Jalan Pulang Cinta

By YuliansThamrin

236K 8K 28

More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Pat 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Readers?
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
New Story
Judul

Part 18

5K 228 4
By YuliansThamrin

"Permisi, bisa kita pindah sekarang?" Tanya suster sopan.

"Silahkan. Honey, aku ikutin dari belakang ya." Ucapku mengelus pipinya. Suster mendorong kursi rodaku keluar ruangan kemudian kembali ke dalam dan mendorong bangsal Ali menuju ruanganku , ini semua permintaan dari orang tua kami agar kami tidak terlalu khawatir satu sama lain saat harus berpisah ruangan.

-SKIP-

Mama dan papaku serta Kaia memutuskan untuk pulang mengambil pakaian ku dan Ali. Sedangkan mama papa Ali ke mushola untuk sholat. Sementara kedua pasang sahabatku tidak terlihat sejak siang tadi.

"Sayang." Ucap Ali dibalik tirai. Ku tarik tirai di samping bangsalku. Ku lihat Ali yang memandangku dengan wajah lemas.

"Kenapa honey?" Tanyaku.

"Sa..kit Ly, sakiiiittt." Rintihnya menitikkan airmata. Sontak aku kaget dan langsung berdiri disamping bangsalnya tanpa menghiraukan tali infusku yang mengeluarkan darah karena aku terlalu bergerak.

"Honey, mana nya yang sakit? Kamu kenapa sih. Honeyyy." Sahutku panik.

"Sa...yang. Aku udah ga ku..at. Maaf a..ku ga bisa jaga...in kamu. Aku say..yang kamu Ly, happy birthday sa..yangku. I love you, A..li L..ove Ii..Illy." Ucapan Ali benar-benar menyengat hatiku. Aku terkulai lemas, kakiku gemetar. Ada apa. Kenapa dia seperti ini. Matanya tertutup rapat. Airmata kembali banjir tak berbendung di pipiku.

"Honey bangunnnnn. Honeyyyy!!! Ga honey kamu ga boleh tinggalin aku ! Hey bangun. ALIIIIIIIIIIIII !" Teriakku sekeras mungkin, ku peluk erat dari belakang tapi tak menyentuh bagian yang dijahit, karena posisinya tengkurap. Ku kecup pucuk kepalanya.

Aku berlari keluar kamar, tak peduli dengan darah yang mengalir segar ditanganku karena infus yang ku lepas secara kasar. Difikiranku sekarang hanya Ali. Dia harus kembali sadar !

"Dokteeeeeerrr!!!! Tolong dokter!! Suster!" Teriakku di depan pintu ruangan.

"Astaga, kenapa anda keluar, kenapa infus anda lepas? Ada apa? Tanya suster panik.

"Cepat panggil dokter. Jangan hiraukan saya cepat selamatkan Ali!" Sahutku keras. Kupastikan semua mata yang berlalu lalang menatapku tapi aku masa bodo ! Yang penting Ali selamat.

Suster berlari memanggil dokter.

Dengan cepat dan teliti mereka memeriksa Ali. Entah apa maksudnya mereka memakai alat pacu jantung. Apa jantung Ali melemah? Atau Ali? Aliii? Arghhh tidak mungkinnnnn.

Aku terus menatapnya, menangis sejadi-jadinya.

"Mba ayo kita pasang dulu infusnya." Bujuk suster tapi aku selalu menolaknya.

"Ga ! Sampai dia bisa sadar lagi.!" Nada suaraku sudah meninggi. Aku sudah tak tau harus bagaimana.

Dokter terlihat pasrah, mama papa Ali yang baru selesai sholat masuk keruangan kami, mereka nampak shock melihat segala alat yang sudah dipastikan untuk pasien kritis.

"Sayang, Ali kenapa?" Tanya mama resi panik menghampiriku.

"Ali ma. Aliiii" Lirihku. Aku sudah tak bisa lagi berkata-kata, sesak sekali rasanya melihat lelakiku berjuang mati-matian untuk hidupnya karena kebodohanku !

Dokter telah selesai memeriksa Ali.

"Maaf pa, bu. Pasien kembali kritis, jantungnya sangat lemah bahkan tafi sempat kehilangan detaknya. Saya tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi berikutnya. Kita doakan saja yang terbaik. Pasien sudah sangat lemah dan saya akan membawa pasien keruang ICU kembali." Ucap dokter.

"Apa dok? Bukannya tadi dia sudah membaik. Kenapa dokter bilang begitu lagi?" Tanyaku tak setuju dengan pendapat dokter.

"Tenang dik. Saya harap tidak ada keributan diruangan ini, pasien harus benar-benar istirahat. Keadaannya yang belum stabil mengakibatkan fungsi organnya terganggu. Kita akan lakukan yang terbaik." Sahutnya yang membuat kakiku semakin lemas.

"Baiklah dok, saya percayakan semua pada dokter dan Allah." Sahut papa syarief.

"Tolong dok lakukan yang terbaik." Lirih mama menangis sesegukkan.

"Baiklah, saya permisi. Sus bawa pasien ke ruang ICU." Perintah dokter.

"Dok tunggu. Saya ingin menemani Ali, saya boleh ikut Ali ke ICU?" Pintaku dengan wajah memelas dan airmata yang terus mengalir.

"Pasang infus, makan dan minum obat dulu. Setelah itu kamu boleh menemui pasien." Sahut dokter tersenyum.

Aku langsung meminta suster memasang infusku dan memakan makananku dengan lahap walaupun sebenarnya aku enek dengan bubur rs yang ga ada rasanya ini. Ku minum obatku cepat dan lekas menaiki kursi roda bersama mama dan papa Ali yang mendorong kursi rodaku.

Sebelum masuk aku meminta mama dan papa ali untuk mengabari keluargaku, setelah mendapat anggukan dari mereka aku masuk keruangan Ali.

Hatiku semakin pilu, alat-alat ganas itu kembali menempel ditubuh kekar Ali.

Aku mendekatinya, ku genggam erat tangannya dan ku kecup beberapa kali.

"Honey, bertahan dong. Demi aku demi keluarga kamu. Kamu ga akan tega kan ninggalin aku sendirian. Aku ga bisa tanpa kamu sayang. Bangun Ali. Bangun." Ungkapku pelan. Aku menunduk. Kurasakan sakit kepala yang amat hebat menyerangku tapi tak ku hiraukan.

"Honey. Kamu ga akan ninggalin aku lagikan. Aku capek honey, aku rapuh ga ada kamu, aku ga sanggup tanpa kamu. Please sayang bangun. Ingat kalau kita harus sama-sama, kamu harus bangun honey. Buka matanya. Bilang i love you sama aku, bilang Ali Love Illy. Kita harus main bareng sayang ngalahin temen-temen main dance lagi. Ayo dong sayang, aku kangen kamu. Kangen honey." Lirihku pelan. Aku sudah lelah untuk berbicara. Aku terus menggenggam tangannya. Mengecup pucuk kepalanya dengan airmata berderai hebat.

"Honey, I love you." Bisikku. Ku elus lembut setiap lekuk wajahnya.

Ku kecup keningnya, pipi kirinya, hidungnya, mata kirinya, dan ku kecup singkat bibirnya kemudian beralih ke punggung tangannya.

Ku tundukkan kepalaku bersandar pada bangsal Ali karena kepalaku semakin sakit tanpa melepas genggaman tanganku.

Kurasa ada yang bergerak di tanganku. Aku membuka mataku, aku kaget bukan main. Ali? Ali kenapa?

"Honey. Honey kamu kenapa honey? Astagfirullah, ya Allah apa ini. Kenapa mulut kamu honey! Honey sadarrr. Dokter, suster!" Teriakku dengan buliran bening yang kembali mengalir deras.

Dokter dengan sigap masuk keruangan. Memintaku untuk keluar, awalnya aku enggan namun dokter bilang ini demi keselamatan Ali. Dengan berat hati aku meninggalkan Ali sendirian.

Kulihat kedua orangtua kami sudah berdiri di depan ruang ICU.

"Sayang,Ali kenapa lagi?" Tanya mama cemas.

"Ga tau ma, mulutnya ngeluarin putih-putih terus kejang-kejang." Sahutku yang terus terisak.

"Ali Pa, Ali. Ya Allah." Lirih mama resi menangis memegang dadanya.

Aku tak sanggup melihat keluarga ini.

Aku ingin pergi saja agar tak membuat mereka sial lagi ! Tapi aku juga tak bisa meninggalkan Ali.

Entah apa yang dilakukan dokter di dalam sana hingga belum keluar sampai sekarang.

Aku benar-benar frustasi. Aku lelah berada disini. Aku meninggalkan mereka disana, berlalu ke ruanganku.

Aku duduk di atas bangsalku, ku ambil ponselku, ku buka kembali beberapa foto yang ku ambil bersama Ali. Keceriaan kami, canda tawa kami.

Sayang, kamu janji sama aku ga bakal ninggalin aku lagi. Tapi kenapa sekarang kamu malah kaya gini? Aku salah banget ya honey? Aku nyakitin kamu banget ya sampai kamu kaya gini. Kalo emang ini semua karna aku, aku bakal pergi honey. Aku tinggalin kamu kok. Asal kamu sadar. Kamu sehat. Mungkin rumah cinta kamu emang bukan sama aku. Aku emang sakit hati liat kamu bahagia tanpa aku. Tapi kalo memang tanpa aku kamu bisa sehat terus, aku rela kok honey. Tapi kamu bangun dong sayang. Jangan diemin aku kaya gini. Kamu bilang cinta kita bakal kembali, tapi kenapa kamu kaya gini? Aku rindu sayang. Aku kangen. Aku mau denger kamu bilang i love you, bilang kamu sayang aku, bilang Ali Love Illy. Ayo dong honey. Batinku.

Ku genggam erat kalung yang menjuntai cantik dileherku. Ku kecup mata kalungnya yang bertuliskan nama Ali. Aku harap ini bisa mentransfer tenaga luar biasa untuk menyembuhkan Ali walaupun ini mustahil bahkan bisa disebut gila.

Saat aku sedang hanyut dalam lamunanku, mama datang menghampiriku dengan airmata deras dan berjalan dengan gontai.

"Mama kenapa?" tanyaku panik. Mama terus menangis dan memelukku erat.

"Mama kenapa ? Bilang ma ada apa?" Tanyaku lagi.

"Ali nak, ali sayang." Lirih mama.

"Ali kenapa ma?" Aku melepaskan pelukanku. Ku guncang tubuh mama meminta penjelasan.

"Kamu temuin ali ya sayang. Kamu harus liat dia." Ucap mama.

Apa maksudnya? Ali kenapa? Ga !!!! Ga mungkin ali meninggalkanku.

Aku mengambil infusku yang tergantung, berlari sekencang mungkin tanpa kursi rodaku.

Ku lihat mama papa ali, kaia,papaku dan semua sahabat sudah berkumpul disana dengan airmata yang berderai. Ada apa ini!!!!

Aku tak memperdulikan mereka, langsung ku buka kasar pintu ruang ICU. Tak peduli dengan suster yang melongo melihat perlakuanku.

Sontak aku terjatuh, kakiku lemas, rasanya jantungku sudah berhenti. Biarkan saja ! Biar aku bisa bersama Ali !!! Hentikan detak jantungku Ya Allah! Aku tak sanggup melihatnya seperti ini! Kain putih itu sudah menutupi sekujur tubuh Ali. Semua orang mencoba membantuku berdiri tapi selalu ku tepis. Isakkan ku semakin menjadi-jadi. Aku mencoba berdiri dengan infus yang terseret hingga darah segar kembali mengalir di selang infusku. Dadaku rasanya sudah tercabik-cabik. Nyawaku sudah pergi melayang. Oksigenku telah berhenti berhembus. Aku berdiri tepat di sampingnya. Tak kuat rasanya harus melihat wajahnya.

"Honey. Kamu kenapa kaya gini? Honey kamu janji mau bahagia sama-sama aku! Kanu janji bakal selalu sama-sama aku! Kamu bilang ALI akan hidup selamanya. Kamu bilang cinta kamu udah pulang kesini (nunjuk hatiku) tapi kenapa kamu bawa pergi lagi? Kenapa kamu biarin aku sendiri. Aku ga punya oksigen lagi, aku ga punya pangeran lagi, siapa yang jagain aku honey siapa????? Kamu tinggalin mimpi-mimpi kita. Kamu buang mimpi aku buat sama-sama kamu! Kenapa kamu pergi lagi? Kenapa ninggalin aku lagi!!! Kamu jahat honey! Kamu jahaaattttt!!!" Teriakku mengacak-acak selimutnya dengan mata tertutup.

Ali Prov

Ku dengar suara pintu terbuka dengan kasar. Ku dengar isak tangis yang semakin menjadi-jadi. Ku dengar suara sesuatu terhempas hebat ke lantai. Teriakkannya! Teriakkan yang sangat ku hafal. Dia menepis semua orang yang mendekatinya. Bunyi benda yang terseret membuat gigiku ngilu. Ingin sekali aku membuka kain putih yang menutupi tubuhku ini. Tapi aku harus bertahan. Hentakkan kaki yang semakin mendekatiku.

"Honey. Kamu kenapa kaya gini? Honey kamu janji mau bahagia sama-sama aku! Kanu janji bakal selalu sama-sama aku! Kamu bilang ALI akan hidup selamanya. Kamu bilang cinta kamu udah pulang kesini (nunjuk hatiku) tapi kenapa kamu bawa pergi lagi? Kenapa kamu biarin aku sendiri. Aku ga punya oksigen lagi, aku ga punya pangeran lagi, siapa yang jagain aku honey siapa????? Kamu tinggalin mimpi-mimpi kita. Kamu buang mimpi aku buat sama-sama kamu! Kenapa kamu pergi lagi? Kenapa ninggalin aku lagi!!! Kamu jahat honey! Kamu jahaaattttt!!!" Teriaknya mengacak-acak selimutku dengan mata tertutup. Dia mengusap kasar wajahnya seperti orang gila. Sebegitu terpukulnya kah dia hingga tak sadar aku menatapnya dari tadi.

Dia menghempaskan dirinya ke lantai. Tersungkur duduk di lantai samping bangsalku.

"Kamu tunggu aku sayang. Aku bakal terus ikutin kamu. Aku capek jauh dari kamu, sekarang bukan kata menunggu lagi. Tapi sudah kehilangan. Aku bakal ikut kamu Li. Aku ga mau jauh dari kamu." Gumamnya.

Darah segar kembali membanjiri tangannya. Gadisku ini memang gila ! Dia menarik kasar infus yang ada ditangannyan, berdiri dan mengambil pisau yang ada di lemari meja samping bangsalku. Bahkan dia seperti orang buta yang tak mengetahui bahwa sedari tadi aku memperhatikannya.

Saat ku lihat pisau sudah mengarah di ujung lehernya aku segera menarik tangannya kasar.

"Heh Illy! Ga boleh gini." Teriakku panik. Illy benar-benar sudah gila.

"Lepasin! Biarin gue nyusul Ali! Lo pergi!" Ucapnya kasar terus menepis tanganku tapi aku menggenggam lengannya dengan erat.

"Makanya buka mata! Liat dulu ini siapa!" Sahutku. Dia berhenti berontak, mulai membuka matanya.

Mata coklatnya membulat, bibirnya melongo dan pisau yang di pegangnya terjatuh. Aku tau dia tidak percaya dengan ini.

"Honey?" Lirihnya. Dia menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

"Heh aku bukan setan. Aku Ali, Alinya Illy." Sahutku.

"Loh kok kamu?...." Belum selesai Illy berkata, semua keluarga dan sahabat kami masuk ke ruangan dengan sebuah kue dan beberapa hadiah. Kamu memang sudah merencanakan ini dengan dokter setelah aku sadar sehabis operasi tadi, untunglah pihak rumah sakit mengerti maksudku.

"Happy birthday Illy, happy birthday Illy, happy birthday happy birthday Prilly Latuconsina...." Nyanyian semua orang dalam ruangan membuatnya semakin heran.

"A...apa ini? Maksudnya semua apa sih?" Tanyanya.

Ku tarik tangannya, ku genggam erat, dan ku minta Illy duduk di bangku sebelah bangsalku. Sebenarnya ingin sekali aku duduk, tapi lukaku belum kering total.

"Hei sayangku. Selamat ulang tahun. Semoga panjang umur. Sehat selalu. Selalu ceria, selalu cantik, selalu baik, selalu jadi kebanggaan aku dan keluarga, selalu jadi kekasihku, selamanya sama-sama aku. Aku mohon dampingi aku hingga akhir. Berjalanlah bersamaku, genggam tanganku saat aku ragu, dorong tubuhku saat aku mencoba mundur, hentikan langkahku saat aku salah. Maaf kalau aku bikin kamu panik. Aku lakukan semua buat kamu. Aku semakin yakin kalau cinta kamu memang besar dan tulus. Prilly, dihadapan semua orang yang menikmati pemandangan kita, ijinkan aku mengutarakan sesuatu. Maukah kamu mengisi hidupku, mau kah kau melengkapi kekuranganku ?

Jadilah wanita pertama dan terakhir yang mendampingiku. Jadilah bidadari yang selalu membersihkan hatiku. Jadilah malaikat yang mengajariku cara mengangkat derajat dengan baik. Jadilah makmumku dikala sholat. Jadilah gigolo yang menghukumku saat aku salah. Jadilah cinta sejatiku. Jadilah pasangan hidupku. Jadilah ibu dari anak-anakku. Maukah kau menemaniku daat susah maupun senang, saat kaya ataupun miskin, karena cintaku takkan pernah berakhir walaupun bulan hidup disiang hari dan matahari terang di kala malam datang." Ucapku pelan namun pasti. Airmata terus membanjiri Illy, saat aku ingin menyerka airmatanya, tangannya menahanku.

"Biarkan honey, biarkan ini mengalir, biarkan tetesan bening ini menghapus airmata pilu yang tadi menghiasi pipiku karena saat ini airmata ini berubah wujud menjadi airmata bahagia. Aku ga tau gimana ini bisa terjadi. Aku ga tau hal bodoh ini berawal darimana. Sampai aku benar-benar putus asa. Andai semua benar adanya, aku sudah menyusulmu. Aku lelah jauh darimu. Aku lelah kehilanganmu. Aku ingin ALI hidup selamanya dalam cinta kita. Aku ingin kamu selalu ada sama-sama aku. Aku mau Li. Aku mau jadi pengisi hidupmu. Berjalan bersamamu, menggenggam tanganmu saat kamu ragu, mendorong tubuhmu saat kamu mencoba mundur, menghentikan langkahmu saat kamu salah. Aku mau mengisi hidupmu, mau melengkapi kekuranganmu.

Menjadi wanita pertama dan terakhir yang mendampingimu. Menjadi bidadari yang selalu membersihkan hatimu. Menjadi malaikat yang mengajarimu cara mengangkat derajat dengan baik. Jadilah imamku yang setia dan baik dikala sholat dan dirumah tangga kita kelak. Menjadi gigolo yang menghukummu saat kamu salah. Menjadi cinta sejatimu. Menjadi pasangan hidupmu. Menjadi ibu dari anak-anakmu. Aku mau menemanimu saat susah maupun senang, saat kaya ataupun miskin, aku harap kau juga begitu. Karena cintaku takkan pernah berakhir walaupun bulan hidup disiang hari dan matahari terang di kala malam datang." Balasnya lantang. Ku gengham erat kedua tangannya ku kecup punggung tangannya hangat. Lalu memintanya mendekati wajahku danku kecup pucuk kepalanya.

"Ehmmm. Woy yang ada bukan setan ketiga kaleeee." Kaia ! Merusak suasana.

"Iya lo Li. Kasian noh bini gue megang lue dari tadi. Ditiup kek." Lanjut Kevin.

"Astaga gue lupa. Hahaha." Illy berdiri menghadap kuenya.

"Make a wish sayang. Doain kita. Keluarga kita sama para kurcaci kita." Ledekku melirik Itte.

"Lo ya Li. Kalo sehat habis dah tuh punggung!" Sahut Itte kesal.

Ku lihat Illy berdoa dalam hati sambil tersenyum dengan derai airmata. Kemudian dia meniup lilinnya dan mendapat ucapan dari semua orang disana.

"Selamat ya anak mama udah gede. Gadis kecil yang selalu gelayutan di pangkuan mama papa sekarang pindah ke Ali. Mama bangga punya kamu sayang. Semoga kamu suskes dan bahagia. Ingat sama mama papa dan orang yang sayang sama kamu. Mama sayang kamu Ly." Lirih mama Ully memeluk anaknya dan untuk kesekian kalinya. Derai airmata menghiasi acara seharian ini.

"Makasih ma udah ngerawat Illy,Illy yang tengil, bandel, cerewet suka ngelawan mama papa. Illy sayang sama mama sama papa. Maafin Illy ya karena Illy banyak bikin mama papa kecewa, marah, Sedih. Illy bangga punya orang tua kaya mama sama papa." Sahutnya memeluk kedua orangtuanya.

"Illy ga pernah ngerepotin sayang. Papa sayang Illy, kami bangga punya Illy dan jangan pernah takut sama apapun kecuali Allah." Balas papa rizal mencium kening bidadariku.

Lalu Illy beralih ke keluargaku.

"Happy birthday adik ipar. Semua yang terbaik buat lo deh. Love you." Ucap Kaia memeluk Illy.

"Makasih ka, love you too." Sahutnya.

"Selamat ulang tahun cantik. Semoga bisa cepet lulus kuliahnya biar cepet nikah sama Ali supaya rumah rame. Yakan jeng." Goda mama melirik mama uly.

"Aaa mama apaan sih. Tapi aminin deh. Heheh. Makasih mama sayang." Sahut illy dengan pipi merah meronanya. Memeluk erat mamaku dan saling mencium pipi.

"Hai bidadari papa." Sapa papa merangkul illy.

"Papaaaaa." Aku cemburu mendengar papaku memanggil illy layaknya calob istri barunya.

"Hahaha. Iya deh iya. Bidadari kamu. Selamat ulang tahun sayang. Ini kado dari papa. Tapi bukanya ntar aja ya." Ucap papa memberikan sebuah kotak kecil kepada Illy. Aku benar-benar mati penaasaran dibuatnya!.

"Makasih papa. Papa I love you." Sahut Illy melirikku sebentar lalu memeluk papa. Dasar tengillll !!! Itu bokap gue bukan gue ngapain dipeluk bilang i love you lagi sama om-om !

"Prilly latuconsinaaaaaa." Gumamku kesal.

"Uppsss. Sorry honey kelepasan. Hahahaha." Sahutnya tertawa puas. Aku yang ingin marahpun mengurungkan niatku. Melihatnya tersenyum adalah obatku setiap hari. Aku ikut tertawa didalamnya bersama mereka.

"Selamat ulang tahun sahabat kesayangan gueeee. Selamat ulang tahun prilly sayang. Ini kado dari kita. Cepet deh lulus lo biar cepet nikah terus bikinin gue ponakan cewe yang lucu-lucu buat main barbie sama masak bareng gue dan Itte. Oh iya banyakin cowonya juga biar bisa main bola sama om-omnya yang ganteng." Astaga doa para kurcaci ini membuatku geli.

"Suwek lo semua. Doain apa kek malah minta ponakan. Lo kira gue pabrik kacang hah? 5 menit langsung betelor?" Jawab Illy memanyunkan bibirnya.

"Eitts cantik, bibirnya! Oh no!" Ucapku dan berhasil membuat Illy mengulum bibirnya. Ekspresi lucunya mengundang gelak tawa semua orang dalam ruangan ini. Bahkan sakitpun tidak berasa karena kebahagiaan ini.

"Sayang sini." Ucapku padanya.

"Kai, mana?" Pintaku ke Kaia. Kaia memberikan sebuah kotak bening berisi sebuah cincin emas putih yang kusediakan untuk melamarnya dihari ulang tahunnya. Di dalamnya bertuliskan Ali Love Illy. Ku tarik pelan tangan kirinya, ku sematkan cincin tersebut di jari manis Illy. Airmatanya kembali menetes.

"Cantik banget sayang. Makasih honey. Aku sayang kamu." Bisiknya di telingaku. Mengecup pucuk kepalaku yang gundul.

"I love you too sayang. Aku lebih sayang kamu." Sahutku mencium punggung tangannya.

Hari ini terasa sempurna bagiku. Walaupun jauh dari kesan mewah yang sudah aku rencakan dengan keluarga besar dan para sahabatku, serta harus dialalui dengan cara seperti ini. Akhirnya acara ini bisa berjalan dengan baik. Aku bersyukur Illy mau menerimaku apa adanya. Semoga ini bisa berjalan selamanya. Hingga maut memisahkan kami.

Continue Reading

You'll Also Like

277K 17.6K 53
☠️ PLAGIAT DILARANG KERAS☠️ FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ayla Humairah Al-janah, yang dijodohkan oleh kedua oran...
34.9K 4.1K 26
Gadis perantau yang baru saja tinggal di kota Jakarta selama 3 bulan terakhir ini. Seorang dosen muda di universitas Pelita Nusa Jakarta. Dipertemuka...
242K 26.5K 90
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...