Our Apartment

By TaniaMs

414K 23.8K 787

NICOLE selalu menganggap JUSTIN adalah sahabatnya, karena mereka sudah saling mengenal sejak kecil. Namun, Ju... More

Our Apartment
Our Apartment [1]
Our Apartment [2]
Our Apartment [3]
Our Apartment [4]
Our Apartment [5]
Our Apartment [6]
Our Apartment [7]
Our Apartment [8]
Our Apartment [9]
Our Apartment [10]
Our Apartment [11]
Our Apartment [12]
Our Apartment [13]
Our Apartment [14]
Our Apartment [15]
Our Apartment [17]
Our Apartment [18]
Our Apartment [19]
Our Apartment [20]
Our Apartment [21]
Our Apartment [22]
Our Apartment [23]
Our Apartment [24]
Our Apartment [25]
Our Apartment [26]
Our Apartment [27]
Our Apartment [28]
Our Apartment [29]
Our Apartment [30]
Our Apartment [31]
OUR APARTMENT AFTER STORY

Our Apartment [16]

10.6K 664 12
By TaniaMs

Selamat sore semuanya :)

Saya kembali dengan part 16~

Hope you like this part, eo?

HAPPY READING!

AWAS TYPO!

oOoOoOoOo

AUTHOR's POV

"Apa?" Nicole menatap Justin tak mengerti.

"Kau mau makan siang?"

Nicole berdehem. Berusaha mengembalikan fokusnya yang sudah bercecer kemana-mana. Tampaknya dia terlalu larut dengan lagu yang nyanyikan oleh Justin, yang dibawakan dengan sangat baik oleh laki-laki itu seolah-olah lagu tersebut menceritakan tentang dirinya. Atau jangan-jangan dia terpesona karena suara Justin? Harus dia akui suara Justin memang bagus, cukup bagus untuk modal sebagai penyanyi. Berat dan sedikit serak. Jenis suara yang dia sukai dari seorang laki-laki.

"Nic?"

"Baiklah," ujar Nicole. "Aku rasa aku mulai lapar."

Justin terkekeh. "Kau terpesona pada suaraku?"

Nicole mendengus keras. "Yang benar saja! Karena mendengarmu bernanyi, aku jadi lapar."

Justin menggeleng tak setuju, namun akhirnya tidak mendebat Nicole lebih jauh. "Kau ingin makan siang dimana?" Justin mengalihkan pembicaraan.

Nicole mengerutkan kening. Berpikir keras. "Kalau aku bilang ingin makan siang di Hawai, kau mau membawaku kesana?"

"Bahkan kalau kau ingin makan di Saturnus, aku akan mengabulkannya."

Nicole meringis dan buru-buru bangkit dari duduknya. "Berhenti merayuku sebelum rasa laparku hilang," ujar Nicole tegas.

Justin ikut bangkit, dan mengulurkan tangannya pada Nicole. "Berhubung aku belum punya pesawat luar angkasa, aku belum bisa membawamu ke Saturnus. Tapi aku bisa membawamu ke resto manapun dikota ini."

Dengan santai, Nicole menepis uluran tangan laki-laki itu. "Kemanapun asal jangan restoran Italy, karena aku semakin muak dengan makanan mereka."

Empat puluh menit kemudian, akhirnya mereka berhasil duduk berhadapan di Zengo—Asian Restoran di daerah Chinatown. Nicole memesan Filipino Lumpia Spring Rolls yang tampak sangat menggoda, sedangkan Justin lebih suka Chicken Udon Noodles, tampak seperti mie. Udon sepertinya dari Jepang.

"Aku belum pernah kesini," aku Nicole setelah pelayan yang berwajah sangat Asia itu pergi.

"Well, kita sama."

"Apa?" tanya Nicole tak percaya.

"Yah, aku pernah melihat instagram Skandar. Dia memosting sebuah foto yang di ambil disini." Justin mengedarkan pandangan. "Tempat yang cukup nyaman."

Nicole mengangguk setuju. "Bagaimana kalau kita melakukan wisata kuliner? Kita makan di setiap restoran berbeda yang ada di Washington? Mungkin Restoran khusus makanan khas Belgia? Aku pernah melihat restoran itu lima blok dari Old Ebbitt Grill. Atau mungkin makanan Prancis? Bagaimana menurutmu?"

Justin menatap Nicole tanpa berkedip. Gadis di depannya sudah tidak waras? Memangnya mereka berdua remaja yang baru masuk Senior High School sehingga banyak waktu luang untuk menjelajah restoran yang ada di washington?

"Tempat makan yang sering kita kunjungi hanya itu-itu saja." Nicole buru-buru menggeleng. "Kita bahkan tidak mengunjunginya. Kau hanya memesan, lalu kita akan makan di apartemen. Itu mulai membosankan."

Justin mengucapkan terima kasih ketika pelayan mengantarkan pesanan mereka. Setelah pelayan itu pergi, dia langsung menatap Nicole sengit. "Well, aku orang sibuk. Jadi aku tidak akan mengabulkan usul anehmu."

Nicole menatap Justin dengan tatapan memelas. "Tidak sampai satu jam yang lalu kau bahkan bersedia mengantarku ke Saturnus."

Justin semakin mendelik. "Kau tidak tahu arti kata perumpamaan?" Dengan mendesah, dia kembali berkata, "Aku tidak mau melakukan wisata kuliner atau apapun itu. Kalau kau tidak keberatan, aku ingin makan."

Nicole mendengus. Tak berniat memperpanjang perdebatan, akhirnya ia ikut menyantap pesanannya. Dia bisa memaksa Justin kapan-kapan. Yang pasti bukan dalam waktu dekat, karena tampaknya laki-laki itu sedang tidak ingin melakukan apapun selama satu minggu ke depan. Kalau dia menebak, pasti pekerjaan Justin sedang menumpuk, atau bahkan ada masalah dengan perusahaannya. Disekeliling mata laki-laki itu ada lingkaran hitam, khas orang yang kurang tidur.

"Bagaimana hubunganmu dengan Zayn?" Tanya Justin beberapa saat kemudian. "Aku tidak mendengar cerita membosankan tentang kencan kalian sampai hari ini."

Nicole menyeka bibirnya dengan tisu, dan menyeruput minumannya dengan santai. "Well, kami belum saling berciuman, jika itu yang ingin kau ketahui."

Justin tersendak potongan ayam yang sedang dikunyahnya. "Apa?!"

"Begitulah," ujar Nicole. Tidak terlalu tertarik menceritakannya. Karena kalau dia menceritakannya, Justin akan tahu kalau kencannya tidak berjalan dengan baik. Dia tidak ingin itu terjadi. Dan yang paling penting, Justin akan tahu tiga hal penting yang tidak boleh dilakukan selama berkencan dengannya. Itu benar-benar buruk. Dan selamanya, tiga hal itu akan terus tersimpan di dalam pikirannya. "Kami makan siang di resto Italy. Disekitar fifth avenue. Lalu pergi ke Mall. Cukup menyenangkan."

"Well, aku tidak melihat sisi menyenangkannya sama sekali," balas Justin sinis.

Nicole mendelik. Baru akan membalas ucapan Justin ketika tayangan televisi yang berada di dekat kasir menarik perhatiannya. Berita tentang pesta pertunangan Jean dengan model terkenal, Maria Alexander.

"Meskipun masih belum di konfirmasi, tampaknya Jean dan Maria memang akan melangsungkan pertunangan dalam waktu dekat. Keduanya terlihat keluar dari sebuah butik desainer terkenal beberapa waktu yang lalu. Roy, manejer Jean hanya tersenyum dan meminta dukungan dari para penggemar ketika ditanyakan tentang berita terkait."

"Dia mengundangku," ujar Nicole sambil menggedikkan dagunya ke arah televisi.

Justin kembali tersendak. "Kau bercanda?"

"Apa wajahku terlihat seperti sedang bercanda?"

"Apa kau serius?" Justin masih tidak percaya. "Bajingan itu mengundangmu? Apa dia lupa apa yang sudah dia lakukan padamu?"

Nicole menggeser piringnya ke pinggir. "Astaga! Kenapa kau bereaksi sama dengan Greyson?"

"Kau tidak akan datang, kan?"

"Tentu saja aku harus datang!" Nicole menatap Justin penuh tekad. "Dia akan tertawa sampai kakinya lemas kalau aku sampai tidak datang. Kalau aku tidak datang, dia pasti berpikir kalau aku masih mencintainya dan tidak punya kekuatan untuk datang ke pesta pertunangannya."

"Kalau kau datang, orang-orang akan berpikir kalau kau tidak punya harga diri dan hanya pura-pura kuat karena datang ke pesta terkutuknya itu."

Nicole memutar bola matanya. "Benar juga," gumamnya. Kemudian dia menggeleng, "Aku akan tetap datang, dan membuat orang-orang itu berpikir kalau Jean sudah tidak berarti apa-apa bagiku. Kedatanganku kesana, hanya akan membuat mereka berpikir kalau aku bisa mendapatkan yang jauh lebih segalanya dari laki-laki itu."

"Caranya?"

"Aku akan pergi bersamamu."

"Apa?" Justin nyaris berteriak. "Kau ingin aku dijebloskan ke penjara karena membunuh artis itu?"

Nicole berdecak. "Aku mulai bertanya-tanya. Apa benar kau pemilik The Star Hotel?"

"Kenapa?" tanya Justin tdak mengerti. Kenapa Nicole suka sekali melakukan pembicaraan yang terkadang tidak saling berhubungan?

"Karena tempat Jean melakukan pertunangannya adalah di ballroom The Star Hotel."

"APA?!"

oOoOoOoOo

Nicole menggandeng lengan Justin ketika memasuki ballroom yang sudah di sulap sedemikian rupa. Interiornya seperti kerajaan-kerajaan zaman dulu, dan banyak bunga disana-sini. Yeah, bisa dikatakan mewah dan sedikit berlebihan hanya untuk pesta pertunangan. Mereka bahkan belum tentu menikah, kan? Di sisi lain ballroom, ada panggung yang cukup besar, tempat sang pemilik acara bernaung. Mereka terlihat mencolok, karena pakaian mereka yang berbeda dari para tamu.

Jean memakai jas putih, kemeja putih hingga celana putih. Disampingnya, Maria juga tidak kalah berkilau karena tube dress-nya yang berwarna putih di taburi manik-manik yang berkilauan karena di timpa cahaya lampu. Para tamu undangan yang kebanyakan dari dunia selebritas dan para model memakai pakaian yang berwarna gelap. Mulai dari hitam, biru tua, abu-abu gelap, cokelat gelap dan warna-warna gelap lainnya.

Nicole sendiri memakai long dress berlengan sebahu berwarna merah marun yang kontras dengan kulit putihnya. Dress itu sedikit terbuka di bagian belakang, hingga menampakkan setengah punggungnya. Hal itu sempat membuat Lisa mengomel tentang berpakaian yang sopan di depan umum. Karena itulah dia mengatur rambutnya dengan model water fall braid, dan sedikit mengikalkannya sehingga punggungnya yang terbuka dapat tertutupi dengan baik.

Disampingnya, Justin memakai jas hitam, celana hitam, dan kemeja merah marun yang sangat serasi dengan dressnya. Dia tidak memaksa Justin memakai pakaian yang sama dengannya. Justin sendirilah yang berinisiatif menanyakan warna pakaian apa yang akan dia gunakan.

"Dia pasti punya banyak uang," ujar Justin sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling ballroom.

Nicole memutar bola matanya. "seperti aku peduli saja."

"Aku serius," ujarnya. "Kau pasti akan terkejut ketika tahu biaya sewa untuk ballroom hotel ini."

"Dan kau masih belum mengatakannya padaku. Kenapa kau sampai tidak tahu kalau ada pesta besar di hotelmu sendiri?"

Justin melirik Nicole sekilas. Lalu kembali mengagumi desain ruangan tersebut. Dia pasti mendapat banyak keuntungan karena pesta ini. Pasti banyak wartawan yang meliput dan hotelnya akan semakin terkenal. Tampaknya dia bisa menurunkan sedikit hasratnya untuk membunuh Jean.

"Justin!"

"Well, apa gunanya pegawai kalau bukan untuk mengatur hal-hal semacam ini?" Justin mengangkat bahunya. "Kau kan tahu, hotelku bukan hanya ini."

Nicole mendengus. "Dasar bajingan sok kaya!"

Justin terkekeh. "Aku memang kaya."

Tidak terlalu banyak wartawan di dalam ruangan itu. Tampaknya Jean hanya membiarkan beberapa wartawan yang terpercaya untuk meliput suasana pesta pertunangannya. Enam dari 20 wartawan itu adalah wartawan dari tiga stasiun televisi milik ayah Nicole.

Wartawan memenuhi pintu masuk ballroom, yang di jaga oleh bodyguard terbaik. Para wartawan itu hanya bisa mengambil foto. Bagi wartawan yang ingin menanyai para tamu, bisa di tempat yang sudah di sediakan. Hanya beberapa langkah dari pintu keluar. Keamanan tempat itu benar-benar dijaga dengan baik. Untuk memasuki ballroom, para tamu undangan di di haruskan untuk memerlihatkan undangan mereka untuk di verifikasi. Justin hanya bisa tersenyum tipis ketika petugas yang memverifikasi undangan itu mengenalinya.

"Hei, Justin!"

Nicole langsung menoleh ke sumber suara ketika nama Justin di panggil. Seingatnya Justin tidak punya kenalan di kalangan selebritas. Atau mungkin dia yang tidak tahu tentang pergaulan Justin. Setelah diingat-ingat, Justin tidak terlalu sering menceritakan teman-temannya.

Begitu melihat sosok yang memanggil Justin, Nicole sukses melongo. Orang itu adalah Taylor Swift. Si penyanyi country yang memiliki mata seperti mata kucing. Astaga! Bahkan dari jarak sedekat ini, kecantikan gadis itu tidak berkurang sama sekali. Kebanyakan artis yang sering muncul di hadapannya jauh lebih baik jika di lihat dari layar televisi daripada secara langsung.

Well, Jean juga hampir seperti itu. Dia pertama kali bertemu dengan laki-laki itu ketika dia ingin bertemu ayahnya yang saat itu sedang berada di studio Channel 75. Saat itulah dia melihat Jean untuk pertama kalinya. Laki-laki itu baru saja selesai syuting variety show, yang akan di tayangkan minggu depan. Jean berbasa-basi dengan ayahnya, sementara mata laki-laki itu sesekali meliriknya. Dan Scott pun mengenalkan mereka. Perkenalan itu berlanjut dan semunya berakhir desember tahun lalu. Hampir tiga bulan berlalu setelah mereka putus, dan sekarang laki-laki itu bertunangan dengan wanita lain. Agak sulit di percaya, dan laki-laki itu jelas sangat bodoh. Bahkan media sempat menyudutkan Maria, bahwa wanita itulah orang ketiga diantaranya dan Jean.

"Nic, kenalkan ini Taylor Swift." Ucapan Justin kembali menariknya pada kenyataan. "Kau pasti mengenalnya, kan?"

"Taylor."

Nicole tersenyum, dan menyambut uluran tangan gadis itu. "Aku Nicole," ujarnya sedikit canggung. "Aku suka lagumu. Terutama everything has changed."

Taylor tersenyum. "Terima kasih." Gadis itu menoleh ke arah panggung lain, tempat para penyanyi berusaha menghibur para tamu undangan. "Maaf, tapi aku harus bersiap-siap untuk tampil."

"Sampai jumpa!"

"Kenapa kau bisa mengenalnya?" tuntut Nicole langsung setelah Taylor berlalu dari hadapan mereka.

Justin terkekeh, dan menghela Nicole menuju meja prasmanan. Mengambil segelas soda yang sudah disediakan. "Dia menyewa rumahku yang ada di Malibu untuk syuting video klip. Mungkin untuk lagunya yang berjudul 22. Aku tidak begitu ingat."

"APA?!" Nicole langsung berdehem dan memasang wajah polosnya ketika beberapa orang menoleh ke arahnya. "Kau serius?!"

"Menurutmu bagaimana mungkin aku tiba-tiba kenal dengannya? Aku tidak berminat punya hubungan dengan seorang artis."

Nicole menginjak kaki Justin dengan gemas. Laki-laki itu suka sekali menyindirnya. "Dan sejak kapan kau punya rumah di Malibu?"

"Aku membelinya dua tahun yang lalu. Beberapa bulan kemudian, pihak Taylor menghubungi Bella, yang kemudian menghubungiku."

"Bukankah seharusnya kalian tidak bertemu kalau semuanya sudah di urus oleh Bella?"

Justin menyeringai. "Kebetulan aku sedang di Los Angeles. Mengunjungi hotelku yang ada disana."

Nicole mengembungkan pipinya mendengar penjelasan Justin yang terdengar sangat santai. Setelah menghembuskan napas kesal, dia menatap ke arah panggung, tempat Jean dan Maria sedang berdiri dengan anggun. "Bagaimana kalau kita bersalaman dengan mereka?"

"Baiklah, aku juga mulai tidak tahan disini." Justin merendahkan suaranya. "Kau tahu, beberapa wartawan mulai menyorot kita sejak sepuluh menit yang lalu."

"Tentu saja. Mereka pasti akan menyorotku habis-habisan. Dan bersiaplah, besok wajahmu akan muncul di televisi, dan dibicarakan banyak orang. Termasuk pegawai-pegawaimu."

"Tidak masalah. Selama gadis yang digosipkan denganku adalah kau, aku senang-senang saja," balas Justin sambil mengedipkan sebelah matanya pada Nicole.

Nicole memutar bola matanya. "Astaga!"

"Aku serius, Sayang!"

oOoOoOoOo

20-01-2015

16:02

Jangan lupa tinggalkan Vote dan Comment yaaa!!

Continue Reading

You'll Also Like

410K 30.4K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
72.4K 4.7K 58
COMPLETED! đź’“ SEQUEL PERTAMA Open the Door, Please! ----- Aku selalu jatuh cinta pada proses. Seperti; proses mengenalmu dari sebuah nama, lalu berta...
85.9K 8.6K 36
FIKSI
327K 35.4K 71
⚠️BXB, MISGENDERING, MPREG⚠️ Kisah tentang Jungkook yang berteleportasi ke zaman Dinasti Versailles. Bagaimana kisahnya? Baca saja. Taekook : Top Tae...