Part 30

5.6K 191 0
                                    

Prilly Prov.

Kenapa sih ali gini! Aku tau dia emosi sama arif tapi masa dipanggil gitu aja marahnya minta ampun!

Bruk! Hantaman pintu keras membuatku bergidik kaget, dadaku terasa sesak, isakanku semakin menjadi-jadi. Kenapa ali sebegitu marahnya.

Aku berniat untuk tidur dikamar kaia saja malam ini. Ku dengar ali dengan tegas meminta mereka berpindah kamar tanpa mendengarkan keluhan para lelaki bujangan itu. Mmmm bujang fisik, tau deh dalamnya. Sebelum pergi dari kamarnya, aku menuliskan surat untuk ali.
Honey, maaf kalau kata-kata aku bikin kamu marah. Maaf aku udah ngecewain kamu. Apa salah kalau aku panggil kamu pakai nama? Apa dengan begitu tandanya cinta aku hilang? Ga honey. Kenapa kamu gini saat aku ketakutan saat aku sedih, seharusnya kamu semangatin aku nenangin aku. Aku bingung sama sikap kamu kaya gini. Aku takut liat kamu marah-marah. Maaf malam ini kita ga usah sama-sama dulu. Kamu istirahat aja capekkan, tadi juga tidurnya diganggu kevin. Gnight honey. Maafin aku ya, maaf buat kesalahan yg tanpa sengaja aku buat. Aku sayang kamu.

Aku menaruhnya diatas kasur lalu berjalan keluar kamar menuju kamar kaia, ku seret pelan kakiku agar ali tidak tau. Clek! Aku masuk di kamar kaia dan menguncinya.
Kenapa sih li. Kenapa cuman kaya gitu aja kamu marahnya sampai bentak aku! Apa aku salah panggil nama kamu? Biasanya juga kamu ga papa. Aku musti gimana sih, masalah itte belum selesai sekarang masalah kamu lagi. Mama papa, illy pengen ikut. Ga ada yg sayang sama illy kaya mama sama papa. Batinku masih dengan tangisku.

Aku berbaring dikasur kaia. Rasa lelah menghampiri mataku, ku ambil posisi tidur seperti kodok dengan tangan memeluk kaki, pedih hatiku masih sangat terasa, mungkin ini kali pertamanya ali marah padaku sejak beberapa bulan yg lalu.

Ali Prov.

Setelah urusan dilantai bawah selesai, saatnya aku menyelesaikan urusanku dengan illy. Apa sih maksudnya manggil pake nama. Aku siapanya dia? Apa illy udah ga sayang sama aku! Tapi sebenarnya ga ada yg salah toh dengan itu bukan berarti illy ga sayang kan. Mungkin dia kebawa suasana sedih aja. Harusnya aku nenangin dia, tapi aku malah marahin dia bentak dia. Aliiii stupid, astaga! Aku kebawa emosi. Rasa sesal menyergap dihatiku. Aku harus segera minta maaf. Clek! Aku membuka pintu kamar, melihat sekeliling tidak ada sosok bidadariku. Ku picikkan mataku menatap sesuatu di atas kasur. Aku berjalan mendekatinya, secarik kertas? Surat!

Lirih airmataku kini mulai beradu, bodohnya aku memarahinya hingga ia takut padaku. Aku mencari sosok illy di balkon dan kamar mandi namun tidak ada. Aku berjalan ke kamar sebelah dimana itu menjadi kamar favorite kaia. Aku mencoba menarik knop pintu tapi terkunci.

Tok tok tok.

"Sayang. Kamu di dalem?" Tanyaku menempelkan sebelah wajahku untuk mendengar situasi disana, namun nihil. Tidak ada sedikitpun samar suara yg terdengar.

Aku mencari kunci serep di laci samping kamar kaia, ku coba satu persatu sampai aku menemukan yg pas.

Ku buka knopnya perlahan, dan ku lihat bidadariku sedang tidur membelakangi pintu dengan kaki yg dipeluk. Mataku rasa tertusuk, hatiku rasa tercambuk melihat pemandangan ini. Biasanya illy selalu tidur seperti ini jika hatinya sudah sangat sakit dan lelah.

Kakiku melangkah berat, sedih rasanya melihat illy seperti ini. Aku mengambil posisi setengah duduk dibelakang illy. Ku elus pelan rambutnya, mungkin sudah puluhan kali ku kecup pucuk kepalanya.

"Sayang, udah tidur?" Tanyaku masih mengelus pelan rambutnya, kurasa illy benar-benar sudah tidur. Aku membenarkan posisiku berbaring di belakang illy dan memeluknya lekat.

"Sayang maafin aku, aku udah salah kaya gitu sama kamu. Aku kebawa emosi sayang, tapi kamukan tau dari dulu aku ga suka dipanggil nama kecuali aku salah. Maaf aku udah bikin airmata kamu jatuh lagi, aku emang ga pantas buat bidadari kaya kamu, kamu terlalu baik buat aku, sedangkan aku selalu saja mendahulukan emosiku. Maafin aku sayang maaf. Ali love illy barbie ku." Lirihku ditelinganya dengan airmata yg terus berjatuhan.

Jalan Pulang CintaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz