67 - Janji yang Tergenggam Erat

278 47 1
                                    


"Ada yang tanya tentang love language? Terus gue jawab, selagi sama dia,
apa pun love language-nya gue bakal tetap suka!"

****

Hari ini sudah memasuki kelas baru dengan artian Rama berada di kelas tiga sedangkan Shinta berada di kelas dua SMA, tidak terasa sama sekali, padahal Shinta baru berpikir jika kemarin ia terlambat dan bertemu lelaki dengan payung biru di gerbang sekolah. Menjadi awal dari segalnya hingga kini ia menjadi kekasih dari lelaki itu.

Ada cerita yang ingin Shinta bagi. Selama liburan kenaikan kelas kemarin, banyak hal terjadi meskipun libur, Rama tetap mengunjungi Shinta dan mengajaknya jalan. Mereka juga sering janjian untuk joging bersama di pagi hari, Shinta suka kesal ketika Rama mengerjainya begitu juga dengan Rama yang ketakutan saat Shinta mengerjai balik dengan mengerjarnya sembari membawa kucing kecil di taman kompelks setelah lelah mereka akan pergi makan bubur yang terkenal enak di sana.

Rama juga sering mengajak Shinta ke rumahnya untuk menjadi teman Aruna yang suntuk akibat banyaknya pekerjaan di kampus serta kerjaannya sebagai penulis. Shinta bisa melihat langsung proses Aruna merekam podcast serta bagaimana cakapnya calon ibu mertuanya itu ketika berbicara.

"Shinta mau coba?" tanya Aruna pada Shinta yang langsung menggeleng.

"Enggak Bunda, aku gak pandai, nanti salah-salah atau suaraku malah jelek." Bisa bayangkan jika ia membuat podcast yang orang-orang inginya ketenangan sembari mendengarkan poscast, ini malah nambah pikiran sama sakit telinga.

"Bohong ya kamuuu, Bunda sering loh lihat video kamu dance terus ada juga yang nyanyi, bagis gitu suaramu, janganlah pesimis." Sungguh Shinta sangat terkejut mendengar tuturan Aruna itu! Bagaimana bisa, apa Aruna suka melihat YouTube Dance SMA Nusaraga? Namun, video di sana, kebanyakan latihan atau lomba, tidak ada video khusus yang merekam Shinta sedang bernyanyi atau jangan-jangan Rama ....

"Rama suka kasih lihat video kamu latihan ke Bunda, terus cerita deh dia panjang lebar tentang kamu. Dimulai dari kamu katanya cantik banget, suara kamu bagus, sampai dia bilang cemburu kalau ada cowok lain yang nontonin kamu latihan juga," jelas Aruna yang paham akan maksud ekspresi kebingungan Shinta.

Semua perkataan Aruna itu, sukses membuat wajah Shinta memerah padam. Tidak ia sangka jika Rama akan menceritakan semua itu pada Aruna, berbeda dengan Shinta yang masiha agak malu-malu bercerita pada Nadia. Bukan malu karena pacaran dengan Rama, tetapi karena Shinta tidak terbiasa bercerita dengan siapa pun termasuk orang tuanya. Ia lebih suka memendam semua yang ia rasakan maupun permasalahannya. Kini ia tahu perbedaan antara cara mendidik Aruna yang sukses membuat anaknya begitu terbuka padanya.

"Maaf ya Bunda, kalau ada sifat jelekku ke Rama," ujar Shinta mengantisipasi, bisa berabe jika Rama tak sengaja bercerita jika Shinta sangatlah galak dan bawel. Bisa-bisa ia akan di-blacklist dari calin menantu.

Aruna terkekeh mendengar hal itu sembari menggeleng pelan. "Enggak kok." Aruna berbohong, sebenarnya banyak sekali yang Rama ceritakan dimulai bagaimana galak dan bawelnya gadis itu, sering sekali juga Shinta marah karena Rama menuangkan banyak sambel ke makanannya, hal ini karena Shinta tahu kalau Rama punya mag. Gadis itu juga antisipasi sekali ketika terdengar suara memekakkan telinga di sekitar Rama. Ia langsung berusaha menenangkan Rama padahal cowok itu masih merasa baik-baik saja.

"Shinta Bunda mau ngomong," ujar Aruna serius, "Bunda tahu kamu itu tipe yang sulit curhat ke orang lain dan lebih suka mendam, tapi kalau kamu memang butuh teman cerita. Kamu boleh cerita ke Bunda, segalanyaaa, terutama masalah antara kamu sama Rama. Misal ada Rama buat kamu sakit atau ada masalah lainnya. Semoga aja sih nggak, tapi kalau kamu memang butuh teman cerita, ke Bunda aja, Bunda janji gak akan mihak sebelum dengar cerita sebenarnya."

INEFFABLEWhere stories live. Discover now