Gavin untuk Givea (Tahap revi...

By Loudstarr

251K 16.4K 2.4K

"Pilihan lo cuman dua pergi atau mundur?" "Sampai kapanpun pilihan aku cuman satu kak, tetep mencintai kamu s... More

Part 1 : Bekal (Sudah revisi)
Part 2 : Tak menyerah (Sudah revisi)
Part 3 : Nebeng (Sudah revisi)
Part 4 : Keluarga kepo (Sudah revisi)
Part 5 : Rizal Chandra Mahardika (Sudah revisi)
Part 6 : Merasa bersalah (Sudah revisi)
Part 7 : Sorry (Sudah revisi)
Part 8 : Chatting (Sudah revisi)
Part 9 : Sebuah pilihan (Sudah revisi)
Part 10 : Salahkah mencintai? (Sudah revisi)
Part 11 : Gosip netizen (Sudah revisi)
Part 12 : Givea marah? (Sudah revisi)
Part 13 : Berhenti? (Sudah revisi)
Part 14 : Rasa sakit (Sudah revisi)
Part 15 : Serpihan masalalu (Sudah revisi)
Part 16 : Tentang rasa (Sudah revisi)
Part 17 : Siska Audreylia (Sudah revisi)
Part 18 : Cemburu (Sudah revisi)
Part 19 : Pasar malam (Sudah revisi)
Part 20 : Titik terendah (Sudah revisi)
Part 21 : Ada apa dengan hati? (Sudah revisi)
Part 22 : Jatuh (Sudah revisi)
Part 23 : Menjauh (Sudah revisi)
Part 24 : Jangan pergi! (Sudah revisi)
Part 25 : Kehadiran Lina (Sudah revisi)
Part 26 : Tawaran
Part 27 : Gombalan Givea
Part 28 : Sebuah keputusan
Part 29 : Rumah sakit
Part 30 : Rumah sakit (2)
Cast🖤
Part 31 : Mulai membaik
Part 32 : Kejadian di kantin
Part 33 : Ungkapan Rizal
Part 34 : Gavin pergi jauh
Part 35 : Pelukan
Part 37 : Gagal move on
Part 38 : Kebohongan
Part 39 : Gavin emosi
Part 40 : Menghilang
Part 41 : Disekap?
Part 42 : Kembali bertemu
Part 43 : Ancaman
Part 44 : Kobaran dendam
Part 45 : Pamit
Part 46 : Ujian sekolah
Part 47 : Rahasia Dinda
Part 48 : Teror
Part 49 : Teror kedua
Pengumuman

Part 36 : Siska berulah lagi

2.4K 161 18
By Loudstarr

Happy Reading😊

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

"Lo mau nggak, jadi pacar gue?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut kakak kelas Givea yang bernama Renaldi atau cowok yang kerap disapa sebagai Renal. Dia adalah kapten futsal SMA Karya Bakti, cowok itu sudah beberapa kali ikut lomba tingkat nasional dan selalu berhasil membawa pulang piala.

Renal datang ke lapangan menghampiri Givea seusai jam pelajaran olahraga selesai tadi, bahkan Givea sekarang ini masih menggunakan seragam olahraganya dan belum sempat untuk ganti.

Givea menunduk memandangi wajah tampan Renal, yah Givea akui kakak kelasnya itu memang mempunyai wajah sangat tampan, namun masih tetap Gavin yang ketampanannya nomor satu.

Renal tengah berjongkok sembari memegang bucket bunga di tangannya, cowok itu mendongak menatap Givea penuh harap, mereka sekarang berada di tengah-tengah lapangan di bawah teriknya sinar matahari yang menyengat.

Kini mereka berdua sudah menjadi pusat perhatian seluruh isi sekolah, banyak siswa siswi di pinggiran lapangan yang menonton dirinya bagai pasukan suporter.

"Giv" panggil Renal membuat Givea tersentak dari lamunannya.

'Terima terima terima'

'Udahlah Giv terima aja'

'Wah bakalan ada pasangan baru nih'

Celetukan-celetukan dari teman-temannya di sekolah pun mulai terdengar membuat Givea risih, sedangkan di pojok kiri lapangan sana kedua sahabatnya menatap Givea dengan khawatir.

"Kira-kira Givea mau nerima nggak ya?" tanya Farah.

"Palingan enggak" tebak Dinda menanggapi ucapan Farah barusan.

"Lo mau nggak? pegel nih kaki gue" Renal mengeluh memegangi kakinya yang pegal karena terus berjongkok membuat Givea jadi tidak tega.

Entahlah Givea benar-benar bingung sekarang, jujur saja Givea tak menyangka dengan ungkapan kakak kelasnya yang tiba-tiba, pasalnya mereka berdua tak pernah saling kenal bahkan saling menyapa, masa iya tiba-tiba Renal menyukainya?

"L-lo serius suka sama gue?" Renal mengangguk mantap.

"Sejak kapan?"

"Awal lo masuk sekolah" balas Renal membuat Givea membulatkan matanya.

"Seriusan? lama banget"

"Gue cuman jadi pengagum rahasia lo selama ini karena gue nggak berani buat nyatain perasaan gue ke lo" jelas Renal membuat Givea mengerti.

Givea menggigiti ujung kukunya, ingin rasanya Givea menghilang saja dari tengah-tengah lapangan saat ini juga.

"Sorry ya kak sebelumnya, tapi gue nggak bisa" cicit Givea menolak dengan lirih.

Sorakan demi sorakan mulai terdengar di telinga Givea, ada yang menyoraki dengan ungkapan benci, kecewa, mencibir tak suka, sinis, sewot dan bahkan ada juga yang terang-terangan mengatakan Givea sok belagu, sok cantik dan apalah itu intinya semua ada. Givea memejamkan matanya, ia terima semuanya dengan lapang dada.

Berbeda dengan Renal, raut wajah Renal yang semula ceria kini mendadak berubah keruh. Renal tersenyum paksa ke arah Givea, cowok itu tetap bersikap strong walaupun hatinya remuk.

"Sorry ya kak" ucap Givea sekali lagi meminta maaf.

Renal mengangguk "Gapapa Giv gue udah terima apapun jawabannya" ujarnya.

Renal bangkit dari jongkoknya "Nih bunganya buat lo aja" Renal mulai menyerahkan bucket bunga yang niatnya ingin dijadikan pemanis tadi kepada Givea.

Givea memandang bunga yang Tebal sodorkan dengan bingung "I-ini--"

"Kan tadinya juga buat lo, masa iya gue kasih ke orang lain" potong Renal sembari terkekeh pelan. Givea memandang wajah Renal penuh arti, ia tau kakak kelasnya itu hanya bersikap sok tegar padahal hatinya ambyar.

"Makasih" balasnya membuat Renal mengangguk.

"Gue ke kelas duluan Giv" pamit Renal tersenyum paksa, lalu cowok itu melenggang pergi begitu saja.

Givea memandang kepergian Renal dengan perasaan bersalah. Jujur saja ia merasa tak enak hati telah menolak Renal, namun apa daya daripada dirinya memainkan perasaan cowok, lebih baik berkata jujur bukan? walau ia tau hal itu memang menyakitkan tapi sakitnya hanya sepihak.

Berbeda saat kita berpura-pura suka padahal aslinya enggak, percayalah itu akan terasa jauh lebih sakit.

"Cieee yang habis ditembak cogan kapten futsal" goda Farah menghampiri Givea.

"Kenapa nggak lo terima aja Giv?" Dinda bertanya dengan kening bergelombang.

Givea menatap kedua sahabatnya dan mendengus "Lo pikir gue fakgirl yang suka mainin perasaan cowok gitu?" Farah dan Dinda terkekeh mendengarnya.

"Iya juga sih mending lo tolak aja" usul Farah.

"Kan udah maimunah" balas Givea menatap Farah dengan gemas bercampur kesal. Farah hanya cengengesan sendiri.

*****

"Gue denger-denger tadi ada yang nembak lo di lapangan?" Rizal bertanya membuka suara.

Rizal dan Givea kini sedang berada di rooftop sekolah, sudah kurang lebih seperempat jam lamanya mereka berada di atas sana menikmati indahnya pemandangan sembari memakan lezatnya siomay yang mereka beli dari kantin tadi.

"Emang" balas Givea singkat, cewek itu masih bergeming dengan siomay-nya.

"Terus lo terima?"

"Enggak lah gila apa, orang gue aja nggak suka sama dia lagian sebagai cewek yang baik gue gamau mainin perasaan cowok" jelas Givea dengan sedikit sombong.

Rizal memutar bola matanya malas "Hmm serah tuan putri deh" pasrahnya.

Semenjak saat dimana Rizal menyatakan perasaannya pada Givea beberapa hari yang lalu tidak membuat hubungan pertemanan mereka merenggang, justru kini mereka berdua malah terlihat semakin dekat. Entah Rizal sudah berhasil move-on dari Givea apa belum, kita tunggu saja nanti.

"Gue mau ke bawah, lo mau ikut nggak?" tanya Givea, cewek itu berjalan mendahului untuk membuang bungkus siomay-nya di tempat sampah.

"Yaudah ayok, kayaknya bentar lagi juga bel masuk"

Givea mengangguk mengiyakan dan mereka berdua pun turun dari rooftop untuk menuju ke kelasnya.

"Giv, lo harus lihat itu" Farah berlari menghampiri Givea yang sedang berjalan beriringan dengan Rizal, dengan nafas tersengal-sengal.

"Kenapa Far?" tanya Givea menatap sahabatnya heran.

"Dinda berantem sama Siska di depan kelas karena belain lo!" ucap Farah memberitahu sedangkan Givea membelalakkan matanya.

"APA?"

Sontak Givea langsung berlari kencang dengan perasaan yang campur aduk, diikuti dengan Farah dan Rizal di belakangnya.

"LO LEBIH MURAHAN DARI GIVEA, SISKA!" teriak Dinda murka, gadis itu menjambak rambut Siska kuat sedangkan Siska meringis kesakitan memegangi rambutnya.

Namun tak sampai di situ saja saat ke dua dayang-dayang Siska mulai ikut campur dan mendorong keras tubuh Dinda ke belakang hingga Dinda hampir saja terjatuh kalo tidak dengan sigap Deni menangkap tubuhnya.

"Lo gapapa?" tanya Deni membantu Dinda berdiri dengan raut wajah khawatir.

Dinda langsung menepis kasar tangan Deni "Gausah peduliin gue!" sentaknya berhasil membuat Deni terdiam.

Hal itu tak luput dari pandangan teman-temannya yang menatap keduanya dengan heran. Tidak biasanya seorang Dinda akan bersikap kasar seperti ini. Kemana Dinda yang konyol dan lola?

"Apa-apaan ini?" Givea yang baru saja datang pun menatap ketiga orang itu dengan murka. Yah tiga orang, Siska, Mala dan Citra.

"Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga" Siska berjalan memutari tubuh Givea dengan angkuh. Membuat siapa saja akan muak ketika melihat tingkahnya, terlebih Givea.

Givea mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga kubuk jarinya memutih, jujur Givea sudah tidak dapat lagi menahan amarahnya ketika melihat kondisi penampilan Dinda yang acak-acakan, bagaimana tidak? rambut Dinda yang semula dikucir kuda kini sudah tergerai bebas dan merambat kemana-mana bagai gembel, setelan baju Dinda juga sudah keluar semua. Givea yakin ini pasti ulah Siska dkk.

"Mau lo apasih sebenernya?" tanya Givea sembari memejamkan matanya untuk mengontrol iblis dalam tubuhnya yang memberontak ingin keluar.

"Lo bener-bener harus di kasih pelajaran ya nenek lampir" Farah sudah siap ingin menerkam ketiga makhluk turunan setan itu kalo saja Romli tak menghentikan aksinya.

"Jangan ikut campur" bisik Romli membuat Farah kesal.

"Mau gue" Siska menunjuk dirinya sendiri "Lo nyerah buat ngejar Gavin sekarang juga!" titah Siska disertai senyuman miring.

"Gausah mimpi lo!" Dengan santainya Givea menjawab.

Siska mengertakkan giginya "Lo mau main-main sama gue?" tanyanya emosi.

Givea berdecih, lalu Givea menarik lengan Siska dengan kuat "Saingan ya saingan tapi gausah pake kekerasan, ck malu deh sama bedak" bisik Givea tepat di telinga Siska dengan nada mengejek.

Siska mengepalkan kedua tangannya "BERANI-BERANINYA LO--"

"Iya gue berani kenapa?" Givea memotong ucapan Siska dengan santainya.

Siska terkekeh sinis, cewek itu menjambak kuat rambut Givea, hingga kepala Givea terjungkang ke belakang "Udah gue peringatan lo beberapa kali harusnya lo sadar ya Givea, Gavin itu udah milik gue jadi lo gausah ngimpi buat dapetin Gavin dari gue!" bisiknya penuh ancaman.

Givea tak meringis saat rambutnya terasa pedih, justru ia malah semakin mendongakkan kepalanya menatap Siska dengan kebencian "Sayangnya nggak semudah itu buat gue mundur Siska, Gavin terlalu nggak pantes buat lo!"

"Kalo aja orang lain yang bersama Gavin mungkin gue ikhlas, tapi kalo lo? sorry gue nggak akan pernah pantang menyerah!" lanjut Givea tegas pada prinsipnya.

Ucapan dari Givea barusan mampu membuat emosi Siska kian terpancing. Siska lantas melepaskan jambakan di rambut Givea dengan hempasan kencang, tubuh Givea hampir oleng karena tak siap, namun dengan cepat Rizal menahan tubuh Givea agar tetap tertopang.

"Oke kita liat aja nanti, lo atau gue yang bakal menang?" ujar Siska dengan sombongnya. Siska pun berlalu pergi dengan sengaja menubruk pundak kiri Givea hingga tubuh Givea sedikit terdorong.

Givea memejamkan matanya rapat-rapat untuk meredam emosinya. Berhadapan dengan makhluk astral memang cukup menguras tenaganya.

"Din, lo gapapa kan?" tanya Givea ketika sudah membuka mata, Givea menghampiri Dinda yang masih berdiri di pojokan tembok.

Dinda tersenyum tipis lalu mengangguk "Gue gapapa Giv"

Givea meraup wajahnya gusar "Lain kali lo gausah belain gue sampe segitunya Din, kalo lo sampe kenapa-napa gue nggak akan maafin diri gue sendiri!" ujarnya menatap Dinda dengan wajah sangat khawatir.

Dinda memegang kedua pundak Givea dan menatap Givea dalam "Seenggaknya gue pengen berjasa buat kalian, maafin gue ya kalo selama ini udah banyak jadi beban buat kalian" ucap Dinda terdengar sendu.

"Lo ngomong apasih Din" sentak Farah menatap Dinda dengan raut tak suka.

Dinda hanya tersenyum penuh arti.

"Ngomong-ngomong kalo Siska berulah lagi bilang sama gue ya Giv, gue bakal jadi pakar paling hebat buat berantem" ujar Dinda mengalihkan pembicaraan.

"Kayak jago aja lo, badan lembek gitu" ledek Farah.

"Gini-gini nyali gue gede kali" balas Dinda tak terima sedangkan Farah mendengus.

"Anjir tapi sumpah gue gedeg banget sama tuh cewek, gila aja ya si Gavin kok bisa gitu punya pacar yang sikapnya mirip nenek lampir" gerutu Romli dengan kesal, cowok itu sedari tadi mondar-mandir tidak jelas.

"Bacot" tanggap Deni dingin.

Romli mencebikkan bibirnya kesal "Ayo my pacar kita pergi aja, disini aku selalu ternistakan" adunya mendramatis pada Farah.

Semua yang ada disana pun tertawa melihat tingkah Romli, kecuali Deni yang terlihat asik melamun, entah apa yang sedang cowok itu pikirkan saat ini.

*****

"Lo sama Deni kenapa? lagi ada masalah ya?" pertanyaan itu lolos dari mulut Givea.

Aktivitas Dinda yang sedang membaca buku pun terhenti, cewek itu menatap Givea penuh arti. Perlu kalian ketahui bahwa keduanya kini sedang berada di perpustakaan, ralat maksudnya ketiga soalnya ditambah Farah yang kini sedang asik berbincang dengan penjaga perpus.

"Sorry kalo pertanyaan gue barusan menggugat privasi lo Din, gue ga bermaksud apa-apa gue cuman mau ngilangin rasa penasaran gue aja, setiap kali gue ngelihat lo sama Deni diem-dieman" lanjut Givea memperjelas.

Dinda tersenyum samar "Gapapa Giv wajar kalo lo penasaran, dan gue lagi nggak ada masalah apa-apa kok sama Deni, ya kita emang dasarnya gini" ujar Dinda berbohong. Maafin gue Giv belum saatnya lo tau.

Givea mengangguk mengerti, ia mencoba untuk mempercayai Dinda walaupun hatinya berkata lain "Oh syukur deh kalo nggak ada masalah, gue cuman khawatir aja sama lo, gue liat-liat soalnya akhir-akhir ini lo sering ngelamun" ucapnya heran.

Dinda terkekeh pelan "Biasa kali Giv, gue emang tukang ngelamun dari dulu" balasnya. Dinda memang sangat pintar dalam menyembunyikan lukanya.

Givea tersenyum tipis, ia sengaja tidak membahas hal yang kemarin saat dirinya bertemu Dinda di cafe, ia tidak akan mengorek privasi Dinda lebih dalam lagi, walaupun rasa penasarannya sebenarnya masih menggerogotinya.

"Kapan lo ngelamun? biasanya malah Givea tuh yang sering ngelamun" Farah tiba-tiba datang dan menyahuti obrolan mereka.

Dinda menggeser sedikit posisi tubuhnya, memberi sisa tempat duduk untuk Farah. Seakan tau maksud Dinda Farah pun langsung duduk di samping cewek itu.

"Lah kok jadi gue sih?" Givea memprotes tak terima sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Hehe canda kali Giv, baperan amat sih lo" hardik Farah memukul gemas kepala Givea yang berada di depannya menggunakan buku cetaknya.

"Semenjak ga ada yang baperin, gue jadi baperan sendiri nih, gimana dong?" tanya Givea mendrama.

Farah memutar bola matanya jengah "Panggilin pawangnya Din, suruh kesini dulu Givea-nya lagi rewel" Dinda pun terbahak.

"Bentar-bentar Far, gue otw dulu" Dinda pura-pura bangkit, ikut gencar menggoda Givea.

Berbeda dengan Givea yang kini mendelik tajam "Anjir lo kira gue ini bayi, hah?" umpat Givea kesal, ia benar-benar merasa tak terima ketika Farah mengatainya dengan kata-kata 'rewel' tadi.

"Gapapa Giv kan lucu jadinya big baby, lo jadi bayi besarnya Gavin gitu biar kayak di novel-novel" ujar Farah tertawa.

"DASAR KORBAN FIKSI!"

Farah sontak menutup kedua telinganya saat kedua sahabatnya dengan spontan meneriaki dirinya dengan kompak.

"Gapapa yang penting nggak korban perasaan, karena lama nggak dikasih kepastian" balas Farah santai sedangkan Givea dan Dinda sama-sama terdiam.

Karena hening tak kunjung ada  sahutan dari mereka, Farah mengernyit bingung dan memikirkan ulang perkataannya, ia baru menyadari bahwa ada keanehan dalam ucapannya sendiri barusan.

"Guys gue nggak bermaksud buat nyindir kalian loh, sumpah gue refleks tadi" Farah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal "Kalian marah ya sama gue ya?" lanjutnya bertanya sembari menatap satu persatu sahabatnya.

"NGGAK!!" jawab mereka kompak, dan lagi-lagi Farah dibuat meringis.

*****

Bel sekolah sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu, dan Givea kini sedang duduk bersantai di halte bus sambil menunggu ojol yang sudah ia pesan tadi. Nasib sial, hari ini mobilnya kembali dibawa oleh Gilang makanya dengan terpaksa ia harus menaiki ojol lagi.

"Mau pulang bareng?" tiba-tiba Vando datang menghampirinya dan menawarkan tumpangan.

Givea hanya melirik sekilas cowok itu lewat ekor matanya, Givea menatap lurus ke depan dan diam atau lebih tepatnya pura-pura tak mendengar.

"Gue tau lo denger gue ngomong barusan Giv!"

Lagi-lagi tak ada sahutan membuat Vando berdecak kesal. Tanpa aba-aba Vando langsung menarik tangan Givea menuju ke parkiran.

"Lo apa-apaan sih, gausah pegang-pegang tangan gue!" Givea menepis kasar tangan Vando dari lengannya.

Vando menghela nafas berat.

"Lo masih marah sama gue?" tanya Vando menatap Givea memelas.

"Harusnya lo tanya sama diri lo sendiri" sarkas Givea tajam.

Vando memejamkan matanya rapat-rapat "Maafin gue ..." lirihnya, suara cowok itu terdengar berat.

Hening.

Tak sabar menunggu respon Givea yang sangat lama, akhirnya Vando membuka matanya kembali dan ternyata Givea sudah tak ada di depannya. Sial, kemana perginya cewek itu?

Vando mengedarkan pandangannya dan ia bernafas lega saat melihat Givea berdiri tak jauh dengannya, sedang berbincang dengan tukang parkir sekolahnya.

Vando langsung beranjak menghampiri cewek itu dan menyeret tangan Givea dengan kesal. Bisa-bisanya Givea mengabaikannya dan memilih untuk berduaan dengan tukang parkir.

"Duluan Pak Seto" pamit Givea melambai ke arah belakang, sedangkan tukang parkir yang bernama Pak Seto itu hanya membalas mengangguk ke arah Givea.

"Heran banget gue, lo tuh emang seneng banget gitu ya, gangguin ketenangan orang lain" gerutu Givea sebal.

Vando melepaskan cekalannya ketika mereka sudah sampai di depan motor besarnya "Nih pake" cowok itu menyodorkan helm ke Givea.

"Nggak!" tolak Givea tegas.

"Pake Giv!"

"Nggak mau Alvando!"

"Ck keras kepala" Vando berbalik dan memakaikan helmnya di kepala Givea tanpa diminta.

Dengan telaten cowok itu mengaitkan kancing helmnya, bahkan wajah mereka kini sangatlah dekat hanya tersisa jarak beberapa jengkal saja, sontak Givea langsung memejamkan matanya dan menahan nafas.

"Mau terus disitu sampai pagi?"

Tak sadar karena kelamaan merem Givea pun sudah ditinggal oleh Vando menaiki motornya. Givea berdecak beberapa kali menahan emosi.

"Tapi gue udah pesen ojol Van" Givea berdiri di samping Vando sembari merengut memegangi ponselnya, cewek itu masih enggan untuk naik.

"Gitu aja ribet, sini biar gue batalin" Vando langsung merampas ponsel Givea.

Tak selang beberapa lama setelah mengotak-atik ponsel Givea, Vando pun mengembalikannya kepada sang pemilik.

"Udah gue batalin, mending sekarang lo naik, dan jangan lupa simpen nomer gue" Givea melongo mendengar kalimat terakhir yang Vando lontarkan barusan.

"Buat apa gue nyimpen nomer lo?"

"Lo satu grup band sama gue kalo lo lupa, dan kapanpun saat ada jadwal latihan, gue kabarin lo!"

Givea mendengus, bisa-bisanya Vando menjadikan alasan grupnya untuk modus dengannya.

"Pegangan" suruh Vando saat Givea sudah membonceng di belakang. Givea hanya mengiyakan tanpa menuruti perintah Vando.

Tiba-tiba Vando mengegas motornya lumayan kencang membuat Givea hampir saja terjungkal ke belakang kalo tidak memegang jaket cowok itu "Sialan lo Van, lo mau bikin gue mati mendadak hah?" sentak Givea kesal.

Vando terkekeh geli mendengar Givea memaki-maki dirinya "Kan gue udah nyuruh lo buat pegangan tadi, lo nya aja yang ngeyel"

"Iya-iya gue pegangan"

Jangan berpikir kalo Givea akan melingkarkan tangannya di pinggang Vando, karena Givea hanya akan berpegangan pada jaket Vando saja.

Vando geleng-geleng melihat Givea yang cemberut di belakang. Tanpa Givea sadari di sepanjang perjalanan Vando terus mengamati Givea dari kaca spion motornya.

"Dimana rumah lo?" tanya Vando ketika mereka sudah menempuh perjalanan kurang lebih lima belas menit.

Ah iya Vando belum tau rumahnya ya?

"Pertigaan depan belok kanan" jawab Givea membuat Vando mengangguk mengerti.

Tak selang beberapa menit akhirnya mereka sampai di kompleks perumahan Givea dan Givea turun dari motor Vando. Sedangkan Vando masih melepas helm full face-nya dan tak lupa merapikan rambutnya yang acak-acakan di kaca spion.

"Thanks udah nganterin gue, nih helm lo" Givea mengembalikan helm cowok itu.

Vando menerima uluran helmnya lalu pandangan matanya beralih pada sebuah rumah besar yang berada di bagian kanan jalan "Rumah lo yang itu" tunjuk Vando pada rumah bercat putih.

Givea mengangguk "Mau mampir?" tawarnya.

"Enggak deh" tolak Vando "Lain kali aja gue main ke rumah lo" cowok itu menaik turunkan alisnya menggoda.

Givea hanya merotasikan bola matanya "Yayaya serah lo"

"Gue mau pulang, cepetan lo masuk ke rumah, ntar kelamaan di luar malah digondol kuyang lagi" ledek Vando membuat Givea memukul bahu cowok itu keras.

"Lo nya ntar di jalan di gondol setan!"

"Mana ada setan mau sama gue, kan gue ganteng" balas Vando dengan pd-nya.

"Cihh kepedean"

Vando terkekeh pelan, cowok itu menyalakan mesin motornya dan kembali memakai helm full face-nya "Gue pulang" pamit Vando masih memandang Givea dibalik helmnya.

Givea hanya menganggukkan kepalanya "Hati-hati" pesannya yang masih dapat di dengar oleh Vando.

Vando tersenyum tipis lalu melajukan motornya lumayan kencang meninggalkan Givea, sedangkan Givea berdiri di tepian jalan sembari memandang punggung Vando penuh arti, perlahan tubuh cowok itu mulai menghilang di balik tikungan.

****
Ekhem gedeg nggak kira-kira sama Siska?

Oh iya maaf nih sebelumnya kalo akhir-akhir ini Gavin nggak sering muncul soalnya dia lagi ada di rumah sakit. Ntar kalo udah sembuh baru deh muncul tiap part wkwk😉

Mau ngasih pesen apa sama Givea?

Lagi nggak mood ngebacot intinya segitu dulu byeee☺️

Jangan lupa Voment 💛

#Rahayu

Continue Reading

You'll Also Like

432K 30.5K 56
[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sequel: DESTINY Judul pertama(DANIEL) Diganti jadi (KANAYA) Rank: #-1 Acak [01-05-2021] #-1 Smk [03-05-2021] ***...
41.1K 1.6K 23
Abela Clarisa putri, gadis culun dengan sifat pendiam, yang terpaksa menikah dengan seorang pria populer di sekolah nya demi membayar biaya rumah sak...
KAYVAN By dhnyrhma

Teen Fiction

509K 46.1K 52
Bukan rahasia lagi-Seorang Kayvan yang kemana-mana harus bersama dengan dua sahabatnya itu sangat menjengkelkan, dia manja, cerewet, keras kepala, da...
25.7K 1.5K 28
Penulis: Ye Ziyu Jenis: perjalanan waktu dan kelahiran kembali Status: Selesai Pembaruan terakhir: 15-03-2023 Bab Terbaru: Daftar Bab Bab 133 Ekstra:...