Gavin untuk Givea (Tahap revi...

By Loudstarr

250K 16.4K 2.4K

"Pilihan lo cuman dua pergi atau mundur?" "Sampai kapanpun pilihan aku cuman satu kak, tetep mencintai kamu s... More

Part 1 : Bekal (Sudah revisi)
Part 2 : Tak menyerah (Sudah revisi)
Part 3 : Nebeng (Sudah revisi)
Part 4 : Keluarga kepo (Sudah revisi)
Part 5 : Rizal Chandra Mahardika (Sudah revisi)
Part 6 : Merasa bersalah (Sudah revisi)
Part 7 : Sorry (Sudah revisi)
Part 8 : Chatting (Sudah revisi)
Part 9 : Sebuah pilihan (Sudah revisi)
Part 10 : Salahkah mencintai? (Sudah revisi)
Part 11 : Gosip netizen (Sudah revisi)
Part 12 : Givea marah? (Sudah revisi)
Part 13 : Berhenti? (Sudah revisi)
Part 14 : Rasa sakit (Sudah revisi)
Part 15 : Serpihan masalalu (Sudah revisi)
Part 16 : Tentang rasa (Sudah revisi)
Part 17 : Siska Audreylia (Sudah revisi)
Part 18 : Cemburu (Sudah revisi)
Part 19 : Pasar malam (Sudah revisi)
Part 20 : Titik terendah (Sudah revisi)
Part 21 : Ada apa dengan hati? (Sudah revisi)
Part 22 : Jatuh (Sudah revisi)
Part 24 : Jangan pergi! (Sudah revisi)
Part 25 : Kehadiran Lina (Sudah revisi)
Part 26 : Tawaran
Part 27 : Gombalan Givea
Part 28 : Sebuah keputusan
Part 29 : Rumah sakit
Part 30 : Rumah sakit (2)
Cast🖤
Part 31 : Mulai membaik
Part 32 : Kejadian di kantin
Part 33 : Ungkapan Rizal
Part 34 : Gavin pergi jauh
Part 35 : Pelukan
Part 36 : Siska berulah lagi
Part 37 : Gagal move on
Part 38 : Kebohongan
Part 39 : Gavin emosi
Part 40 : Menghilang
Part 41 : Disekap?
Part 42 : Kembali bertemu
Part 43 : Ancaman
Part 44 : Kobaran dendam
Part 45 : Pamit
Part 46 : Ujian sekolah
Part 47 : Rahasia Dinda
Part 48 : Teror
Part 49 : Teror kedua
Pengumuman

Part 23 : Menjauh (Sudah revisi)

11K 394 50
By Loudstarr

Happy Reading😊

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Givea kini berada di kamarnya sambil manggut-manggut menatap ke arah luar jendela namun pikirannya mengembara ke lain tempat.

Kejadian tadi sungguh membuat jantung Givea masih terasa menggila sampai detik ini, bahkan semakin Givea mencoba melupakan kejadian tadi malah semakin muncul ingatan dalam bayang-bayangnya.

Sial.

Givea mendadak menjadi parno, gadis itu tak henti-hentinya memikirkan Gavin yang tiba-tiba peduli dengannya, ia tak tau cowok itu benar-benar tulus membantunya atau hanya mencoba memanfaatkan keadaan supaya bisa lebih mudah menjatuhkan hatinya kembali.

Tidak! Givea tidak boleh terpengaruh hanya karena bantuan manis dari cowok itu, mungkin saja kan Gavin hanya berpura-pura baik di depannya padahal dalam hati punya niat buruk yang terselubung, Givea tidak ingin menuduh tapi ia hanya lebih was-was saja.

Gadis itu kembali memfokuskan diri pada layar laptopnya, ia kembali mengetik disana, karena hari ini ada tugas bahasa Indonesia untuk membuat cerpen bertema bebas. Dan Givea hanya membuat cerpen yang berjudul harapan, entahlah hasilnya bagus apa tidak, yang penting ia mengerjakannya saja.

Setengah jam berlalu..

"Yeayy akhirnya selesai juga, tinggal nge-print doang," gumamnya dan merebahkan tubuhnya yang terasa lelah di atas kasur.

"Kak!"

Givea melirik malas Gilang yang menyembulkan kepalanya dari arah pintu, memanggilnya. Givea memilih kembali membenamkan wajahnya dibalik tumpuan bantalnya, tanpa menjawab.

"Kak! Budeg beneran mampus lo!"

Disumpahin begitu jelas Givea tak terima. Cewek itu membalikkan posisinya dan menatap horor adiknya. "Paansih?!"

Gilang mengarahkan telunjuknya ke arah belakang. "Ada tamu tuh di bawah!" ujarnya membuat Givea mengerutkan kening.

"Tamu? Siapa?"

Cowok itu mengedikkan bahunya acuh. "Mana gue tau, tapi kayaknya temen lo deh!" balasnya.

Tanpa menjawab lagi, Givea langsung bangkit dari kasur. Berjalan begitu saja melewati Gilang yang menggerutu karena menyesal memberitahu.

Saat Givea sampai tanggaa bawah, samar-samar ia mendengar suara maminya sedang berbincang dengan seseorang. Hal itu membuat Givea penasaran. Tanpa banyak berpikir, ia langsung saja menghampiri maminya di ruang tamu.

"Mi!" panggilnya.

Maminya berhenti mengobrol dan berbalik menatap Givea yang baru muncul. "Eh Givea, ini ada temen kamu kesini katanya mau nugas bareng kamu!" ujar Mira.

"Hai Giv!" sapa tamunya yang ternyata dia adalah Rizal. Givea kira siapa gitu tadi.

"Kamu ngobrol dulu aja yah sama Givea, gausah buru-buru pulang! Tante tinggal ke dapur dulu," ujar Mira tersenyum hangat pada Rizal. Lalu meninggalkan mereka berdua.

"Sejak kapan lo kesini?" tanya Givea menempati sofa bekas duduk maminya.

Cowok itu terkekeh. "Belum lama juga sih Giv!"

"Lo kesini serius mau nugas?" tanya Givea saat melihat cowok itu membawa ransel di punggungnya.

Rizal pun nyengir lebar dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hehe iya, emang gak boleh ya?"

"Ya boleh sih, cuman punya gue udah kelar Za, baru aja gue kerjain."

"Yah telat dong."

"Ya lo nggak bilang sih kalo mau ke rumah gue."

"Hehe maaf. Yaudah kalo gitu temenin gue aja," pintanya dan Givea hanya mengangguk menyetujui.

Rizal mulai mengeluarkan buku-bukunya dari dalam tas dan mengerjakan tugasnya. Sekali-kali Rizal juga bertanya tema apa yang bagus untuk cerpennya. Dan Givea hanya menjawab sebisanya.

"Mau minum apa?" tawar Givea setelah mereka selesai.

Rizal menggelengkan kepalanya. "Gausah repot-repot Giv!" tolaknya.

"Gapapa, gue buatin kalo mau, gimana?" tawarnya.

"Entar aja deh. Gue belum haus."

Givea hanya mengangguk-angguk saja.

"Giv?" panggil Rizal membuat Givea kembali menoleh dan menaikkan sebelah alisnya.

"Lo cantik kalo pake daster."

Givea melotot sambil memandangi pakaiannya. Daster putih motif buah plum yang dibelikan oleh Gilang saat ikut maminya ke mall ternyata tidak buruk juga.

*****

Esok harinya Givea berangkat bersama Gilang. Lagi, adiknya itu sengaja membawa mobilnya atas suruhan sang mami dan yah Givea hanya mengalah saja daripada berdebat. Gilang kini mengantarkannya sampai di depan gerbang sekolahnya.

Givea turun dari mobil dan Gilang segera pergi. Belum sempat Givea melangkahkan kaki dari sana, sudah ada orang yang mencekal pergelangan tangannya.

Givea menoleh dan kaget saat mendapati Gavin yang kini tersenyum padanya, jantungnya mendadak berpacu. Ini masih pagi loh!

"Cerpen lo mana?"

"Hah?"

"Bu Meira minta gue buat ngambilin semua cerpen anak-anak, termasuk kelas lo juga. Mumpung kita ketemu disini, jadi cerpen lo siniin!" jelasnya membuat Givea mengerjap.

Lagi-lagi otaknya meng-loading dulu setiap bertemu dengan Gavin.

"Ayo cepet, mana?" ucap Gavin tak sabaran.

Givea pun mengeluarkan cerpennya dari dalam tas dan menyerahkannya pada cowok itu.

"Udah kan kak?" Givea pun melengos, ingin pergi menghindari Gavin. Tapi belum jauh, suara Gavin sudah menginterupsinya kembali.

"Giv, tunggu!" Cowok itu mengejarnya.

"Lo masih marah ya sama gue?" tanyanya membuat Givea terdiam.

Givea menghela napas berat, kemudian menampilkan ekspresinya sebaik mungkin. "Nggak sih kak, kenapa juga harus marah? Kak Gavin nggak pernah ada salah," bohongnya.

Gavin terdiam sebentar sebelum kembali berucap. "Maaf," lirihnya.

Maaf? Seriuskah?

"Gaada yang perlu dimaafin atau minta maaf kak!" balas Givea tenang.

Hening.

"Kaki lo masih sakit?" tanya Gavin basa-basi.

"Udah lumayan membaik," balas Givea cuek. "Kalo gitu aku duluan."

Givea kembali berjalan melangkahkan kakinya meninggalkan Gavin, namun lagi-lagi suara Gavin seakan menginterupsi langkahnya.

"Mau sampai kapan lo ngehindarin gue kayak gini?"

Cewek itu berhenti sejenak, tanpa menoleh sedikitpun dirinya berucap. "Sampai diantara kita sama-sama sadar bahwa kamu dan aku itu emang nggak mungkin! Apalagi kamu milik orang lain," balasnya sambil meremat kuat-kuat roknya.

*****

Siang ini matahari terlihat sangat terik dan sinarnya pun menembus kaca, membawa hawa panas bagi anak-anak yang berada di dalam kelas, terlebih lagi yang sedang beraktivitas di luar ruangan.

"Ngantin-ngantin skuy!" ajak Rizal koar-koar heboh.

"Skuyy keburu laper gue," balas Farah sembari mengusap-usap perutnya.

Mereka semua pun beranjak dari kelas, namun berhenti saat menatap Givea yang masih tak bergeming dari bangkunya.

"Giv, lo nggak ke kantin?" tanya Dinda terheran-heran. Biasanya Givea sudah maju paling depan.

"Gue nggak laper Din, kalian duluan aja."

Mereka pun saling menatap satu sama lain ketika menyadari ada sesuatu yang aneh dari sahabatnya itu.

"Lo gapapa kan, Giv?" tanya Farah.

"Lo sakit, Giv?" Rizal pun ikut bertanya sedikit khawatir.

"Kalo lo sakit mending ke UKS aja!" ujar Ali ikut menimpali.

Givea tersenyum tipis menatap mereka. "Gue gapapa guys, kalian nggak perlu khawatir."

Givea bukannya tak lapar, namun ia malas saja pergi ke kantin, pasti ujung-ujungnya bertemu dengan Gavin. Apalagi ketika melihat pemandangan Gavin bermesraan dengan Siska, hal itu akan membuat suasana hatinya kian memburuk.


"Nih buat lo!"

Givea yang baru melamun pun tersentak, saat sebuah botol berisi air mineral tiba-tiba disodorkan di depannya. Bukan hanya itu saja, ada satu buah roti dan dan juga dua bungkus biskuit.

Givea mendongak penasaran dengan pemberinya.

Cewek itu tak berkedip sama sekali saat melihat pemandangan di depannya. Ia bahkan sampai mencubit pahanya sendiri untuk membuktikan kalo ia tidak sedang bermimpi.

"Kenapa bengong? Ambil!" ucap Gavin saat sodorannya belum juga diterima.

Givea menggeleng cepat dan mendorong makanan serta minuman yang Gavin berikan. "Aku nggak laper, nggak usah repot-repot beliin makanan!"

"Gue tau lo bohong."

"Apa peduli kakak emangnya?" balas Givea mendadak sewot.

Cowok itu terhenyak kaget mendengar respon Givea yang diluar dugaannya.

"Gue nggak mau lo sakit."

Givea terkekeh sinis. "Sebelumnya aja kak Gavin nggak pernah tuh mikirin aku sakit atau enggak? Bahkan saat hati aku yang sakit aja kak Gavin membisu."

"Mending sekarang stop nggak usah perlakuin aku kayak gini! Stop nggak usah ngurusin hidup aku! Saat aku menjauh, kak Gavin kenapa jadi sok baik? Bukannya ini yang kakak mau?" sarkasnya tajam.

Gavin terdiam kelu.

"Dan aku minta, lebih baik sekarang kakak pergi, urusin pacar kakak yang hobi caper itu dibanding aku!" lanjut Givea dengan kalimat menusuk.

Perlahan Gavin mengangguk, lalu melangkah meninggalkan Givea.

Meninggalkan Givea yang memejamkan matanya, menahan sesak yang menjalar di hatinya.

Kenapa Givea jadi seperti ini? Oh jangan salah Givea bahkan bisa melakukan lebih jika sudah sakit hati.

"Gue gasuka lo berubah gini," lirih Gavin melirik sejenak Givea, sebelum benar-benar pergi dari kelas Givea.

*****

Di sepanjang perjalanan menuju ke kelasnya Gavin hanya termenung memikirkan kata-kata Givea tadi, hingga ia tidak fokus menatap jalan dan beberapa kali hampir menabrak siswa yang berpapasan dengannya.

Givea memintanya untuk tidak mengganggu hidupnya lagi, apa ini akhirnya? Givea akan menjauh darinya? Kenapa rasanya tidak rela?

"Woy kenapa bengong lo? lagi banyak pikiran ya?" tebak Romli menghampiri Gavin yang duduk di kursi depan kelas.

Gavin menggeleng, menyembunyikan rasa bimbangnya.

"Jangan bohong bro, mata lo gabisa bohong kalo sama gue!" kekeh Deni menggodanya.

Gavin hanya melirik Deni malas dan tak berniat menjawab apapun.

"Hai sayang aku nyariin kamu di kantin tau, ternyata kamu disini," ujar Siska tiba-tiba datang dan bergelayut manja di lengan Gavin.

"Cuihhh, mendadak hawanya kok panas ya? Kayak lagi ada makhluk halus," Deni mengibas-ngibaskan tangannya seperti cacing kepanasan.

Siska menatap sinis Deni yang menyindirnya. "Kalo mau pergi ya pergi aja kali, jangan disini! Ganggu aja."

"Lo ngusir gue? Dari tadi gue disini loh, sedangkan lo yang baru datang!" balas Deni tak suka.

Siska menatap sengit Deni  "Lo kalo ga suka sama gue bilang!" ujar Siska pura-pura sedih.

"Emang."

"Apa lo bilang?"

"IYA GUE GA SUKA SAMA LO, PUAS? ATAU BUDEG?" teriak Deni kesal.

"DENI! APA-APAANSIH LO?!" sentak Gavin tak terima dan langsung mencengkeram kerah baju Deni. Jangan tanyakan bagaimana perasaan Gavin saat ini? Ia sungguh ingin memangsa orang.

"Apa? Lo nggak terima gue bentak pacar sok kecantikan lo ini?" kekeh Deni melirik sinis ke arah Siska.

"Den, udah cukup Vin! Kalian apa-apaan sih?! Malu dilihatin orang, kayak anak TK aja kalian!" lerai Romli yang beruntung datang dan mencoba melerai mereka.

"Sampai sekarang gue masih nggak nyangka ya Vin, ternyata lo masih dibutakan oleh cinta mati lo! Gue nggak tau kalo sahabat gue ini sejak lama udah buta atau bego sebenernya!" ujar Deni sebelum beranjak dari sana.

"Maksud lo?" tanya Gavin tajam.

"Lo pasti tau kan maksud gue tanpa harus gue jelasin, gue yakin kalo setengah otak lo itu masih waras buat berpikir!" tambah Deni tersenyum miring.

"Gue harap lo gak nyesel kalo suatu saat Givea menjauh dari lo! Inget Vin penyesalan itu datangnya di akhir, kalo di awal itu namanya permulaan!" bisiknya di telinga Gavin sebelum benar-benar melangkahkan kaki, meninggalkan Gavin yang membisu.

"Sayang, kamu jangan dengerin omongan dia ya! Kan kamu pacar aku jadi kamu harus selalu setia dan percaya sama aku. Aku cinta sama kamu tulus dan ga akan hianatin kamu lagi. Mungkin dulu aku khilaf, tapi sekarang kan aku udah minta maaf, dan kamu juga mau maafin aku," ujar Siska mendekati Gavin, lalu mengelus pundak Gavin. Siska tidak ingin Gavin terhasut kata-kata Deni yang menjelekkan dirinya. Pokoknya dia tidak ingin rencananya kacau gara-gara Deni sialan itu.

Gavin hanya mengangguk saja. Namun pikirannya saat ini lain dengan hatinya.

Pikirannya terpusat pada Givea.

Benar kata Deni. Bahkan Givea sudah menjauhinya sekarang.

Gavin perlahan memejamkan mata saat Siska memeluk tubuhnya. Entah mengapa ia merasa kurang nyaman.

****

Jangan lupa Voment 💛

Continue Reading

You'll Also Like

694K 9.4K 24
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
72.7K 2.5K 42
"Kebodohan gue adalah, dimana gue ngelupain orang yang selalu ada dan mentingin orang yang baru ada." ... Galvin Mahendra. "Gak usah nyesel! Kagak...
781K 55.6K 67
Apa itu Fanatik? Fanatik adalah sikap ketertarikan seseorang terhadap sesuatu secara berlebihan. Contohnya? Ting! @algeriandivanior.fansite menandai...
KAYVAN By dhnyrhma

Teen Fiction

507K 46K 52
Bukan rahasia lagi-Seorang Kayvan yang kemana-mana harus bersama dengan dua sahabatnya itu sangat menjengkelkan, dia manja, cerewet, keras kepala, da...