Gavin untuk Givea (Tahap revi...

By Loudstarr

252K 16.4K 2.4K

"Pilihan lo cuman dua pergi atau mundur?" "Sampai kapanpun pilihan aku cuman satu kak, tetep mencintai kamu s... More

Part 1 : Bekal (Sudah revisi)
Part 2 : Tak menyerah (Sudah revisi)
Part 3 : Nebeng (Sudah revisi)
Part 4 : Keluarga kepo (Sudah revisi)
Part 5 : Rizal Chandra Mahardika (Sudah revisi)
Part 6 : Merasa bersalah (Sudah revisi)
Part 7 : Sorry (Sudah revisi)
Part 8 : Chatting (Sudah revisi)
Part 9 : Sebuah pilihan (Sudah revisi)
Part 10 : Salahkah mencintai? (Sudah revisi)
Part 12 : Givea marah? (Sudah revisi)
Part 13 : Berhenti? (Sudah revisi)
Part 14 : Rasa sakit (Sudah revisi)
Part 15 : Serpihan masalalu (Sudah revisi)
Part 16 : Tentang rasa (Sudah revisi)
Part 17 : Siska Audreylia (Sudah revisi)
Part 18 : Cemburu (Sudah revisi)
Part 19 : Pasar malam (Sudah revisi)
Part 20 : Titik terendah (Sudah revisi)
Part 21 : Ada apa dengan hati? (Sudah revisi)
Part 22 : Jatuh (Sudah revisi)
Part 23 : Menjauh (Sudah revisi)
Part 24 : Jangan pergi! (Sudah revisi)
Part 25 : Kehadiran Lina (Sudah revisi)
Part 26 : Tawaran
Part 27 : Gombalan Givea
Part 28 : Sebuah keputusan
Part 29 : Rumah sakit
Part 30 : Rumah sakit (2)
Cast🖤
Part 31 : Mulai membaik
Part 32 : Kejadian di kantin
Part 33 : Ungkapan Rizal
Part 34 : Gavin pergi jauh
Part 35 : Pelukan
Part 36 : Siska berulah lagi
Part 37 : Gagal move on
Part 38 : Kebohongan
Part 39 : Gavin emosi
Part 40 : Menghilang
Part 41 : Disekap?
Part 42 : Kembali bertemu
Part 43 : Ancaman
Part 44 : Kobaran dendam
Part 45 : Pamit
Part 46 : Ujian sekolah
Part 47 : Rahasia Dinda
Part 48 : Teror
Part 49 : Teror kedua
Pengumuman

Part 11 : Gosip netizen (Sudah revisi)

4K 443 71
By Loudstarr

Happy Reading😊

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Mobil Rizal kini mulai memasuki parkiran sekolah. Givea dan Rizal turun dari mobil dan mulai bergegas masuk ke dalam sekolah. Untung saja gerbang sekolah belum ditutup, dan mereka tiba di sekolah juga tepat waktu.

"Huh untungnya Zal, kita tiba tepat waktu, gue udah deg-degan tadi!" ujar Givea menatap Rizal.

Rizal mengangguk. "Nah kan gue bilang juga apa tadi, kalo lo ga nurutin omongan gue, pasti istirahat lo baru nyampe sini deh Giv!"

Givea tertawa membenarkan ucapan Rizal. "Haha iya kayaknya."

Rizal mulai berjalan menyusuri koridor dengan menarik tangan Givea, hingga membuat cewek itu sedikit tersentak. Bodohnya Givea hanya diam saja, tak berniat menolak ataupun memprotes perlakuan Rizal.

Banyak pasang mata yang mulai menatap mereka berdua dengan pandangan berbeda-beda. Sungguh Givea benci menjadi pusat perhatian seperti ini. Namun apa boleh buat, Rizal adalah malaikat penyelamatnya hari ini, jadi Givea tidak boleh terlalu judes pada cowok itu.

"Eh liat tuh, si Givea pagi-pagi udah kecentilan sama anak baru!"

"Dasar fakgirl semua cogan diembat!"

"Nggak Gavin, nggak Rizal sama-sama di deketin!"

"Anjir sok cantik banget Givea mah!"

"Dasar murahan emang!"

"Mereka pacaran atau gimana sih?"

"Udah bosen ngejar-ngejar Gavin ga di respon kali. Makanya deketin anak baru."

"Iyalah Gavin mana mau sama cewek murah kayak dia. Yang cantik selain dia aja banyak."

"Tampang doang kalem aslinya mah player."

"Murahan banget sih jadi cewek."

Telinga Givea memanas begitu mendapat lontaran kalimat pedas dari beberapa siswi yang tengah menatapnya. Banyak netizen yang mencaci, menghina, atau bahkan menghujat dirinya secara terang-terangan membuat Givea mengepalkan tangannya.

Semua orang nggak ada bedanya menurut Givea, mereka hanya menilai dari apa yang mereka lihat tanpa tau fakta aslinya. Dasar haters kurang kerjaan emang, nggak ada bosen-bosennya ngurusin hidup orang.

Givea mencoba untuk mengabaikan cibiran itu.

"Giv, gatau malu banget sih lo jadi cewek! semua cowok lo embat, kayak muka cantik aja! Sadar diri napa sih Giv!" celetuk salah satu siswi yang kini menatapnya sinis.

"Nah bener tuh," balas siswi-siswi lain yang menyetujui.

"Zal, jangan deket-deket sama Givea! dia itu jalang murahan! iya kan guys?" ujar salah satu siswi yang Givea tau bernama Dina. Si pemilik akun gosip SMA Karya Bakti.

"Iyaa!" balas mereka semua kompak.

"Hahaha." kompak mereka semua menertawakan Givea layaknya manusia paling menjijikan di dunia.

Givea menundukan kepalanya, kini ia meremas ujung roknya kuat-kuat. Perasaannya kini sudah campur aduk, antara malu, emosi, sedih, ingin membalas tapi tak bisa. Terlalu banyak yang membenci Givea, akan sangat memakan banyak waktu jika Givea meladeninya satu-satu.

Seberapapun Givea mencoba menutup telinga, tetap saja ia tidak bisa membungkam mulut mereka satu-satu. Ada saja hinaan menyakitkan yang selalu tertuju untuknya. Givea hanyalah manusia biasa yang dapat merasakan sakit kala harga dikatai murahan atau jalang.

Givea tak mengerti apa salah dirinya kepada mereka, sehingga mereka semua selalu saja membencinya. Selama satu tahun lebih dirinya bersekolah disana, ia tidak pernah mencari masalah dengan siapapun. Lalu apa alasan ia selalu dibenci? Apa karena dirinya mengejar Gavin yang notabenenya cowok populer di sekolah?

Jika bukan karena kata-kata semangat dan motivasi dari sahabat-sahabatnya, mungkin Givea sudah sakit mental menghadapi mereka. Asal kalian tau? tidak mudah rasanya terus-menerus mendengarkan cemoohan orang. Apalagi ketika dimana-mana kita selalu ditertawakan dan dihina. Mustahil jika Givea tidak sakit hati.

Rizal yang paham suasana pun semakin mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Givea. "Gausah di dengerin ucapan basi mereka. Mereka cuma iri ngelihat lo! Gue tau lo cewek yang kuat!" bisik Rizal menguatkan.

Givea menatap Rizal dengan senyuman simpul. Seenggaknya ia bersyukur masih ada beberapa orang yang peduli terhadapnya.

"Gue tau lo sakit hati setiap denger ucapan mereka. Tapi saran gue, mending lo tutup telinga lo rapat-rapat. Gausah dengerin hal-hal yang ngebuat lo sakit hati. Angkat tinggi kepala lo, buktiin kalo lo bisa. Lo nggak seperti apa yang mereka pikirkan. Jangan lemah Giv, masih banyak orang yang sayang sama lo! jangan sampai perkataan sampah itu ngebuat mental lo jadi kecil!" lanjut Rizal memberi saran.

Givea mengangguk patuh.

"Jangan sedih dong, senyum dulu," ujar Rizal membuat Givea memaksakan senyumnya

Rizal membalas senyuman manis kepada Givea. Kini mereka sudah sampai kelas.

"Makasih ya Zal," ucap Givea.

"Sama-sama Bella."

Givea langsung cemberut begitu mendengar panggilan Rizal yang menurutnya aneh. "Ish jangan panggil gue kayak gitu, gue nggak suka!" protesnya.

Jujur saja Givea memang tidak suka, saat ada seseorang yang memanggil dengan nama belakangnya. Terdengar aneh plus bukan tertuju pada dirinya. Givea juga tidak tau, kenapa maminya harus menamainya sependek itu saat lahir. Dan nama belakangnya mirip dengan lagu jadul.

"Kenapa emang, nggak boleh ya?" tanya Rizal.

"Iya, aneh aja didengernya," jawab Givea membuat Rizal terkekeh.

"Taruh tas lo gih!" suruh Rizal saat melihat Givea masih berdiri disampingnya. Givea hanya mengangguk dan menaruh tasnya di atas mejanya.

"Temen-temen lo kayaknya belum berangkat," tebal Rizal saat melihat kursi sebelah Givea masih kosong.

"Hm, ngaret mereka."

"Telat baru tau rasa."

Givea tertawa menanggapi ucapan Rizal. "Masih ada waktu sepuluh menit kok. Semoga aja mereka nggak telat."

"Ya semoga aja."

Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang sedari tadi mengawasi interaksi mereka. Sepasang mata itu mengepalkan kedua tangannya dan memandang ke arah mereka yang berduaan di kelas dengan pandangan tak suka.

*****

"GIVEA!" teriak seseorang yang mempunyai pekikan suara sangat khas itu. Siapa lagi kalo bukan Farah.

Farah dan Dinda terlihat berlari tergesa-gesa menghampiri Givea di dalam kelas. Mereka meraba-raba tubuh Givea seperti mengecek sesuatu membuat Givea menatapnya horor.

"Ngapain sih lo berdua?" tanya Givea heran.

"Lo gapapa kan Giv? gue denger lo dibully lagi tadi?" tanya Dinda dengan nada khawatir.

Givea menggeleng kuat. "Gue gapapa gausah lebay! buktinya badan gue masih utuh. Nggak jadi potongan-potongan kayak abis di mutilasi," balasnya membuat Farah dan Dinda bergidik ngeri.

"Ngeri loh!" hardik Farah.

Givea hanya mengedikkan bahunya acuh dan mempersilahkan Farah lewat mengisi kursi kosong sebelahnya.

"Btw yang sabar ya Giv, gue tau lo bisa!" ujar Farah meyakinkan. Givea tau maksud Farah barusan, cewek itu berusaha untuk menguatkan hatinya.

"Iya yang sabar ya Giv, gausah dengerin omongan sampah mereka! mereka benci sama lo itu cuman iri doang Giv, karena mereka nggak mampu nyaingin lo!" timpal Dinda membuat Givea tersenyum.

"Thanks ya guys. Gue nggak akan mudah goyah kok tenang."

"Ada kita disini Giv, kalo butuh apa-apa lo tinggal panggil kita. Biar gue sama Farah yang bogem mulut mereka satu-satu ntar!" ucap Dinda membuat Givea tertawa.

Ia benar-benar bersyukur memiliki sahabat seperti Dinda dan Farah. Yang sangat peduli dan mengerti setiap kondisinya saat sedang tidak baik-baik saja.

"Gue gapapa kali guys, santai aja."

Farah menatap Givea iba. Ia tau Givea hanya berpura-pura kuat walaupun sebenarnya rapuh.

"Kalian udah ngerjain tugas fisika?" tanya Givea sengaja mengalihkan topik pembicaraan.

Mereka berdua kompak menggeleng.

"Ck, kebiasaan deh lo berdua, padahal kan gue mau nyontek," ujar Givea santai seperti tak ada beban.

Farah dan Dinda pun melongo mendengarnya.

"Si pemalas mulai kumat Din," bisik Farah menatap Dinda. Dinda pun mengangguk mengiyakan.

"Lo pikir lo berdua enggak?!"

"Yang nggak ngerjain tugas siap-siap kena hukuman loh nanti!" celetuk Rizal dengan kalimat menyindir.

"Apasih odong-odong, nyahut aja lo!" sewot Farah tak suka.

"Dih, dibilangin kok sewot."

"Bodo. Eh Giv kita kerjain bareng-bareng aja yuk!"

"Ga boleh sama jawabannya. Ntar ketahuan kalo saling nyontek kerjasama."

"Gue nggak ngomong sama lo ya odong-odong!" Farah menatap Rizal kesal.

"Gue cuman ngingetin. Harusnya disini gue sebagai anak baru yang diingetin. Tapi kenapa malah gue yang jadi senior ya?" Rizal terkikik mengejek. Cowok itu memang mudah sekali akrab dengan sekitar, padahal baru kemarin mereka bertemu dan mengobrol.

"Gausah ngerasa paling bener lo! Siapa tau jawaban lo salah semua!" cibir Dinda.

Rizal mengedikkan bahunya acuh. "Para syaiton yang malas," gumamnya masih di dengar oleh mereka.

"Apa lo bilang? Lo ngatain kita syaiton? Heh anak baru, jangan songong lo ya! Masih mending gue syaiton ketimbang lo jelmaan Lucifer!" ujar Farah tak terima oleh penghinaan Rizal barusan.

Rizal tersenyum miring. "Idih masih mending gue Lucifer, kan ganteng. Daripada lo mbak kunti, mukanya serem, udah gitu pucet lagi, hihihi mengerikan," ujarnya sembari bergidik ngeri.

"Anjir muka cantik gini di bilang serem, mata lo katarak ya?" tanya Farah menatap Rizal tajam.

"Ya kan emang serem!"

"Udah-udah daripada debat disini gajelas dan nggak akan ada habisnya. Mending sekarang kita kerjain sebelum Pak Dori masuk ke kelas kita," ajak Givea melerai perdebatan mereka.

Dinda yang semula mengotak-atik ponselnya pun ikut menyahut. "Bener, tuh guru kan serem banget. Auranya ngeri juga, bisa habis kita dimutilasi kalo sampai ketahuan belum ngerjain."

"Nah makanya, udah ah ayok kita kerjain cepet!" ajak Givea membuat mereka mengangguk.

Mereka bertiga pun mulai mengerjakan pekerjaan yang seharusnya mereka lakukan di rumah. Sebelum Pak Dori selaku guru fisika yang terkenal killer itu terlebih dahulu masuk ke kelas mereka.

****

Jangan lupa Voment💛

Continue Reading

You'll Also Like

3.9M 305K 52
📍SUDAH TERBIT! ❝Luka tidak memiliki suara, sebab airmata jatuh tanpa bicara.❞ Keynara Zhivanna, gadis dengan kepribadian jutek dan dingin. Namun, s...
118K 10K 23
Sean Antony, satu-satunya pria yang ada dipikiran Nayla. Jadi jangan salahkan judul dari cerita ini, karna yang ada di hati Nayla, benar-benar, Just...
4.8M 196K 37
Namanya Kenzo Arsenio, seorang cicit dari yayasan pemilik sekolah, cucu dan anak dari seorang pemilik perusahaan besar, serta wajahnya yang memukau y...
KAYVAN By dhnyrhma

Teen Fiction

509K 46.1K 52
Bukan rahasia lagi-Seorang Kayvan yang kemana-mana harus bersama dengan dua sahabatnya itu sangat menjengkelkan, dia manja, cerewet, keras kepala, da...