FILOVE

By Luluk_HF

2.1M 253K 82.8K

Semua manusia diciptakan untuk mangasihi, mencintai dan menyayangi. Mereka juga berhak untuk mendapatkan cint... More

WAJIB DIBACA !
PROLOG
1 - ARUNA DAN GENG ABC
2 - Pesta ulang tahun
3 - KONTRAK
4 - ARUNAAA!
5 - FILOVE
6 - HAPPY ENDING
7 - Segitiga
8 - Tangisan
9 - Rencana
10 - Ada yang hilang
11 - Antara hati dan tindakan
12 - Kebahagiaan
13 - Gadis cantik yang sombong
14 - HANCURKAN
15 - Pertanyaan dan Pernyataan
16 - Kepastian
17 - Kejujuran
18 - Permintaan
19 - Pengakuan
Maaf ya :)
20 - Penolakan
21 - Second Chance
22 - Ide Gila
23 - Tidak Apa-Apa
25 - Mana dan Mano
26 - Cinta pertama
27 - Kabar Bahagia
28 - Penemuan
29 - Mata minus
30 - Rasa Brownis
31 - Wanita itu
32 - Diara
33 - Cinta dan persahabatan

24 - Boleh?

42K 6.2K 1.6K
By Luluk_HF

Assalamualaikum, Akhirnya bisa update FILOVE hari ini. 

Maaf banget ya hari minggu kemarin belum bisa update dan diganti hari selasa. 

Semoga kalian selalu suka FILOVE dan baca FILOVE yaaa. 

Dan semoga aku juga semakin lancar nulisnya dan dapat idenya biar bisa sering update FILOVE nya.  Aminnn

Dan, Selamat Membaca ^^

*****

Aruna masuk ke dalam rumah Bana, setengah jam yang lalu Bana menjemputnya dirumah. Untung saja Arjuna belum pulang jadi sang kakak tak tau bahwa ia keluar dengan Bana.

"Malam Tante," sapa Aruna ramah ke Mama Bana, Bu Mila.

Bu Mila terlihat lebih pucat dari biasanya. Aruna sudah mendengar dari Bana bahwa kondisi sang Mama semakin menurun. Cuci darah pun dilakukan hampir 3 kali dalam seminggu.

"Makasih Aruna sudah mau datang. Tante kangen banget sama kamu," balas Bu Mila tak kalah ramah.

"Aruna juga kangen sama Tante."

"Udah dulu kangen-kangenya. Ayo makan," ajak Bana.

Mereka bertiga pun segera ke ruang makan dan segera menyantap masakan yang telah disiapkan oleh Bu Mila. Sedangkan, Bu Mila hanya bisa memakan kentang kukus dengan porsi yang sedikit karena kondisinya.

"Selamat ya Aruna," ucap Bu Mila tiba-tiba.

Aruna menatap Bu Mila dengan bingung.

"Selamat untuk apa Tante?"

"Udah jadi pacar Bana," jawab Bu Mila sembari mengediptkan mata, berniat menggoda.

Aruna berdehem pelan, berusaha untuk bersikap tenang.

"Belum kok tante," ucap Aruna.

"Kok belum?" kaget Bu Mila.

"Iya, calon pacarnya belum ngajak pacaran," seru Aruna dengan nada menyindir. Sedangkan yang disindir nampak berpura-pura tak mendengar, fokus dengan piringnya.

Bu Mila mengangguk-anggukan kepalanya sembari menahan senyum.

"Semoga calon pacarnya cepat ngajak pacaran ya Run," ucap Bu Mila ikut-ikutan.

"Semoga ya Tante!"

Bana hanya geleng-geleng, tak mempedulikan sindirian tajam dua perempuan yang tengah menyudutkannya.

****

Makan malam selesai, Aruna membantu Bana mencuci piring-piring kotor. Sedangkan Bu Mila kembali ke kamar untuk istirahat. Tubuhnya akhir-akhir ini mudah lelah.

Aruna menumpuk piring yang sudah dibasuhnya dengan air.

"Kak ini piringnya ditaruh dimana?" tanya Aruna menunjuk piring-piring yang sudah ia keringkan dengan tisu.

Bana membasuh tangannya yang penuh busa dengan air, setelah itu segera membuka bupet piring yang ada diatas dengan cepat hingga pintu bupet tak sengaja mengenai kepala Aruna.

Dukk!

"Aw!" ringis Aruna kesakitan, ia langsung memegangi dahinya yang tertabrak pintu bupet.

Bana terlihat sangat kaget, ia langsung mendekati Aruna, mengelus dahi Aruna.

"Run, maaf gue nggak sengaja. Lo nggak apa-apa kan?" tanya Bana panik.

"Hati-hati Kak," lirih Aruna tak bisa menyembunyikan rasa sakit dahinya.

"Maaf," ucap Bana sungguh-sungguh.

Melihat Aruna tak merespon dan masih kesakitan, Bana langsung menarik Aruna dalam pelukannya. Ia merasa sangat bersalah.

"Run, maaf ya."

Aruna mematung, rasa sakitnya entah kenapa menadadak berkurang. Ia terkejut dengan yang dilakukan oleh Bana saat ini.

"Kak yang sakit dahi gue bukan tubuh gue," lirih Aruna menahan kegugupannya.

"Sama aja," balas Bana singkat.

Aruna berusaha untuk melepaskan pelukan Bana, namun cowok itu tak membiarkannya, sama sekali tak memberi celah Aruna untuk lepas.

"Kak, nanti dilihat sama Tante Mila," ucap Aruna mengingatkan.

"Biarin aja."

"Malu Kak!"

"Nggak akan dilihat."

"Tapi kalau kelihat gimana?"

"Nggak apa-apa."

Aruna pun akhirnya memilih pasrah, tak melawan lagi. Ia perlahan membalas pelukan Bana, melingkarkan tangannya di pinggang Bana.

"Gue udah nggak apa-apa Kak," ucap Aruna tak ingin membuat Bana semakin bersalah.

"Maaf ya Run."

"Dimaafkan Kak."

"Masih sakit?" tanya Bana.

Aruna merasakan Bana sudah merenggangkan pelukannya. Perlahan Aruna melepaskan pelukan tersebut. Kali ini Bana membiarkannya. Aruna tersenyum kecil sembari mengangguk.

"Udah nggak. Makasih."

"Untuk?"

"Pelukannya."

Bana tak bisa untuk tidak membalas senyum Aruna. Tangannya terjulur, mengacak-acak puncak kepala Aruna dengan gemas.

"Mau langsung pulang apa disini dulu?" tawar Bana.

"Langsung pulang nggak apa-apa kan? Takut dicari Kak Arjuna."

"Arjuna nggak akan nyari," ucap Bana yakin.

"Kok bisa?"

"Kalau dia nyari pasti daritadi udah nelfon lo berulang-ulang."

"Bener juga sih."

"Jadi, tetap mau pulang sekarang?"

"Maunya gimana?" tanya Aruna menggoda.

Bana menggumam pelan, terlihat berpikir.

"Tetap disini."

"Kenapa? Masih kangen?"

"Iya."

Aruna langsung tersipu mendengarnya, pipinya dibuat merona.

"Jangan jujur-jujur bisa nggak sih Kak?" protes Aruna.

"Nggak bisa."

Aruna menghela napas pelan, berusaha mengontrol dirinnya sendiri untuk tetap bersikap biasa saja. Aruna menatap Bana lekat.

"Aruna pulang sekarang ya."

Bana menganggukan kepala, mengalah.

"Ayo gue anter."

"Iya."

*****

Bella masih menemani Egar, ia sama sekali tak pulang ke rumah dan tetap dirumah Egar. Padahal Egar sudah berulang kali menyuruhnya untuk pulang.

"Lo mau nginap disini lagi?" tanya Egar melihat Bella yang masih duduk di atas kasurnya sambil bermain ponsel.

"Hm," jawab Bella singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Aruna nggak tidur disini malam ini," ucap Egar mengingatkan.

"Terus?" balas Bella sangat santai.

"Lo mau tidur berdua sama gue?"

"Mau."

Egar menghela napas berat, gadis itu menjawab setiap pertanyaanya seolah tanpa beban. Ia segera mendekati Bella dan merampas ponsel Bella dan membuat gadis itu langsung menatapnya dengan kesal.

"Balikin ponsel gue!" perintah Bella.

Egar tak menuruti, ia melihat layar ponsel Bella, apa yang sedang dilihat oleh gadis ini. Egar mengerutkan kening ketika melihat fotonya terpampang jelas di ponsel Bella. Egar menatap Bella dengan rasa penasaran yang tinggi.

"Lo dari tadi ngelihatin foto gue?" tanya Egar meminta penjelasan.

"Iya," jawab Bella dengan enteng. Gadis itu terlihat tidak gugup atau salah tingkah.

"Kenapa?"

"Pengin aja," jawab Bella sangat tenang dan hal itu malah membuat Egar semakin bingung.

Egar mendekatkan wajahnya dengan tatapan lebih menyelidik.

"Lo suka sama gue?" tanya Egar memberanikan diri.

"Lo ngelindur?" tanya Bella balik.

"Terus kenapa lo ngelihat foto gue kalau lo nggak suka sama gue?"

Bella terdiam sebentar, ia menatap Egar lekat. Detik berikutnya Bella memberikan sebuah senyum kecil yang hangat, membuat Egar ikut terdiam dan tak bisa lepas untuk menatap senyum itu.

"Jangan sedih lagi, selalu bahagia seperti foto yang gue lihat," ucap Bella, tangannya membelai rambut Egar.

Sentuhan tangan Bella berhasil menjalarkan efek aneh disekujur tubuh Egar. Cowok itu mematung, tubuhnya berubah panas-dingin. Egar menahan napasnya beberapa detik.

"Bell," panggil Egar lirih.

"Apa?"

Egar meneguk ludahnya dengan susah payah.

"Mau jadi pacar gue nggak?"

Plak!

Sebuah tamparan pelan mendarat mulus dan cepat di pipi Egar.

"Bangun!" tajam Bella membuat Egar saat itu juga tersadarkan dari harapan indahnya.

Egar memegangi pipinya yang terasa sedikit panas. Ia mendesis kesal, memberikan lirikan tajam ke Bella.

"Gue tanya serius juga Bel," cibir Egar sembari mengelus pipinya sendiri.

"Gue juga jawab lebih serius Gar," balas Bella lebih tajam dari tatapan Egar. Bella segera turun dari kasur Egar, merebut kembali ponselnya ditangan Egar.

"Berhenti nyatain cinta ke gue," pekik Bella.

"Mulut-mulut gue, lo nggak berhak ngelarang," balas Egar tak mau kalah.

Bella mendesis kesal, mencoba menahan emosinya.

"Lo tidur di sofa atau bawah lantai gue nggak peduli. Kasur milik gue!" lanjut Bella seenaknya.

"Ini kamar gue Bel!" balas Egar mengingatkan.

"Gue tau."

"Emang lo nggak takut gue apa-apain?" tanya Egar iseng.

"Emang lo mau ngapain gue?" tantang Bella.

"Apa aja," jawab Egar dengan berani.

"Emang lo berani apa-apain gue?" Bella semakin tertantang. Ia lebih mendekat ke Egar.

"Berani. Lo remehin gue?" balas Egar. Ia ikut lebih mendekat satu langkah.

Jarak keduanya semakin menipis, tatapan mereka berkobar saling menyorotkan percikan api tanpa ada yang ingin mengalah. Hingga akhirnya Bella duluan yang mengalihkan pandangannya.

"Lo nggak akan berani ngapa-ngapain gue!" ucap Bella dengan yakin.

"Gue berani."

Bella tersenyum licik, menatap Egar kembali.

"Sebelum lo apa-apain gue. Lo duluan yang gue apa-apain!" ucap Bella, kali ini tatapannya lebih mengerikan dari sebelumnya hingga membuat nyali Egar langsung menciut.

"Bel, ini kamar gue. Jadi lo bi..."

"Udah nggak usah terharu gitu kamar lo bisa dihuni orang seperti gue," potong Bella cepat.

"Nggak mulai Bel."

"Udah cantik, kaya raya dan baik hati. Mata lo emang nggak salah pilih cewek yang lo suka," ucap Bella sembari mengedipkan sebelah mata.

"Kalau rasa sukanya minta dibalas nggak boleh Bell?" pancing Egar.

"Minta minta! Bayar! Hari ini mana ada yang gratis!" seru Bella seperti preman.

Bella pun keluar dari kamar Egar, meninggalkan cowok itu yang hanya bisa meratapi nasibnya karena sudah ditolak berkali-kali oleh sang pujaan hati.

"Haruskah gue pakai cara lama?" lirih Egar hampir menyerah.

Egar menghela napas panjang, pandangannya lurus ke depan.

"Cinta ditolak, emak bertindak!"

****

Cica masuk ke dalam kamar Arjuna, tak ada siapapun disana. Malam ini dia merasa sepi dan sendiri. Baik Arjuna dan Bana tidak bisa ia hubungi. Cica pun memilih rebahan duduk di kasur Arjuna.

"Jun, gue tiduran ya di kasur lo," ucap Cica entah ke siapa.

Ia pun segera merebahkan tubuhnya diatas kasur Arjuna.

"Iya Ca, rebahan aja, anggap kamar sendiri," ucap Cica kembali, seolah yang barusan berbicara adalah Arjuna.

Cica mengeluarkan ponselnya, ada sebuah pesan masuk dari Arjuna. Cica pun segera membukanya.

Sentuh kasur gue. Pantat lo bisulan.

"Sialan!" pekik Cica dengan cepat bangun dan menjauhi kasur Arjuna.

Cica menatap kasur tersebut dengan wajah ngeri, takut bukan main.

"Gue nggak nyentuh lo. Jangan buat gue bisulan!" ucap Cica tajam ke kasur Arjuna.

Cica pun memilih untuk mengambil langkah seribu, keluar dari kamar Arjuna. Lebih tepatnya ia memilih kembali ke rumahnya.

Tidak ada salahnya menepati kesendirian daripada dia harus bisulan!

*****

Mobil Bana akhirnya sampai di depan rumah Aruna, mereka berdua turun dari mobil. Aruna menoleh ke Bana dengan bingung.

"Kenapa ikut turun?" tanya Aruna.

"Nggak apa-apa," jawab Bana.

"Nanti bisa dilihat Kak Arjuna."

"Nggak akan."

"Kak Arjuna itu kek nyamuk bisa muncul dimana aja!"

"Itu Arjuna apa Tukang parkir?" ledek Bana.

"Aruna serius Kak. Nanti ketauan sama Kak Arjuna kalau Kak Bana anterin Aruna pulang."

"Emang sejak kapan Arjuna marah gue anterin lo pulang?"

"Ya kan kalau dulu Kak Bana nggak suka sama Aruna, sekarang Kak Bana kan udah suka sama Aruna," jawab Aruna dengan sangat lancar. Aruna langsung menutup mulutnya rapat, menyesali ucapannya barusan.

Bana terkekeh pelan melihat wajah panik Aruna yang menggemaskan.

"Masuk sana," suruh Bana.

"Nggak mau mampir?"

"Tanya seriusan apa basa-basi aja?"

"Basa-basi," jawab Aruna dengan cepat. "Beneran nggak mau mampir?" tanya Aruna sekali lagi, kali ini serius.

"Nggak," tolak Bana.

Aruna mengerutkan kening, menatap Bana dengan masih bingung.

"Terus ngapain ikut turun?" tanya Aruna menyelidik.

"Emang nggak boleh anterin calon pacar sendiri?" goda Bana dan berhasil membuat Aruna langsung terdiam dengan pipi memerah. Aruna tersipu mendengarnya.

"Ca... Calon pacar?" lirih Aruna malu-malu.

"Hm, calon pacar. Atau mau langsung ja..."

"Jangan sekarang!" potong Aruna cepat, ia merasa belum sempat.

"Apanya?" bingung Bana.

"Jangan sekarang ngajak pacarannya," perjelas Aruna menahan kegugupanya yang semakin melipat.

Bana menahan senyumnya, sorot matanya memberikan tatapan remeh.

"Emang gue mau ngajak pacaran?" tanya Bana sengaja.

Aruna membeku, mengumpati dirinya dalam hati. Apakah dia yang terlalu kepedean. Aruna mendesis kesal.

"Gu... Gue Cuma...."

Tatapan Bana semakin terlihat menyebalkan, seolah sedang menertawakan Aruna secara tidak langsung membuat nyali Aruna makin menciut. Aruna sangat malu.

"Aruna masuk dulu," ucap Aruna cepat dan segera membalikan badan.

Namun lengan Aruna dicegah oleh Bana, membuat gadis itu mengurungkan langkahnya. Aruna pun menoleh ke Bana dengan bingung.

Aruna diam saja, menunggu Bana membuka suara.

"Hati lo udah sembuh?" tanya Bana serius.

Aruna tertegun sesaat.

"Udah," jawab Aruna jujur.

"Udah sepenuhnya maafin gue?"

"Udah," jawab Aruna lagi. Tatapan Bana berbeda, menyorot penuh kehangatan.

"Udah bisa nerima gue?" tanya Bana lagi.

"Udah."

"Udah suka gue lagi?"

"Udah Kak Bana," jawab Aruna. Ia tak bisa menahan bibirnya untuk mengembang.

Bana ikut tersenyum, sangat legah sekaligus bahagia mendengarnya. Bana mendekat beberapa langkah, mempertipis jaraknya dengan Aruna. Tangan Bana menurun dari lengan Aruna ke jemari Aruna, mengenggamnya dengan erat.

"Kalau gitu boleh kan?" tanya Bana penuh arti.

Kedua mata Aruna melebar dengan kening yang kembali mengerut, tak paham dengan pertanyaan Bana barusan.

"Boleh apa?" tanya Aruna bingung. Entah kenapa jantungnya mulai berdetak cepat. Aruna dapat merasakan kegugupan Bana menjalar di jemarinya. Bana tak biasanya berkeringat. Aruna dapat merasakan jemari Bana bergerak-gerak walaupun raut wajah cowok itu mendominasi dengan tenang.

Bana melepaskan genggaman Aruna, beralih membelai rambut Aruna. Senyum Bana terus bertahan di wajah tampannya.

"Jadi calon pacar kamu."

Aruna tak bisa menahan untuk tidak ikut tersenyum. Pengakuan Bana barusan membuat hatinya terasa aneh. Kebahagiaan menjalar dari ujung kepala hingga ujung kakinya.

"Boleh," jawab Aruna tanpa pikir panjang.

Bana menyentuh pipi Aruna, lembut.

"Gue akan tunggu sampai hati lo benar-benar siap seutuhnya nerima gue," ucap Bana tak mau memaksakan.

"Makasih Kak," balas Aruna tersentuh. Nyatanya, ia memang belum siap jika Bana menyatakan cinta dan mengajaknya pacaran. Aruna sangat berterima kasih Bana selalu bisa menghargai keputusannya.

Bana menurunkan tangannya, kemudian membalikkan tubuh Aruna.

"Masuk sana," suruh Bana.

Aruna tetap diam, tak menggerakan kakinya. Tubuhnya saat ini membelakangi Bana. Aruna tak bisa lagi melihat raut wajah Bana.

"Besok jemput nggak?" tanya Aruna memastikan.

"Enggak."

"Kenapa?"

"Ada rapat pagi di kantor."

Aruna menghela napas pelan, sedikit sedih namun ia berusaha untuk mengerti.

"Kalau begitu gue bareng Egar ke sekolahnya boleh?" tanya Aruna minta izin.

"Nggak boleh."

"Kenapa?" tanya Aruna lagi.

Bana perlahan membalikkan kembali tubuh Aruna agar menghadapnya. Aruna terkesima melihat tatapan Bana yang sangat hangat. Entah kenapa melihat rambut acak-acakan Bana seperti saat ini membuat cowok itu lebih tampan.

"Nanti gue cemburu."

****

#CuapCuapAuthor

GIMANA PART INI?

SUKA NGGAK? BUAT BAPER NGGAK?

Semoga part ini bisa buat kalian semakin suka dengan FILOVE yaaa. Amiiinn.

Mau kapan nih part selanjutnya di update? ^^

SEE YOUU NEXT PART YAA ^^

Jangan lupa buat ajak teman-teman kalian, saudara-saudara kalian, tetangga kalian dan keluarga kalian untuk baca FILOVE. 

Jangan lupa juga buat COMMENT dan VOTE yang selalu paling ditunggu dari kalian ^^

Aku bakalan adain Giveaway di Instagram @novefilove akhir bulan ini. Jadi pantengin yaa ^^ 

MAKASIH BANYAAK DAN SELALU SAYANG KALIAN SEMUAA ^^


Salam,

Luluk HF


Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2M 108K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
808K 70.4K 44
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
3.5M 170K 63
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
4.8M 365K 51
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...