21 - Perkenalan Lagi ?

296 72 15
                                    

Dear me,
one day, I will make you proud

****

Minggu ini Shinta sudah menyusun apa saja yang akan ia lakukan salah satunya adalah menggambar. Setiap harinya ia selalu menyempatkan untuk menggambar agar keahliannya itu selalu terasah, entah di buku gambar, melukis di kanvas, atau menggambar digital di pen tablet yang diberikan oleh Farrel.

Objek gambar Shinta ada banyak, pemandangan, sudut kota, bangunan bersejarah, imajinasinya sendiri serta ia paling sering menggambar idol, aktor, aktris, penyanyi terkenal, ia juga pernah menggambar karakter anime, Tonari no Totoro.

Shinta selalu senang dengan setiap progres menggambarnya dari tahun ke tahun. Namun, tidak bisa ia mungkiri jika ia pun bisa merasa insecure, bahkan sering sekali. 

Setiap menatap telapak tangannya yang kecil itu. Ia selalu bertanya-tanya. "Apakah tangan sekecil ini bisa menghasilkan hal bermanfaat atau apa pun itu?"

Hingga suatu hari ia bertemu dengan seseorang yang mengatakan; Percaya gak kalau setiap manusia terlahir dengan warnanya masing-masing? Setiap manusia punya bakatnya, karena Tuhan selalu adil pada setiap manusia. 

Shinta menggeleng kepalanya. Bisa-bisanya, ia melamun padahal sedang mengeringkan rambutnya setelah mandi. 

"Shinta ...." ujar Nadia. 

"Kenapa Bu?"

"Kan kakak sama ayah kamu lagi keluar rumah. Kamu temani Ibu ke acara makan-makan sama teman-teman Ibu, yah?"

"Gak deh Bu, aku di rumah aja mau nonton film."

"Gak! Kamu bisa lupa makan kalau asyik nonton, apalagi kalau males, ibu pulang baru nagih makan sambil ngerek."

Ibu, jangan bongkar semua aib itu!! "Aku bakal makan kok Bu, janji, lagian acara gitu, aku pasti bosan."

Nadia berpikir kembali, ia baru ingat, jika salah satu temannya memiliki anak, kalau tidak salah hampir seumuran Shinta. "Gimana kalau kamu jalan sama anaknya teman Ibu, cowok gak salah, dari pada kamu di rumah aja."

Shinta melongo. "Gak!! Bahkan seratus tahun ke depan."

"Jangan ngomong gitu. Lagian kamu tuh kerjaan di kamarrr mulu, jarang Ibu lihat kamu keluar rumah."

Lah ke sekolah sampai sore bukan termasuk keluar rumah?

"Tapi aku gak mau jalan sama anak teman Ibu. Kenal aja enggak atau aku jalannya sendirian aja, gak papa kok Bu."

"Naik apa kamu?" Alis Nadia mengernyit.

"Ngesot aja aku Bu."

"Shinta! Pokoknya kamu harus pergi jalan sama anak temen Ibu kalau gak mau, ikut acara Ibu aja sudah!" Nadia menutup pintu kamar Shinta, sedetik kemudian dibukanya lagi. "Jangan lupa pakai baju bagus."

"Astaga, iyaaaa." Shinta cemberut menatap pantulannya dirinya di cermin. "Ya Allah."

****

Berada diperjalanan, Shinta merasa sangat bete. Bagaimana bisa Nadia dengan mudahnya berkata jika Shinta harus berkenalan dengan anak temannya dan pergi jalan? 

Bisa sajakan. Kalau anak teman Nadia itu, resek, galak, preman sekolah, suka tawuran, mukanya sangar, suka ngebut di jalan. Astagfirullah, jangan mengatakan hal yang tidak baik, nanti semesta kabulkan. 

"Sudah sampai Shinta, jangan tidur mulu," ujar Nadia. 

Shinta melepaskan earphone-nya. Rasanya seperti sebentar saja diperjalanan atau karena Shinta tertidur?

INEFFABLEWhere stories live. Discover now