emas. 

Doa angkatan ini tidak terkabulkan karena Ujian Nasional tetap dilaksanakan. Padahal mereka berharap ada suatu kejadian, oh atau tiba-tiba ada pandemi yang membuat sekolah libur dua tahun? Pasti sangat menyenangkan. Hahahaha, tidak, mereka tak mau acara perpisahan mereka berantakan karena doa jelek itu. Astagfirullah. 

Meskipun Ujian Nasional dan perpisahan untuk masuk kuliah hanya bisa dihitung beberapa bulan lagi. Tugas praktikum sebagai penilaian akhir sangatlah membebani mereka bahkan ada yang berniat protes karena mereka berharap para guru lebih memfokuskan pada belajar untuk SBMPTN, habisnya banyak yang tidak berharap pada SNMPTN. Namun, tak ada yang berani melayangkan protes tersebut jadi mereka hanya bisa menjalankan praktikum penilaian akhir dengan hati terpaksa ikhlas. 

“Woylah!! Kenapa penilaiannya akhir PKN harus hafalan undang-undang sih? Kek guna aja untuk nanti!”

“Mending mah hafalan, lah bahasa Inggris disuruh buat video percakapan bahasa Inggris! Sedangkan SBK, buat drama, Ya Allah!!”

“Jangan lupakan biologi dan fisika.”

Sejak diberikan tugas-tugas untuk penilaian akhir itu, anak kelas Rama selalu saja kesal dan marah-marah dengan artian sambat sana-sini. Yah walaupun begitu setiap jam kosong mereka bukannya belajar, malah nonton film horor dan pembunuhan. Kalau begini salah siapa??

“Lo hari ini ke rumah sakit, tugas sejarah gimana? Kita kerjakan barengan kan?” tanya Aaron sembari memakannya camilannya sedangkan di layar depan, adegan mengerikan saling bacok karena mereka sedang menontonnya film dengan judul Fear Street Part 1. 

“Kita ke rumah sakit juga, kerjakan di sana,” sahut Devian.

“Boleh tuh, Arsya sama Bella ajak aja jadi bisa contek mereka, kan gurunya sama jadi paling tugasnya sama juga.” Aaron tersenyum kecil.

“Iya kerjakan di rumah sakit saja.” Rama berujar.

“Dah baikkan emang sama dia?” timpal Devian. 

“Sudah ya!! Arsya mah gak bisa marah lama ke gue!” Aaron berujar cepat, “semoga sih.”

“Makanya, jangan bego lagi, bisa-bisanya berantem sama anak sebelah. Kan kena marah Arsya jadinya!” Devian teringat kejadian beberapa hari lalu ketika Aaron membuat anak kelas IPS babak belur. 

“Dia deluan yang mikir gila ke Arsya! Otak mesum!” sahut Aaron. 

“Harusnya kamu cari cara biar dia diasingkan atau kita bunuh diam-diam.” Rama jadi ikutan kesal karena orang yang mereka bicarakan pernah juga menggoda Shinta. 

“Gue dah ngerencanain itu sih.”

Jaef tiba-tiba masuk ke kelas kemudian berteriak. “WOY ADA TUGAS FISIKA HABIS ZUHUR KUMPUL!” 

“AIHHHHH FILMYA BELUM SELESAI!”

****

Di dunia berbeda— maksudnya di angkatan berbeda yaitu di kelas sebelas. Anak-anak itu terlihat sedang menikmati kehidupan sekolah yang sedang seru-serunya karena di kelas ini, kenakalan setiap murid sudah mulai terlihat, mereka juga terbiasa dengan lingkungan sekolah serta terpengaruh dengan kenakalan kakak kelas mereka. Seperti beberapa hari lalu, anak kelas hang berulang tahun dikerjai dengan tepung dan telur, alhasil satu kelas masuk BK serta mereka yang tidak mengumpulkan tugas mendapatkan hukuman membersihkannya laboratorium biologi. 

INEFFABLEWhere stories live. Discover now