DIA ACHA (PUBLISH ULANG)

Oleh DinaRigita

1.8M 195K 15.3K

PLAGIAT DILARANG MENDEKAT 📌 (Follow sebelum membaca) -Revisi- Acha, gadis cupu yang berhasil menginjakkan ka... Lebih Banyak

Prolog (✓)
Part 1 (✓)
Part 2 (✓)
Part 3 (✓)
Part 4 (✓)
Part 5 (✓)
Part 6 (✓)
Part 7 (✓)
Part 8 (✓)
Part 9 (✓)
Part 10 (✓)
Part 11 (✓)
Part 12 (✓)
Part 13 (✓)
Part 14(✓)
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 26 (✓)
Part 27 (✓)
Part 28 (✓)
Part 29(✓)
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
PART 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41 (✓)
Part 42 (✓)
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46

Part 25

24.1K 3.5K 81
Oleh DinaRigita

Typo bertebaran dimana-mana.
.
.
.

Happy Reading.

Sudah sebulan lebih Acha berada di sekolah ini seperti sedia kala. Semua skandal tentang hilangnya mereka bertiga sudah tidak pernah dibicarakan lagi oleh siapapun, seolah tenggelam begitu saja.

Awalnya, saat kedatangan mereka di sekolah sempat menggemparkan dunia maya. Namun, lambat laun berita tersebut pun pudar.

Acha tidak mempedulikannya, lebih baik dia bersekolah sebaik mungkin. Walaupun terkadang masih ada saja bullyan yang ia dapat.

Hari ini adalah hari pertama Vinda bergabung dengan ekskul cheerleader. Dan Acha juga memulai latihannya bersama grup inti, benar - benar pencapaian yang luar biasa. Seorang cewek cupu dimana penampilannya yang nerd bisa menjadi anggota utama cheerleader.

Siapapun iri atas pencapaian Acha, saat pertama kali ia latihan, banyak anggota yang menjegal kakinya. Tujuannya, supaya Acha menyerah dan keluar dari ekskul cheerleader. Tapi, Acha bisa menghadapinya dengan menghindari kaki nakal mereka, Acha yakin itu pasti suruhan si nenek lampir.

Siapa lagi kalau bukan Riska? Cewek itu kan sangat takut jika tersaingi. Bahkan dengan gadis cupu seperti dirinya.

Ngomong-ngomong masalah peneror Riska, dia tidak lagi mengungkit atau mencari tau lagi. Karna sudah sebulan lebih ini tidak ada yang meneror Riska lagi.

Riska berpikir bahwa teror itu sebenarnya bukan ditujukan untuknya. Melainkan untuk Kalila. Karna mereka berdua sebangku, dan si peneror salah sasaran.

Saat Kak Novi menyuruhnya untuk mengajari gerakan utama pada Acha. Lirikan tajam selalu terpancar di mata indahnya.

Jika saja Kak Novi tidak memberi ancaman Riska akan menurunkan jabatannya, ia tak akan sudi melatih ataupun latihan bersama Acha.

Padahal kan, dia sendiri yang memasukkan Acha kedalam list cheerleader.

"Riska, kamu ajari Acha gerakan utama ya. Nanti saat pertandingan basket bulan depan, kamu sama dia yang didepan,"

Ucapan Kak Novi membuat semua orang berhenti latihan dan membulatkan matanya dengan sempurna. Anak cheerleader maupun basket, mereka sama sama terkejutnya. Vinda yang mendengar juga melongo tak percaya, sahabatnya bisa mendapatkan posisi yang didambakan oleh semua anggota cheerleader.

Beneran Acha masuk inti sama Riska? gumam Vinda dalam hati.

Ia hanya takut akan semakin banyak orang yang membully Acha. Walaupun Vinda tau ia juga dibenci oleh anggota Riska. Namun, itu tak masalah baginya. Yang terpenting saat ini adalah keadaan sahabatnya.

Acha sudah berkali-kali menolak tawaran pelatih. Namun tak dihiraukan oleh Kak Novi.

"Masak harus si dekil itu sih?"

"Ini beneran Kak Novi nyuruh dia masuk inti?"

"Gila, gue rasa si cupu pake pelet deh,"

"Gak percaya gue"

"Kenapa harus Achabe ini sih Kak? Kan yang lain juga bisa. Cici atau Freya gitu, gue gak mau Kak kalo si dekil yang jadi inti bareng gue,"

Wajahnya berubah menjadi merah, rahangnya mengeras dan tangannya terkepal kuat. Riska menyesal memasukkan cewek cupu dalam cheers.

Niat Riska hanya ingin membully habis habisan si gadis cupu itu dengan mudah. Tapi na'as ia harus menerima kenyataan ini.

"Tidak ada bantahan apapun!" ucap Kak Novi bersidekap dan menghampiri Acha yang berdiri disebelah disamping Vinda.

"Kakak butuh uang berapa? Ngomong aja sama gue, biar nanti ditransfer sama Papa. Asalkan bukan Acha pemain inti,"

"Tidak semua bisa di bayar dengan uang Riska!"

"Tapi kak--" Riska belum menyelesaikan ucapannya, Kak Novi malah beralih berbicara dengan Acha.

"Kamu latihan sama Riska, Kakak mau latih calon anggota baru. Vinda, ayo ikut Kakak,"

Vinda mengangguk, sebelum ia pergi Vinda menepuk pelan bahu Acha untuk memenangkannya.

"Gue yakin lo pasti bisa."

Acha membalas dengan senyuman lebar, "Pasti,"

Riska and the geng menghampiri Acha yang berdiri sendirian. Mereka semua menatap Acha dengan penuh amarah.

Riska mengarahkan telunjuknya kedepan wajah Acha, "Lo-"

Acha menghempaskan tangan Riska yang menunjuknya.

"Minggirin tangan mulus lo! Ganggu pemandangan gue,"

Mereka yang melihat itu menganga tak percaya, apalagi Riska. Cewek itu semakin emosi dengan kelakuan gadis cupu yang sudah berani melawannya.

Cici memegang pundak Riska, "Ris," berharap cewek itu bisa menetralkan emosinya. Namun dihentakkan begitu saja oleh Riska.

Riska berlalu pergi mengambil pom pom rumbainya juga.

"Liat aja, gue bakal buat lo menderita!"

****

Acha berbincang bincang dengan Vinda sesudah latihan ekskul. Hanya istirahat selama beberapa menit saja.

"Gue gak nyangka Cha, lo bisa langsung jadi anggota inti. Dan gue juga diterima jadi anggota baru. Apalagi bulan depan kita tanding sama SMA sebelah," kata Vinda antusias.

Acha terkekeh, "Gue juga gak nyangka Vin,"

"Padahal kan gue jelek, dekil lagi."

Vinda berdecak pelan, "Ngomong apaan sih lo Cha. Lo itu cantik tau,"

Acha mengangkat bahunya, ucapan Vinda hanya kiasan untuk membangkitkan semangatnya. Acha bersyukur memiliki dua sahabat yang bisa menerima kehadiran gadis dekil nan jelek ini apa adanya.

Cewek itu mengambil botol aqua dan meneguk air mineralnya. Baru sekali tegukkan, tangan Acha dihempaskan kuat oleh seseorang. Hingga ia terbatuk-batuk dan airnya tumpah di baju Acha.

Acha dan Vinda terkejut bukan main, "Riska," kaget mereka berdua kompak.

Riska menarik kedua pipi Acha dengan satu tangannya. Acha meringis kesakitan.

"Enak banget lo ya bisa jadi pemain utama!"

"Sebenarnya gue gak mau, tapi Kak Novi maksa gue,"

"Lo pasti udah nyogok kak Novi kan?!"

"Enggak Riska,"

Riska menarik rambut Acha kuat. Vinda ditahan oleh Cici dan Freya.

"Dasar cupu! Lo tu gak pantes jadi pemain utama,"

"Gue emang cupu, tapi gue gak semena-mena kayak lo!"

"Maksud lo apa?!"

"Gue bukan lo yang selalu mengandalkan uang untuk segalanya."

"Ya karna gue kaya, gak miskin kayak lo,"

"Iya, gue sadar diri. Tapi, bukannya lo sendiri yang udah masukin gue ke cheers?"

"Ya karna lo bakal jadi sasaran gue,"

Acha tersenyum miring. "Dan akhirnya lo sendiri yang kalah,"

Riska melototkan matanya. Tangannya terkepal kuat. "Jangan sampe lo menyesal cupu," cewek itu semakin menarik rambut Acha kuat hingga ada beberapa yang rontok.

Acha tak tinggal diam, lantas ia menghempaskan tangan Riska kuat.

"Lo kira gue bakal takut sama lo?!"

Riska tercengang mendengar itu. Lalu dia menyunggingkan senyuman.

"Oh, jadi lo gak takut sama gue?"

Riska menganggukan kepalanya berlalu. "Baiklah, tunggu tanggal mainnya."

Acha tersenyum menampilkan smirk-nya, "Gue tunggu," balasnya.

Vinda meneguk ludahnya. Ia tak menyangka Acha akan berani mengucapkan kata itu. Bagaimana nasib Acha nanti? Riska tak pernah main main dengan ucapannya. Bahkan sudah banyak siswa yang memilih untuk keluar sekolah karnanya.

"Cha?" panggil Vinda lirih.

Acha tak menjawab, ia membebaskan Vinda dari Cici dan Freya dan mengajaknya pulang. Ini memang belum jam pulang ekskul, tapi Acha sudah tak tahan.

Jujur saja, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Takut? Tidak kok, Acha tidak takut. Hanya gelisah saja.

Bagaimana jika yang dikatakan Riska nanti terjadi? Ahh, Acha jadi menyesal.

Acha memegang dadanya yang berdebar kencang, "Huft," terdengar helaan nafas darinya.

"Kok gue jadi nyesel Vin," ucap Acha.

Vinda menatapnya tajam, "Ck, Lo sih! Gegabah banget jadi orang." omelnya.

Acha mendengus kesal, "Ya gimana lagi dong, si nenek lampir itu udah buat gue kesel sih."

"Rambut gue bakalan susah diatur kalo diacak-acak ama dia."

Acha membenarkan rambut keritingnya.

"Tapi kalo dia buat gue sengsara beneran gimana dong?"

Vinda menepuk pundak Acha pelan. "Tenang aja, gue sama Fana bakal selalu disamping lo kok. Gue yakin kalo ucapan itu Riska gak serius." ucapnya menenangkan.

Terdengar helaan nafas dari mulut Acha, "Semoga aja. Yaudah yok pulang,"

Vinda menghampiri mobilnya, sedangkan Acha mengambil sepeda untanya.

****

^Jangan lupa bersyukur hari ini^
^_^

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

RAYDEN Oleh onel

Fiksi Remaja

3.7M 229K 69
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
1.4M 78.2K 53
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
401K 30.8K 26
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
1.2M 110K 58
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...