Gavin untuk Givea (Tahap revi...

By Loudstarr

251K 16.4K 2.4K

"Pilihan lo cuman dua pergi atau mundur?" "Sampai kapanpun pilihan aku cuman satu kak, tetep mencintai kamu s... More

Part 1 : Bekal (Sudah revisi)
Part 2 : Tak menyerah (Sudah revisi)
Part 3 : Nebeng (Sudah revisi)
Part 4 : Keluarga kepo (Sudah revisi)
Part 5 : Rizal Chandra Mahardika (Sudah revisi)
Part 6 : Merasa bersalah (Sudah revisi)
Part 7 : Sorry (Sudah revisi)
Part 8 : Chatting (Sudah revisi)
Part 9 : Sebuah pilihan (Sudah revisi)
Part 10 : Salahkah mencintai? (Sudah revisi)
Part 11 : Gosip netizen (Sudah revisi)
Part 12 : Givea marah? (Sudah revisi)
Part 13 : Berhenti? (Sudah revisi)
Part 14 : Rasa sakit (Sudah revisi)
Part 15 : Serpihan masalalu (Sudah revisi)
Part 16 : Tentang rasa (Sudah revisi)
Part 17 : Siska Audreylia (Sudah revisi)
Part 18 : Cemburu (Sudah revisi)
Part 19 : Pasar malam (Sudah revisi)
Part 20 : Titik terendah (Sudah revisi)
Part 21 : Ada apa dengan hati? (Sudah revisi)
Part 22 : Jatuh (Sudah revisi)
Part 23 : Menjauh (Sudah revisi)
Part 24 : Jangan pergi! (Sudah revisi)
Part 25 : Kehadiran Lina (Sudah revisi)
Part 26 : Tawaran
Part 27 : Gombalan Givea
Part 28 : Sebuah keputusan
Part 29 : Rumah sakit
Cast🖤
Part 31 : Mulai membaik
Part 32 : Kejadian di kantin
Part 33 : Ungkapan Rizal
Part 34 : Gavin pergi jauh
Part 35 : Pelukan
Part 36 : Siska berulah lagi
Part 37 : Gagal move on
Part 38 : Kebohongan
Part 39 : Gavin emosi
Part 40 : Menghilang
Part 41 : Disekap?
Part 42 : Kembali bertemu
Part 43 : Ancaman
Part 44 : Kobaran dendam
Part 45 : Pamit
Part 46 : Ujian sekolah
Part 47 : Rahasia Dinda
Part 48 : Teror
Part 49 : Teror kedua
Pengumuman

Part 30 : Rumah sakit (2)

3.9K 224 23
By Loudstarr

Happy Reading😊

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Givea kini baru keluar dari ruangan Gavin dan saat ia baru membuka pintu ia pun mengernyit heran saat mendapati kedua sahabatnya yang masih setia duduk di kursi tunggu sambil memainkan hp-nya masing-masing.

"Kalian nggak pulang?" tanya Givea yang masih diambang pintu dengan menatap satu persatu sahabatnya bergantian.

Farah menoleh dan nyengir kuda ketika melihat Givea "Enggak Giv, kita kan nungguin lo disini" ujarnya.

"Kenapa harus nungguin gue?" tanya Givea heran.

"Kan sahabat Giv" jawab Dinda tersenyum lebar membuat Givea merasa tersentuh oleh kata-kata 'sahabat' yang diucapkan Dinda barusan.

"Btw gimana keadaan Gavin?" tanya Dinda.

Givea menghela napas panjang kemudian menggeleng "Belum ada perubahan" jawabnya tanpa ekspresi.

Dinda beranjak mendekat dan menepuk-nepuk bahu Givea, ia mengerti seperti apa hancurnya perasaan sahabatnya itu sekarang ini.

"Lo yang sabar ya Giv, gue tau lo cewek yang kuat" ucap Farah menatap Givea iba.

Givea mengangguk lesu "Gue selalu dipaksa kuat oleh keadaan Din" balasnya membuat kedua sahabatnya terdiam.

"Ngomong-ngomong kalo lo keluar gini terus siapa yang jagain Gavin?" tanya Farah mengalihkan pembicaraan agar suasana tak melow.

"Lina" balas Givea singkat.

Mereka saling tatap "Lina?" tanyanya bersamaan.

Ah iya Farah dan Dinda kan belum siapa Lina sebenarnya pasti mereka heran "Lina itu sepupunya Gavin" jelas Givea membuat mereka melongo.

"Serius lo Giv?" tanya Dinda menatap Givea tak percaya sedangkan Givea hanya mengangguk saja.

"Ck, baru tau gue" gumam Farah.

"Giv lo makan dulu ya gue anter ke kantin rumah sakit sekarang" ujar Farah namun Givea menggeleng.

Givea pun mendudukan dirinya di tengah-tengah sahabatnya namun tiba-tiba sakit kepalanya sepertinya kambuh lagi membuat Givea memegangi pelipisnya sembari berdecak beberapa kali.

"Giv kepala lo masih sakit ya?" tanya Farah khawatir sedangkan Givea hanya menggeleng.

"Itu pasti karena efek Givea belum makan" celetuk Dinda membuat mereka menatapnya.

"Oh iya mungkin, Giv lo makan ya gue temenin ke kantin rumah sakit, soalnya dari tadi pagi bahkan lo sama sekali belum makan" bujuk Farah.

Givea tetap menggeleng "Tapi gue nggak laper"

"Giv kondisi lo itu masih lemah artinya lo masih sakit dan lo tetep nggak mau makan? plis jangan sakiti diri lo sendiri mau jadi apa tubuh lo tanpa terisi makanan?" omel Dinda.

"Bener kata Farah Giv lo mau tetep jagain Gavin kan? gimana caranya lo bisa jaga dia kalo lo aja ga bisa jaga diri lo sendiri, kalo lo sakit juga siapa yang bakal nemenin Gavin harusnya lo bisa mikir sampe situ! lo tau? bahkan kesehatan itu lebih penting di atas segalanya" timpal Farah menjelaskan panjang lebar dengan nada tak santai.

Givea terdiam.

Ada benarnya juga yang dikatakan Farah kalo ia sakit siapa yang bakal nemenin Gavin? Siska? Ah iya Givea lupa bahkan Gavin kan punya Siska.

"Gue tetep gamau makan!"

"Giv lo--"

"Kalo gue sakit kan ada Siska yang bisa nemenin Gavin" potong Givea cepat namun entah mengapa hatinya sedikit merasa tak rela saat dirinya mengucapkan kata-kata itu.

Farah geleng-geleng "Lo masih menjamin jalang itu memangnya lo ikhlas? ck ck bahkan sekarang aja lo bisa liat sendiri kalo dia tuh ga peduli sama Gavin"

"Lagian mana mungkin tante Sandra mau ngizinin nenek lampir jagain anaknya" timpal Dinda sinis membuat Givea kembali terdiam.

"Yaudah iya gue makan" putus Givea akhirnya membuat Farah tersenyum senang.

"Nah gitu dong, gitu aja reportnya pake masyaallah" cibir Farah geleng-geleng.

"Lo bilang gue ngerepotin gitu?" tanya Givea dengan mendelik tajam.

Farah nyengir "Hehe engga lah becanda kali Giv, btw sorry ya gue tadi ngomongnya keterlaluan soalnya gue gedeg banget liat lo keras kepala gamau makan gitu padahal ini tuh juga demi kesehatan lo sendiri"

Givea menghela nafas panjang "Hmm gue tau kok"

"Yaudah yok ke kantin" ajak Dinda yang diangguki mereka berdua.

"Woy tunggu" teriak seseorang membuat mereka bertiga berbalik arah.

"K-kak Romli" batin Farah meneguk ludahnya.

"Kalian pada mau kemana?" tanya Romli dan Deni yang baru saja menghampiri mereka.

"Kantin" balas Givea singkat.

"Cie-ciee ada yang disamperin ayang babi nih" celetuk Dinda menggoda Farah membuat Farah menatapnya tajam.

"Hai my pacar" sapa Romli pada Farah.

Blush. Pipi Farah kini sudah bersemu merah hanya karena sapaan Romli saja, apalagi nanti? ah Farah tak menyangka jika ia sudah resmi berpacaran dengan Romli.

"Em pipi lo kok merah sih?" tanya Romli heran membuat Farah memalingkan wajahnya menahan malu.

"Blush on lo ketebalan ya?" lanjut Romli bertanya namun Farah hanya diam tak berniat menjawab apapun.

"Bukan ketebalan cuman lagi salting" goda Dinda mendekat ke arah Farah.

Sedangkan Farah sudah membelalak mendengarnya, Awas aja lo Din.

"Maklum Din kan lagi pertama jadian" ucap Deni ikut menggoda.

"Emang bener gitu yang?" tanya Romli seraya menoel-noel pipi Farah yang masih memerah seperti kepiting rebus.

"Enggak ya! anjir lo pada" umpat Farah mengelak.

Sedangkan Romli langsung merangkul bahu pacarnya itu "Gausah malu kan lo sendiri yang nembak gue" bisiknya membuat Farah seketika melotot.

Sedangkan Romli langsung berlari untuk menghindari singa betina yang sebentar lagi akan mengamuk.

"Kak Romli sialan" umpat Farah kesal sembari mengejar Romli.

Deni dan Dinda yang melihat tingkah dua sejoli itu pun tertawa.

Sedangkan Givea hanya tersenyum tipis, ia ikut bahagia ketika melihat sahabatnya merasa bahagia walaupun disisi lain hatinya masih sangat hancur ketika mengingat kondisi Gavin.

*****

Givea memandangi makanannya tanpa niat bahkan sedari tadi ia hanya mengaduk-aduknya saja tanpa sedikitpun memakannya.

"Mubazir Giv makanan lo dari tadi lo liatin mulu mending buat gue aja sini" ujar Romli sambil menatap penuh minat soto ayam Givea.

Givea mendelik tajam "Punya lo masih banyak tuh abisin dulu"

"Mungkin walaupun sekedar diliat doang udah cukup ngebuat Givea kenyang" sindir Dinda membuat Givea mendengus mendengarnya.

"Gue tuh nggak laper" ucap Givea.

"Pinternya bohong sih sahabat gue" celetuk Farah membuat Givea lagi-lagi merasa kesal.

"Givea tuh lagi sedih jadi nggak selera makan, udah jangan kalian pojokin mulu kasian, simpati dikit kek sama sahabat" cibir Deni membuat mereka semua mendengus kecuali Givea.

"Demi kesehatan lo sendiri mending lo makan dulu Giv sotonya biar perut lo bisa keisi sedikit dikit-dikit kalo dari tadi pagi lo sama sekali belum makan" ujar Deni pada Givea.

Givea hanya menghela napas malas lalu menuruti perintah Deni dan mulai melahap makanannya.

Setengah jam sudah mereka berada di kantin rumah sakit kini mereka telah kembali ke ruangan Gavin lagi.

Sedangkan Romli dan Deni entah pergi kemana namun setelah acara makan tadi mereka belum. menampakkan batang hidungnya kembali.

"Giv lo nggak mau pulang dulu?" tanya Farah memecah keheningan.

Givea menggeleng kuat "Belum kayaknya ntar sore sekalian aja" balas Givea membuat Farah mengangguk mengerti.

"Giv gue di chat sama nyokap udah di cariin, kayaknya gue harus pulang duluan deh sorry ya gabisa nemenin lo lama disini" ujar Dinda dengan tak enak hati.

"It's oke Din gapapa santai aja btw lo udah dari pagi juga disini bahkan pagi tadi lo malah duluan ke RS-nya daripada gue" balas Givea.

Dinda mengangguk "Makasih ya Giv, sekali lagi sorry gabisa nemenin lo sampe sore" ucapnya membuat Givea menggeleng.

"Far lo nggak sekalian bareng Dinda daripada nunggu jemputan lama lagian kan rumah kalian searah" ucap Givea pada Farah.

Farah yang sedang menatap layar hp-nya pun tersentak "Eh i-iya juga sih hehe" ringisnya sembari menggaruk tengkuknya.

"Yaudah yuk Far pulang" ajak Dinda yang dibalas anggukan oleh Farah.

"Giv kita duluan ya" pamit mereka berdua.

Givea mengangguk "Hati-hati"

Setelah kepergian kedua sahabatnya Givea langsung masuk ke kamar dimana Gavin di rawat dan disana masih ada Lina yang setia menunggu Gavin.

Namun cewek itu kini tertidur pulas dengan posisi badan terduduk dan kepalanya bertumpu dengan kedua tangannya sendiri di tepi ranjang Gavin, mungkin Lina kecapekan sampai ketiduran seperti ini.

Givea hanya tersenyum tipis menatap Lina lalu beralih mendekat ke arah Gavin.

Semuanya terasa sunyi yang terdengar hanyalah alunan suara alat infus yang masuk dalam gendang telinga Givea, hati Givea semakin terasa tercubit ketika mengamati wajah Gavin yang kini terlihat pucat pasi.

Tangan Givea pun terulur ke arah puncak kepala Gavin, dengan hati-hati Givea mengelus-elus rambut Gavin yang masih terasa lembut, Givea tersenyum tipis kapan lagi coba ia bisa seenaknya meraba-raba tangan ataupun rambut seorang Gavin jika bukan sedang dalam kondisi Gavin tak sadar seperti ini.

Givea memajukan wajahnya membuat wajah keduanya sangat dekat hanya berjarak beberapa cm saja, Givea masih setia memandangi wajah seseorang yang dicintainya, Gavin masih saja terlihat tampan walaupun wajahnya pucat, alis tebal, mata sipit, hidung mungil bahkan bibir tipisnya hampir membuat Givea salfok, Gavin benar-benar tampan bahkan cowok itu terlihat seperti pahatan patung yang sengaja dibuat sempurna.

Givea benar-benar mengagumi produk Adam yang satu ini, bahkan Givea sampai bisa bertahan satu tahun dengan satu orang saja yang masih setia mengisi hatinya sampai saat ini yaitu hanyalah seorang Gavin Nathaniel.

Dengan cepat Givea menepis pikiran anehnya, ini bukan waktunya bergelut dengan pikiran yang seperti itu, ini adalah waktunya ia berdoa untuk kesembuhan Gavin, yang ia prioritaskan dalam pikirannya saat ini hanyalah satu hal yaitu tentang kesadaran dan kesembuhan Gavin.

"Giv lo disini"

Givea berjengit kaget saat mendengar suara Lina barusan, ia pun refleks menjauhkan wajahnya dari wajah Gavin dan ia pun juga menjauhkan tangannya dari rambut Gavin yang semula tangannya lancang mengelus-elus rambut Gavin.

"L-lin lo udah bangun?" tanya Givea masih menatap Lina cengo.

Lina hanya tersenyum tipis melihat reaksi Givea yang gugup "Santai aja kali Giv gausah gugup gitu gue izinin lo apain aja sepupu gue kok bahkan sampai sepuas lo" ujarnya membuat Givea membulatkan mata.

Apa-apaan Lina ini? enak saja Lina berkata enteng seperti itu, walaupun ia sangat mencintai Gavin namun ia tidak akan pernah mempunyai niat segila itu apalagi untuk berbuat macam-macam, arghh memikirkannya saja sudah membuat otaknya memburuk.

"Gue becanda Giv" lanjut Lina disertai kekehan kecil.

Givea pun bernapas lega ketika mendengarnya lalu setelahnya ia mendelik sebal menatap Lina yang kini mengangkat dua jarinya membentuk peace.

*****

"Kak gue mau nanya sama lo" ujar Givea menatap Romli serius.

Givea dan Romli kini sedang berada di taman belakang rumah sakit karena memang tadi Givea yang meminta waktu Romli sebentar saja untuk menanyakan sesuatu hal.

Romli mengangguk ragu "Boleh kok Giv, nanya apa emang?" tanyanya.

"Sebenarnya kak Gavin kenapa bisa kecelakaan gini sih?" tanya Givea membuat Romli terdiam.

"Gue mohon kak gue butuh penjelasan lo" lanjut Givea membuat Romli menghela nafas berat.

"Sulit nyeritainnya Giv ceritanya panjang bahkan gue aja belum tau seluk beluk tentang penyebab kecelakaan Gavin"

"Gapapa kak gue mau lo jelasin semuanya biar gue ga selalu kepikiran" ucap Givea membuat Romli mengangguk pasrah.

"Oke jadi ceritanya gini, pertama gue dapet kabar kalo Gavin kecelakaan di arena balapan itu jam tiga pagi dan itupun Gavin udah di jalan mau dibawa ke rumah sakit sedangkan gue syok dan langsung nyusul Gavin ke rumah sakit"

"K-kak Gavin ikut balapan?" tanya Givea membuat Romli lagi-lagi hanya menjawabnya dengan anggukan.

"Gue gatau pasti apa penyebab Gavin sampe ikut balapan lagi setelah beberapa tahun lamanya berhenti balapan, tapi menurut Rian temennya Gavin di arena Gavin itu sempat mabuk karena Rian nyium aroma wine dari nafas Gavin dan mungkin itu penyebab Gavin sampe jatuh karena mungkin di jalan waktu balapan dimulai bisa jadi Gavin ngerasa pusing dan kehilangan konsentrasinya" jelas Romli membuat Givea mendengarkannya dengan seksama.

"Dan disini yang nggak gue paham itu kenapa Gavin sampe mau mabuk dan ikut balapan lagi? padahal selama ini yang gue tau sebagai sahabat dekat Gavin sesulit apapun masalah Gavin dan seberat apapun beban hidupnya Gavin biasanya Gavin tetap akan kelihatan enjoy dan nggak pernah sampai terlalu peduli bahkan ngelakuin hal yang bisa ngebahayain dirinya sendiri gini Giv" lanjut Romli membuat Givea terdiam.

Givea ikut bingung sekarang, bahkan Romli yang sahabat dekat Gavin saja tak terlalu tau tentang hidup Gavin, lalu apa kabar dirinya? yang mencintai Gavin selama satu tahun namun tak sama sekali mengenali jati diri Gavin dari dalam.

"Giv gue boleh gantian nanya?" ucap Romli membuat Givea tersentak dari lamunannya.

Givea mengangguk.

"Lo nggak lagi ada sesuatu kan sama Gavin?"

Deg.

"Ma-maksudnya?"

"Maksud gue hubungan lo tetep baik kan? yah walaupun gue tau lo sama Gavin saat ini lagi saling menjauh" tanya Romli.

Givea tergelak ia bingung harus menjawab apa, mana mungkin ia bilang kalo kemarin ia sudah memutuskan untuk pergi dari hidup Gavin.

"Sorry Giv kalo gue terlalu lancang buat nanya privasi lo jauh tentang hubungan lo sama Gavin, tapi gue cuman pengen mastiin aja kalo Gavin stress kayak gini bukan lo penyebabnya?"

Givea terdiam.

"Gue ga akan nyalahin siapapun di dalam kecelakaan ini karena gue tau semua ini udah takdir dari tuhan, gue cuman mau ngilangin rasa penasaran dalam diri gue aja" jelas Romli.

"Gu-gue sama kak Gavin baik kok" jawab Givea berbohong.

"Giv gue mohon lo jujur aja--"

"Gue udah jujur kak, mungkin kemarin kak Gavin lagi bertengkar sama Siska makanya sampai kayak gini, mungkin Siska penyebabnya bukan gue, karena secara logika aja kalo cuman tentang gue ga akan mungkin sampe membawa pengaruh buruk bagi kondisi hati kak Gavin, lo juga tau kan kak kalo selama ini gue itu ga ada artinya apa-apa di hati kak Gavin?" ujar Givea membuat Romli terdiam.

Givea hanya mengutarakan isi hatinya, apakah salah? ia tidak akan ge'er kalo Gavin sampai stress karena memikirkan kepergiannya kan? Givea bukan tipe seseorang yang mudah percaya diri.

"Gue gatau pasti Giv lo jangan optimis dulu, siapa yang akan tau isi hati seseorang walaupun itu adalah orang terdekat kita sekalipun, mungkin saja kan Gavin mikirin hubungannya sama lo, lo tau? ga ada sesuatu yang mustahil di dunia ini"

"Jangan kasih harapan gue lebih kak, tolong.." lirih Givea sendu membuat Romli menatap Givea iba.

Romli mengangguk merasa sedikit bersalah "Sorry Giv"

"Semoga suatu saat lo sama Gavin memang bertakdir bersatu Giv" batin Romli mendoakan yang terbaik.

*****

Givea berjalan memasuki rumahnya dengan langkah gontai, hari ini ia merasa tubuhnya sangat lelah padahal dirinya tak sedang habis bekerja keras, mungkin karena beban dalam pikirannya yang terlalu berat.

Givea mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan dan tak menemukan siapa-siapa "Kok rumah sepi?" gumamnya.

"KAK VEA WOY"

Givea menghela nafasnya "Kirain sepi ternyata masih ada setannya" batinnya.

Ia pun kembali melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan teriakan Gilang yang masuk dalam gendang telinganya.

"VEA!"

Itu suara Zevan? apa kakak sepupunya itu masih disini dan belum pulang ke apartemennya?

Mau tak mau Givea berbalik dan mendapati dua sejoli yang sedang berjalan mendekat ke arahnya.

"Kak Zevan belum pulang?"

Zevan cemberut mendengarnya "Kamu mau kakakmu yang ganteng ini bisa cepet pulang gitu?" tanyanya.

Givea meringis pelan "Ya bukan gitu kak maksud aku" balasnya sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kakak sengaja nungguin kamu pulang dulu Vea" gemas Zevan membuat Givea terkekeh.

"Lagian keluyurannya lama amat, abis ke hotel apa tempat dugem?" tanya Gilang ceplas-ceplos dan langsung dihadiahi sentilan keras oleh Zevan sehingga membuat Gilang meringis.

Sedangkan Givea mengertakkan giginya menahan emosi "Kayaknya lo lebih pantes kalo ga punya mulut deh" bisik Givea pelan di telinga Gilang membuat Gilang bergidik ngeri mendengarnya.

"Becanda kali kak, baperan Lo!"

"Enak aja lo-nya aja yang nyebelin" balas Givea tak terima.

"Udah-udah bertengkarnya ditunda dulu mendingan kita makan sama-sama dulu yuk" ajak Zevan membuat Givea dan Gilang mengangguk.

Mereka bertiga pun berjalan menuju ke ruang makan dan ternyata di meja makan sudah tertata rapi berbagai makanan dengan menu resep yang berbeda-beda.

Givea berbinar saat menatap satu persatu makanan yang ada di meja itu secara bergantian "Siapa yang nyiapin makanan sebanyak ini?" tanyanya heran.

"Kakak dong" balas Zevan seraya menepuk dadanya bangga.

Givea mengernyit dan duduk di salah satu kursinya "Emangnya mami kemana?" tanyanya dengan menatap Zevan.

"Lagi keluar Ve udah dari tadi siang gatau pergi kemana" kata Zevan masih sibuk dengan kegiatannya yaitu mengambil minuman.

"Nyusul papi paling" timpal Gilang ikut duduk di samping Givea membuat Givea mengangguk mengerti.

"I-ini serius semuanya kak Zevan yang masak?" tanya Givea masih dengan nada tak percaya.

"Iya dong Vea" jawab Zevan antusias.

"Enak aja, Gilang juga bantuin loh" sahut Gilang dengan nada sedikit kesal.

"Yee kamu kan cuman bantuin ngupas kulit bawang sama ngiris-iris doang Gil" balas Zevan mendelik sedangkan Gilang hanya cengengesan.

"Yaudah yuk kita makan" ajak Zevan mulai mengambil nasi dan lauk pauknya dan yang lain pun mengikutinya.

"Selamat makan" gumam Givea lalu melahap makanannya dengan antusias.

Sedangkan diam-diam Zevan tersenyum tipis melihat tingkah Givea "Semoga kamu selalu bahagia Vea" batinnya.

****
Up lagi yeayy.

Gausah seneng dulu soalnya ceritanya masih absurd :v

Bagi yang udah baca pokonya wajib ninggalin jejak sebelum pergi jangan ghosting ya eaa😂 aku maksa nih ceritanya😬

Jadi gini aku bakal rajin up kalo yang baca sama ngevote makin banyak! Makannya jangan lupa tag temen-temen kalian biar ikutan baca.

Lanjut nggak lanjut nggak? lanjut dong pastinya wkwk see uu next part guys😙

Jangan lupa Voment 💛

#Rahayu

Continue Reading

You'll Also Like

4.8M 196K 37
Namanya Kenzo Arsenio, seorang cicit dari yayasan pemilik sekolah, cucu dan anak dari seorang pemilik perusahaan besar, serta wajahnya yang memukau y...
621K 24.5K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
901K 66.8K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
5.7K 1.6K 31
Samara memiliki arti "Pertemuan" •••• 📌Rank terbaik # 1 ~ sagara { 04/06/2021 } # 9 ~ bersama { 02/01/2021 } # 5 ~ wattsy2021 { 26/03/2021 } # 8 ~ l...